Bab 2

1 1 0
                                    

Pohon-pohon yang menjulang tinggi, daun-daun yang berguguran, dan suara gemericik dari angin yang berlalu. Semuanya masih tenang seperti biasanya, hingga tiba-tiba sosok gadis dengan rambut kuncir kuda dan Hoodie biru di tubuhnya muncul keluar dari semak-semak.

Dara menyingkirkan rerumputan yang menempel ditubuhnya. Dengan alis agak menyatu, tatapan berpatroli ke segala arah.

"Di mana pak Danny?" gumamnya.

Arvin bilang, pak Danny baru saja masuk ke dalam hutan. Tapi kenapa jejak kakinya bahkan tidak tampak? Apakah Arvin berbohong?

Dara menggelengkan kepalanya mengusir pikiran buruk itu. Arvin adalah anak yang baik. Dia berbeda dari anak-anak yang lain. Mana mungkin dia berbohong. Mungkin saja, pak Danny sudah kembali ke perkemahan. Sebaiknya dia segera kembali!

Setelah memutuskan, Dara kemudian membalikkan badannya untuk mengambil jalur yang sama di mana dia datang.

Namun belum sempat gadis itu melangkahkan kaki, tiba-tiba saja dia seperti mendengar suara hentakan benda jatuh tidak jauh darinya. Sontak Dara berhenti. Dengan penasaran dia menoleh ke sumber suara. Matanya menyelidik pada jarak-jarak tertentu. Tapi dia tidak bisa menemukan apapun.

*Srak!

Suara gesekan datang dari semak-semak. Seperti ada yang baru saja melewati tempat itu.

*Wusss!

Dara menoleh dengan ekspresi kaget saat merasa ada yang melintas dari belakangnya. Tapi sekeras apapun dia mencoba mencari, tidak ditemukan tanda-tanda hewan apapun yang melintas.

Berbagai macam bayangan mengerikan terlintas dalam pikirannya. Bagaimana jika ternyata ada hewan buas di bukit ini. Mungkin saja ada harimau, serigala, atau justru hewan berbisa lainnya. Apa yang harus dia lakukan?

"Hei, kamu! Kenapa kamu di sini?" Suara berat laki-laki tiba-tiba terdengar hingga mengejutkan Dara.

Sontak saja gadis itu menoleh dengan mata melotot dan mulut menganga kaget serta takut. Saat dia melihat siapa yang bersuara, barulah detak jantungnya kembali ditenangkan.

"Pak, Pak Danny." Sapa Dara dengan kedua tangan bertaut dan kepala menunduk.

Pak Danny memandang gadis itu dengan alis berkerut. "Dara? Sedang apa kamu di sini?"

Dengan ekspresi gugup Dara menjawab, "Sa, saya sedang mencari bapak ...."

"Mencari saya? Kenapa mencari saya?" Pak Danny menaikkan sebelah alisnya. Dengan bercanda dia melanjutkan. "Saya bukan anak kecil yang gampang hilang. Itu justru kamu! Ayo cepat kita kembali! Berbahaya di sini. Ada harimaunya!"

Dara menyentakkan kepalanya memandang pak Danny dengan ekspresi horor. Melihat ekspresi yang diinginkannya, pak Danny tertawa tanpa belas kasihan. "Hahaha, saya bercanda. Hutan ini bebas binatang buas. Jadi tidak perlu khawatir. Jika tidak, mana mungkin diizinkan untuk berkemah di sini." Kemudian dia merangkul pundak Dara selayaknya anak. "Ayo!"

Dara yang merasa tertipu hanya bisa mengikuti dengan ekspresi cemberut. Baru saja dia mengalami hal yang membuatnya parno, tapi pak guru balah bercanda dengannya. Jahat sekali ... Begitulah yang dirasa Dara.

"Tapi si sini memang masih ada ular. Jadi tetap waspada pada semak-semak ya."

Ekspresi Dara berubah pucat. Sebelumnya saat mencari pak Danny, dia masuk melalui semak-semak.

Habislah dirinya ....

Pak Danny dan Dara kembali ke perkemahan mengambil jalur lain. Kali ini jalannya cukup bersih, tidak seperti sebelumnya hingga membuat Dara harus menerobos semak-semak.

Ketika mereka sudah sampai ke perkemahan laki-laki. Pak Danny kemudian bertanya perihal apa yang membuat Dara mencarinya.

"Jadi Dara, kenapa kamu mencari saya?"

"Itu Pak, saya mau pinjam korek," jawab Dara dengan hati-hati.

"Loh? Cuma untuk pinjam korek kamu harus mencari saya sampai masuk ke dalam hutan? Kenapa tidak pinjam sama temanmu yang lain?" Pak Danny keheranan, tapi dia tidak menerima jawaban dari Dara. Gadis itu justru menundukkan kepalanya tidak ingin memandang ke arahnya. Pak Danny akhirnya menghela napas, dia kemudian merogoh tas selempang berwarna hitam. "Hah ... Ini, bawa saja, tidak perlu dikembalikan!"

Mendapatkan apa yang dia mau. Dara akhirnya mengangkat kepalanya dengan penuh semangat. "Terima kasih, Pak!"

"Iya, iya, cepat kembali ke tendamu. Hari sudah mulai sore. Ingat, kita harus berkumpul sebelum jam 5 sore di tengah." Dara mengangguk paham. Setelah mengucapkan permisi, diapun melenggang pergi.

Ada senyuman kecil di bibir gadis itu. Sambil berlari kecil, dia berulangkali akan memandang korek ditangannya, seakan itu adalah surat cinta. Sesampainya dia di tenda, Mutia, Mela, Sindy, dan Intan baru saja selesai membenah barang-barang mereka.

Dara datang mendekati Sindy yang sedang membongkar isi tasnya. Sambil mengulurkan korek, dia berkata, "Sindy, ini koreknya."

Mendengar suaranya, Sindy menoleh dengan kedua alis terangkat. "Hem? Oh? Tidak jadi, Ra. Aku ternyata bawa korek."

Mendengar jawaban tersebut, tubuh Dara membeku dengan tangan yang masih terulur. Perlahan dia menarik tangannya kembali. "Oh ... Lalu ... Ini mau diapakan?"

Sindy membalikkan badannya lagi untuk mengepak barang. Dengan enteng dia menjawab, "Ya, kembalikan lagi pada Pak Danny."

"Ta, tapi-"

"Sudahlah, cepat kau bersiap. Jangan sampai kita ditegur karena kamu bersikap lambat," kata Mela yang tiba-tiba menyela.

Dara dengan kepala tertunduk sedih membalas, "Oke ..." Lalu dia pergi ke sebuah pohon tempat dirinya meletakkan tas barang-barangnya.

Dengan kepala masih tertunduk, gadis itu membawa tasnya menuju tenda. Baik Mela, Sindy maupun yang lain tidak mempedulikan keberadaan lagi. Dengan tatapan nanar, gadis itu mulai membongkar isi di dalam tasnya.

Tidak Dara! Kamu tidak boleh sedih! Hal yang seperti ini tidak perlu kamu ambil hati. Bagaimanapun ini hanya hal sepele.

Dara mengambil napas dalam-dalam. Setelah menenangkan diri, gadis itu akhirnya bisa kembali optimis.

Semua anak telah berbaris di tempat terbuka antara tenda laki-laki dan tenda perempuan. Setiap kelompok menyusun barisannya masing-masing. Di dalam setiap kelompok, ada yang terdiri dari 5 perempuan dan 4 laki-laki, ada juga yang sebaliknya, 5 laki-laki dan 4 perempuan.

Dara berada di kelompok 4, yang terdiri dari 5 perempuan dan 4 laki-laki.

Pak Danny dan Buk Sarah berdiri berdampingan di depan mereka. Sedangkan 8 pengawas lain berdiri di belakang ke-duanya.

"Semua anak sudah berkumpul?"

"Sudah, Pak!" jawab semua murid serentak.

Tapi pak Danny tidak langsung merespon, dia justru melihat barisan kelompok 4 tempat di mana Dara berada. Setelah memastikan Dara ada di sana, barulah dia melanjutkan.

Semua orang menyadari hal itu, sehingga secara diam-diam mereka menertawakan-nya. Kelompok Mela, Mutia, Sindy dan Intan saling melirik satu sama lain dengan perasaan malu. Mereka geram pada Dara, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Siapa yang memintanya untuk jadi orang paling lamban. Tidak ada yang suka gadis yang sering kehilangan fokus dan lambat seperti Dara.

Meskipun Dara sering tidak fokus, bukan berarti dia tidak menyadari orang lain tengah menertawakan-nya. Ingin sekali rasanya dia berlari keruangan sempit di mana dia bisa menyembunyikan dirinya sendiri. Tapi keadaannya saat ini sangat tidak memungkinkan.

___

Diupdate pada tanggal 16 September 2024 pukul 19. 37 WIB

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DARAKA: petualangan di hutan ajaib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang