Terima kasih, sudah membuktikan bahwa sosok pria yang sangat menghormati wanita itu masih ada di zaman yang penuh fitnah ini
—SAGARA ALBIRRU—
🌷🌷🌷
"Gilaa... Jadi, hadiah yang dimaksud kiyai itu, nikahi salah satu anak perempuannya, bang?" Ardan yang masih santai mengumpulkan kulit kacang, langsung heboh saat mendengar cerita Harsa.
"Iya, karena beliau katanya udah bernazar. Setelah dua tahun lalu gue nolong dia nemuin dompet sama visa nya waktu mau berangkat umroh."
"Bener bener beruntung Lo, bang. Hoki seumur hidup lo udah kepake," sahut Dirga.
"Tapi, yang gue gak nyangka, masa iya mertua Lo modelan Masya Allah, lah menantunya modelan astaghfirullah kayak lo begini, bang?" Sindir Shaka dengan nada meledek.
Harsa hanya geleng geleng, sama seperti ketiga sahabatnya yang mungkin heran, Harsa jauh lebih heran. "Gue juga gak nyangka, Shak. Masa iya kiyai Bahri percaya kalau gue bisa jadi imam yang baik buat anak nya."
"Btw, anaknya cantik gak, bang?" Tanya Ardan.
Sekilas, bayangan wajah teduh Ayana kembali terlintas dalam benak Harsa kala mendapat pertanyaan itu. "Ntahlah... Wajahnya tertutup sempurna dengan cadar. Tapi dari matanya yang coklat berbinar, dia udah keliatan cantik walaupun seluruh wajahnya gak terlihat."
"Ehh, buset... Bercadar? Lo yakin mau nikahin perempuan bercadar, bang?" Dirga seolah ragu dengan jawabannya Harsa.
"Ya awalnya gue juga ragu, perempuan kayak dia mana mungkin mau sama laki laki modelan kayak gue ini. Tapi nyatanya dia mau menerima gue karena dia percaya sama pilihan abahnya."
"Guejuga udah ikhlas nikahin dia, karena ada satu hal dalam dirinya yang menarik hati gue," lanjut Harsa dengan sangat yakin.
"Gila... Gilaaa... Sejak kapan selera lo yang serba tertutup begitu, bang?" Shaka benar benar tak habis pikir dengan keputusan Harsa itu.
Harsa pun memperbaiki posisinya, menatap wajah Shaka. "Heh, gue bejat bejat begini, selera gue tetep perempuan feeling beatiful in hijab, bukan perempuan modelan style kurang adab."
"Menyala, pak leader..." Sahut Dirga.
....
"Ya Rabb, janji mu itu nyata kan? Allah tidak mungkin memutuskan takdir seorang hamba dengan tujuan untuk membuat hambanya menderita, melainkan untuk membuat hamba-Nya mengingat kuasa-Nya."
Masih di atas sajadah biru, selepas melaksanakan sholat sepertiga malam, Ayana kembali meyakinkan hatinya untuk ikhlas menerima takdir. Takdir yang hadir secara tiba tiba tanpa pernah di duga duga.
Namun apalah daya, Ayana hanyalah seorang hamba, yang setiap perjalanan hidupnya hanya akan berlanjut dengan kehendak dan ketentuan Rabb-nya. Tugas Ayana sebagai seorang hamba, hanya menerimanya dengan ikhlas dan menjalankan nya saja. Selebihnya, biarlah menjadi urusan Allah. Kebahagiaan, kesedihan, kesulitan sampai kemudahan, diserahkan pada Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA ALBIRRU
Ficção AdolescenteDituduh berzina dengan seorang pria tak dikenal sampai pada akhirnya dipaksa menikah, bagaimana perasaan nya? Syok, sudah pasti. Namun berontak pun tidak ada guna nya untuk Ayana Shenna Albirru, sebab Abah nya yang selaku kiyai di pesantren itu suda...