c h a p t e r 2💨

10 1 2
                                    

Hari ini akhir pekan. Tepatnya Hari Sabtu. Sinta dengan bahagia bangun dari tidurnya, wanita itu merasa puas karena hari ini tidak ada jawal jaga sehingga ia bisa santai-santai di rumah. Namun, perasaan riangnya menguap begitu saja kala ia mendapatkan Kevin yang tengah bersiap-siap di depan kaca kamar mereka.

"Udah bangun?" Tanya pria itu. Sinta hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Mas mau main jet ski dulu ya," ucap Kevin. Sinta kembali diam, tidak menjawab. Kevin mengambil tas ranselnya, melangkah ke arah Sinta dan memberi kecupan pada keningnya lalu pergi.

Karena merasa tidak ada tanggung jawab lain, Sinta memilih untuk goler-goleran di kasur untuk bermain ponsel. Scrolling instagram, tik tok sampai akhirnya menonton series di Netflix. Satu episode Partners for Justice selesai, Sinta bangkit dari kasur. Wanita itu mengencangkan sprei, merapikan bantal & guling dan melipat selimut. Ia membawa ponsel dan iPadnya ke ruang tengah, lalu memeriksa dapur sejenak. Sinta melihat tidak ada jejak sama sekali, membuatnya bertanya-tanya apakah Kevin memakan ayam chili padi yang memang dimasak untuknya atau justru pria itu memilih untuk membuangnya? Lebih aneh lagi Sinta meyakini pilihan kedua.

Tak mau menambah pikiran dalam kepalanya, Sinta akhirnya rebahan di sofa untuk melanjutkan series Partners for Justice di layar TV yang lebih besar dan lebar.

***

Waktu menunjukkan pukul dua belas, Kevin dan teman-temannya sudah selesai bermain jet ski dan memilih untuk ngobrol santai di pondok tepi pantai. Di tengah obrolan itu, Kevin membuka ponselnya dan terkejut sendiri saat sadar ia telah lima jam di luar rumah. Buru-buru pria itu berpamitan dengan teman-temannya, lalu melangkah menuju mobil.

Audi RS5 itu terparkir dengan rapi, lalu Kevin buru-buru berjalan memasuki gedung apartemen dan menggunakan lift untuk ke rumah mereka di lantai 8.

Begitu sampai, terlihat Sinta yang tengah menyuci piring di dapur. Tercium wangi masakan yang menggoda, membuat Kevin tahu isterinya memasak lagi.

"Masak apa?" Tanya Kevin. Sinta diam selama beberapa detik sambil menyuci piringnya, "masak ikan goreng sama sayur bening," jawabnya tenang tanpa menatap mata Kevin.

"Ada buat mas?" Tanya Kevin lagi.

"Ada. Mandi aja dulu, nanti selesai mandi tinggal makan," jawab Sinta lagi.

Kevin tersenyum miring dan melangkah memasuki kamar, "itu artinya nggak ada,"

Sinta hanya menghela napas. Begitu cuciannya selesai, buru-buru wanita itu mengambil ikan di dalam kulkas yang sudah ia marinasi untuk digoreng dalam mesin air fryer dan lanjut memasak sayur bening lagi.

Benar, lima belas menit kemudian Kevin keluar dengan rambut yang setengah kering dan hanya mengenakan celana melangkah ke dapur dan duduk di kitchen island.

Benar, lima belas menit kemudian Kevin keluar dengan rambut yang setengah kering dan hanya mengenakan celana melangkah ke dapur dan duduk di kitchen island

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(source: https://www.smilekitchens.com/inspiration/article/kitchen-island-planning-hob-or-sink/)

Sinta menyediakan piring, alat makan dan lauk untuk Kevin makan. Tak lupa dengan satu pitcher berisi air mineral dan gelas kosong. Setelah merasa semua sudah lengkap, Sinta tadinya ingin kembali ke ruang tengah untuk melanjutkan tontonannya namun ditahan oleh Kevin.

"Setidaknya temenin mas makan di sini," ucap pria itu yang berhasil membuat Sinta menunda niatnya untuk melanjutkan tontonannya di ruang tengah. Sinta tetap berjalan ke ruang tamu, mengambil ponsel dan iPad lalu ikut duduk di sebelah Kevin.

"Ta... ngobrol sama siapa sih di hp? Seru banget sampe suaminya gak diajak ngobrol," ucap Kevin tanpa menatap mata isterinya. Sinta terdiam sejenak, lalu menutup aplikasi WhatsApp di ponselnya.

"Grup rumah sakit. Mau akreditasi soalnya, jadi sibuk semua buat persiapan. Belum lagi operan sama konsul," jawab Sinta dengan setenang mungkin.

"Akreditasi apa emangnya?" Tanya Kevin.

"Akreditasi buat rumah sakit. Buat laporan, buat proposal, semua yang ada di rumah sakit dilapor, makanya lagi sibuk ngirim laporan tiap departemen," jawab Sinta.

"Yaudah, lanjutin aja. Mas cuma nanya," jawab Kevin sambil terkekeh. Namun Sinta menangkap kekehannya hanyalah sindiran lain yang Kevin lempar padanya, sehingga wanita itu enggan membuka ponselnya kembali.

"Kamu nggak nanya mas pulang jam berapa semalam?" Tanya Kevin, membuat Sinta bingung.

"Nggak," jawab Sinta pelan, "Pak Yayat udah kirim chat tadi malam kalau kamu udah naik ke sini. Jadi, ya, aku udah tahu. Nggak perlu nanya," lanjutnya, membuat Kevin mengangguk-angguk.

"Besok kerja?" Tanya Kevin lagi.

"Iya, 24 jam," jawab Sinta.

"Yaudah, mas gereja sendiri kalau gitu," ucap Kevin singkat, namun membekas untuk Sinta. Sudah lama juga rasanya kedua orang itu tidak ibadah bersama.

"Yaudah, mas udah selesai. Nanti mas cuci sendiri, kamu lanjut aja nonton seriesmu," ucap Kevin, lalu meneguk air putihnya. Sinta, wanita itu merasa senang dan langsung pindah menuju sofa dan melanjutkan tontonannya.

Kevin hanya bisa curi-curi menatap isterinya itu sambil menyuci piring bekas makannya. Kepalanya berisik dengan banyak pertanyaan, namun akhirnya pria itu memilih untuk diam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The PrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang