Bab 7

67 10 0
                                    

Mentari pagi baru mulai menanjak dari tempatnya terbit. Cahayanya pun belum terasa menyengat. Bahkan kondisi jalan protokol yang biasa kulewati belum terjadi kepadatan. Namun, aku sudah berada di galeri saat belum banyak pegawai yang datang. Ya, aku sengaja berangkat lebih pagi hari ini, tentu saja setelah mengantar Putri ke sekolah. Beruntung para ibu guru di sana terbiasa datang lebih awal, jadi aku tak khawatir meninggalkan Putri di sekolah yang masih sepi.

Begitu pula kondisi galeri saat aku tiba, baru beberapa pegawai saja yang sudah datang. Bahkan office girl pun masih sibuk membersihkan ruangan demi ruangan. Setelah menunggu di luar karena ruang kerja yang sedang dipel, aku kemudian masuk setelah membalas sapaan office girl tadi.

Tentu saja bukan tanpa alasan aku datang sepagi ini, ya apalagi alasannya kalau bukan karena pekerjaan yang sudah mendekati tenggat waktunya. Aku tak ingin ada insiden lagi seperti gaun Tania tempo hari. Walaupun akhirnya bisa selesai tepat waktu, tetap saja aku masih dihantui penasaran karena kondisi ruangan yang kacau balau waktu itu.

Tante Sandra memang tidak menyalahkan kami, tapi tetap saja kami mendapat teguran agar kejadian serupa tak terjadi lagi. Mengingat harga bahan yang terbilang mahal hingga jutaan rupiah per meternya. Beruntung bahan-bahan untuk gaun Tania tak ada yang rusak jadi kami tak harus menggantinya. Tapi tetap saja, kami jadi kerja ekstra keras untuk memperbaikinya.

Beruntung pula kebaya akad Mbak Anita pun bisa selesai tepat waktu. Kebaya modern bertabur payet lengkap dengan hijabnya bahkan sudah dikirim dua hari lalu. Sekarang aku harus mulai mengerjakan kebaya dan gaun milik Sarah yang belum terpegang sama sekali karena deadline beberapa klien yang hampir berdekatan.

Bahkan kemarin saja aku sampai harus meminta Fahri untuk menjemput Putri dan menitipkannya hingga sore saat aku harus menyusul ke tempat resepsi salah satu klien karena ada detail kecil gaun yang minta dirombak dadakan. Mau tak mau aku harus menyusul Intan yang ditugaskan mengantar gaun tadi ke aula salah satu hotel berbintang lima dan merombak gaun dengan membawa berbagai macam peralatan perang hingga menjelang malam.

Bersyukur Fahri memegang janjinya untuk menjaga Putri dengan benar, hingga tak ada kejadian seperti sebelumnya lagi. Meski Ibu Rahayu tetap memasang muka masam saat aku menjemput Putri. Tapi aku berusaha tak menghiraukan semua itu, masih banyak yang harus aku pikirkan saat ini.

Salah satu yang harus aku pikirkan dengan serius adalah fitting perdana Sarah nanti siang. Setelah sebelumnya hanya konsultasi via chat atau video call. Bahkan saat kami harus berbelanja bahan untuk Sarah, kami hanya menunjukkan macam-macam bahan tersebut lewat video call. Semoga saja motif bahan Tulle yang dipilihnya tak akan membuat Sarah kecewa nanti.

Dengan cekatan aku lanjut memasang bunga-bunga 3D di gaun seperti permintaan Sarah. Motif batik Truntum pun sudah terpasang indah di bagian belakang gaun yang akan terlihat saat ia berjalan di atas red carpet nanti sekalipun tetap memakai hijab. Beruntung tak lama kemudian, Intan datang juga pegawai-pegawai lain, kami pun bekerja lebih cepat agar bisa selesai sebelum Sarah datang.

**

“Mbak, Mbak Dinda sakit? Kok mukanya agak pucat ya? Apa Intan yang salah liat?” tanya Intan tiba-tiba di sela-sela menjahit. Mendengar hal tersebut, aku pun mengangkat wajah sejenak dan melihat gadis berkerudung merah muda di depanku hanya berbatas manekin.

“Masa sih, Tan? Duh, sehat-sehat deh badan, kerjaan lagi padat-padatnya nih. Kasihan Mbak Lydia sama timnya yang lagi banyak kerjaan juga kalo sampe pindah tangan ke sana.” Hanya itu yang bisa aku katakan dengan perasaan cemas karena beberapa hari ini memang merasa tak enak badan.

“Tapi Mbak Dinda udah sarapan kan?” tanya Meta yang kini ikut-ikutan melihat ke arahku. Cepat-cepat aku mengangguk agar tak menjadi pusat perhatian lagi, meski perut sejak pagi sudah meronta-ronta minta diisi tapi tentu saja sekarang bukanlah saat yang tepat.

Pelangi Hati Dinda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang