11-Aku capek

173 33 8
                                    

Rasa dingin akibat hujan deras yang turun dimalam hari membuat Luna menggigil hebat. Tadi, saat Luna di aniaya oleh Yuna dan teman-teman gadis itu, Luna sempat pingsan didalam gedung tua nan kotor tersebut.

Dan untung saja Luna cepat sadar. Saat sadar, Ia tidak menemukan keberadaan mereka disana.

Melihat ada kesempatan. Tentu Luna memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur. Dan naasnya, Ia tidak tau sekarang Ia berada dimana.

Luna terus membawa langkahnya, hingga sampailah Ia di jalanan yang sepi. Sepanjang perjalanan Luna tidak menemukan tempat berteduh, ataupun kendaraan yang lewat. Hal hasil tubuhnya yang penuh luka di guyur hujan.

Luna dibuat meringis saat rasa sakit bersamaan dengan rasa nyeri kembali menyerang. Hingga Ia menghentikan langkahnya, membiarkan tubuhnya yang sudah basah semakin basah diguyur hujan.

Tatapan Luna sekarang benar-benar kosong. Airmata yang sedari tadi Ia tahan, akhirnya meluruh bercampur dengan air hujan yang membasahi wajahnya yang pucat penuh luka.

"Kenapa kehadiran aku sehina itu dimata mereka?"Tangis Luna semakin pecah. "Aku juga bisa ngerasain sakit, sama kayak mereka."

Kedua tangan Luna bergerak menyeka kasar airmata, juga air hujan yang membasahi wajah.

Luna menangis sejadi-jadinya dibawah guyuran hujan dimalam hari. Hanya ini yang bisa Luna lakukan. Menangis sekeras-kerasnya, tidak akan ada yang mendengarkannya.

"Aku capek..."

"Aku pengen nyerah. Tapi, aku belum ngerasain gimana rasanya disayang sama mereka."

Dengan kasar Luna menjatuhkan dirinya ke aspal. Tidak mempedulikan kedua lututnya yang perih terkena batu krikil. Sungguh, Luna sudah tidak sanggup jika terus melangkahkan kakinya lebih jauh lagi.

Lagi dan lagi, Luna menangis sejadi-jadinya dibawah hujan yang turun semakin deras. Gadis malang itu tidak mempedulikan rasa dingin, juga rasa sakit di sekujur tubuhnya. Sekarang yang terpenting baginya, Ia bisa menangis tanpa ada yang melihatnya.

Luna hanya gadis rapuh yang berusaha terlihat baik-baik saja didepan semua orang. Dan Ia juga gadis yang masih membutuhkan kasih sayang, juga perhatian dari keluarganya.

Sesaat Luna terdiam, dan langsung berhenti menangis saat ada yang berdiri depannya. Ragu-ragu Luna mendongak untuk melihat siapa yang sudah berbaik hati memayunginya.

Saat melihatnya. Ada sedikit harapan dalam diri Luna untuk bisa kembali kerumah. Dengan keadaan menahan rasa sakit juga nyeri, Luna memaksakan dirinya untuk kembali berdiri.

"kak Geby." suara Luna nyaris hilang ditelan oleh suara hujan yang turun semakin deras. Untung saja masih dapat didengar oleh si pemilik nama.

Tidak ada jawaban dari Geby. Gadis itu lebih memilih diam memperhatikan penampilan adiknya dari bawah sampai atas.

Dan tanpa mengatakan apapun, Geby kembali membawa langkahnya kembali ketempat mobilnya terparkir.

"Lo gak mau pulang? kenapa masih diem disitu.?"Geby berucap sedikit lantang, saat sudah berdiri didepan pintu mobilnya. Tentu atensi Geby tidak lepas dari Luna yang berdiri tidak terlalu dari posisinya berada sekarang.

"Masuk.!"

Langsung saja Luna membawa langkahnya menghampiri kakak pertamanya itu. Saat sudah berdiri didepan Geby, Luna langsung diminta oleh Geby masuk kedalam mobil--diikuti oleh Geby.

Saat keduanya sudah berada didalam mobil. Geby langsung mengendarai mobilnya meninggalkan area tersebut.





Luna Dan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang