BAB 02 : TERIKAT NAZAR

63 13 3
                                    


📌Vote dan Komennya jangan lupa ya, sebagai bentuk apresiasi terhadap penulis dan supaya penulis juga semangat buat up

Jangan lupa juga untuk perbanyak sholawat di hari mulia ini ya yeorobun 🤍
------

Udara di ruang tunggu rumah sakit terasa dingin dan bercampur dengan aroma obat-obatan yang khas.  Suara derit pintu ruangan dan derap langkah para perawat silih berganti memecah kesunyian. Di sudut ruangan, Alif dan Ayana duduk berdampingan, keduanya tampak lelah dan sedikit murung.

Ayana mendekati Alif, dengan matanya berkaca-kaca. "Mas, maafin Ayana ya. Gara gara Ayana, penyakit jantung Abah jadi kambuh."

"Kalau tadi Ayana sabar buat nunggu mas dan gak pergi sendiri, mungkin hal kayak gini gak akan terjadi."

Alif mengusap lembut pucuk kepala Ayana. "Dek, ini bukan salah kamu. Dan ini bukan waktu nya kita saling melempar kesalahan, karena ini semua sudah menjadi qadarullah."

Alif menoleh ke arah sebrang sejenak, ada Harsa yang ikut duduk menunggu disana. "Lagipula kamu memang tidak berbuat buruk sama pria itu, kan?"

Ayana langsung menggeleng dengan cepat. "Wallahi mas, Ayana gak ngelakuin apapun sama dia. Bahkan Ayana pun gak kenal dia siapa."

"Kami gak sengaja bertemu di persimpangan jalan dekat pesantren. Dia yang menolong Ayana dari dua preman hidung belang yang berniat jahat sama Ayana, mas. Dan saat berniat menolong Ayana, pria itu justru terluka karena senjata tajam yang dibawa oleh dua preman itu. Lukanya cukup parah dan dia mengeluarkan banyak darah, jadi terpaksa Ayana membuka cadar Ayana untuk membalut lukanya karena gak ada pilihan lain lagi. Ayana mau coba cari bantuan tapi jalanan nya sangat sunyi," jelas Ayana menceritakan semua kejadian yang sebenarnya.

"Innalilahi, jadi tadi ada yang berniat jahat sama kamu, dek?" Ayana mengangguk.

"Maafin mas ya, maaf karena mas lalai menjaga kamu. Wajar kalau Abah pun tadi marah sama mas, karena memang gak seharusnya mas membiarkan kamu pergi seorang diri." Alif menggenggam tangan Ayana, tatapannya terlihat seperti orang yang merasa sangat bersalah.

Kini Alif bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Harsa yang duduk sendirian di deretan kursi ruang tunggu itu. Tanpa ragu, Alif pun ikut duduk di samping Harsa.

"Terima kasih," ucap Alif singkat, sembari menepuk bahu Harsa.

"Saya memang tidak mengenal siapa kamu, tapi saya percaya bahwa kamu pria yang baik. Sehingga kamu dengan ikhlas menolong adik saya bahkan sampai kamu sendiri terluka."

Harsa menoleh. "Tidak perlu berterima kasih. Buat saya, menjaga kehormatan seorang wanita adalah kewajiban setiap lelaki. Jadi, yang saya lakukan malam ini hanyalah untuk menjalankan kewajiban saya."

Jawaban yang sangat mengagumkan. Awal bertemu, Alif sempat memandang Harsa sebelah mata hanya karena penampilan Harsa yang seperti pria brandalan. Namun setelah mengetahui betapa tulusnya Harsa menolong Ayana, Alif merasa bahwa penilaian nya salah.

"Dia masih disini, siapa dia sebenarnya? Dan ada urusan apa dia dengan Abah sampai ikut menunggu Abah disini?" Batin Ayana terus berucap penasaran dengan sosok Harsa yang sebenarnya.

-----

Setelah mengobrol dengan Ayana, Alif menyempatkan diri untuk mengobrol dengan Hanna. Lebih tepatnya, mungkin Alif akan menegur adik perempuan nya itu. Sebab apa yang dikatakan oleh Hanna malam ini tentang Ayana, benar benar sudah kelewat batas.

"Kamu dan Ayana memang beda ibu, tetapi jangan lupa kalau kamu dan Ayana adalah saudara se-ayah, Hanna. Itu adalah kenyataan yang harus kamu terima," ucap Alif tegas, namun meskipun tegas, tatapan hangatnya tak berubah.

SAGARA ALBIRRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang