[WARN! BXB]
[SELESAI]
__________________
Ketika dunia mulai bekerja dengan kekuatan penuhnya. Tercipta dua sisi yang saling bersinggungan.
Jahat dan baik. Hitam dan putih. Gelap dan terang.
Banyak yang memilih untuk berjalan di sisi baik, putih, da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mobil van putih itu melaju dengan cepat di jalanan yang cukup panjang. Melewati sebuah jalanan yang cukup terkenal di Kauai, Hawaii. Tree Tunnel. Pemandangan dari deretan pohon Eucalyptus di kanan dan kiri, membuat jalanan itu terasa sejuk dan indah.
Tapi itu bukan hal yang penting untuk saat ini. Terutama untuk semua penumpang dari sebuah mobil van putih yang tengah melaju dengan cukup kencang. Minho terlihat fokus dengan kemudinya. Terus menginjak pedal gas agar mobil itu bisa segera sampai di tempat tujuan.
“Apa masih jauh?” tanya Changbin. Jelas terlihat di air mukanya jika dia sangat cemas.
“Seharusnya tidak. Tapi kita tidak akan tau apa yang ada di depan sana.” jawab Minho tanpa mengalihkan pandangannya dari arah jalan.
“Bisakah kau mengemudikannya lebih cepat, Minho?” Changbin menoleh kearah Minho.
“Aku sedang berusaha melakukannya.” Minho menoleh sekilas pada Changbin sebelum kembali melihat ke depan.
“Argh! Biarkan aku yang membawa mobilnya.” pinta Changbin yang sudah frustasi dengan rasa cemasnya.
“Tidak, Changbin. Kau tetap di tempat dudukmu.” sergah Chan, menghentikan Changbin yang sudah ingin melepas sabuk pengamannya.
“Ayah! Kita harus cepat sampai di sana! Aku bisa mengemudi mobil lebih cepat dari Minho. Aku-”
“Dan membuat saudaramu yang lain dalam bahaya?” potong Chan menatap tajam Changbin. Si lawan bicara pun terdiam dengan napas yang di hela panjang.
“Aku tau kau mencemaskan Felix, Changbin. Tapi tidak seperti ini cara kerjanya.” tambah Chan.
“Tapi kita harus cepat sampai untuk menyelamatkan mereka, Ayah. A-aku, aku,” Changbin tidak bisa berkata-kata karena rasa panik yang semakin menyelimutinya.
“Tenanglah, Changbin. Berpikirlah dengan jernih untuk saat ini.” ucap Minho.
“Bagaimana bisa aku berpikir dengan jernih di saat seperti ini, Minho? Jisung juga disana. Di culik. Kau tidak tau bagaimana kondisi Jisung saat ini, apa kau masih bisa berpikir dengan baik?” sergah Changbin.
“Aku bisa. Karena aku yakin, Jisung dan Felix akan baik-baik saja.” Minho menoleh pada Changbin dengan sorot mata seriusnya.
“Mereka tidak selemah dan sebodoh itu, Changbin. Yakinlah, mereka tidak akan diam saja di sana. Mereka pasti punya cara sendiri untuk menyelamatkan diri.” tambahnya.
Changbin tidak mengatakan apapun setelahnya. Dia menyetujui apa yang dikatakan oleh Minho, tapi itu belum cukup untuk membuat rasa cemasnya mereda.
“Apa kau mendapat informasi yang lain, Yeo?” tanya Seungmin di bangku belakang sana. Yang di tanya tidak menjawab. Dia hanya melihat kearah ponselnya dengan terus menggigit ujung kuku jempol tangannya.