Chapter II
___________________________________________
Jaemin terbangun dari tidurnya, namun netra belum sanggup menangkap cahaya. Jaemin hanya bisa merasakan sesuatu yang berat dan hangat berada dalam pelukannya.
'Haechan?' batin Jaemin menebak yang tentu saja jawabannya sudah benar. Seseorang yang memiliki feromon seperti bayi baru selesai mandi ini, cuma Haechan yang ia tahu di rumah ini.
Setelah pandangan mulai jelas, Jaemin mendapati Haechan sedang memeluknya dengan tubuh menggigil. Ac di kamar itu memang dingin tapi menurut Jaemin tidak akan membuat Haechan seperti ini kalau dia tidak sedang sakit.
Hm? Sakit?
"Chan, kenapa?" Suara serak khas bangun tidurnya sedikit membuat Haechan tersentak kaget. Haechan masih menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jaemin.
Jaemin mengangkat tangannya untuk mengecek suhu tubuh dari dahi Haechan menggunakan punggung tangannya.
"Hm? Demam chan." Tanya Jaemin lagi yang hanya dibalas anggukan oleh Haechan.
"Tiba-tiba banget? Apa karena kaget semalam?" Lanjut Jaemin. Dia pernah dengar dari orang tuanya kalau seseorang mengalami sesuatu yang menakutkan untuk pertama kali bisa membuat nya demam.
Tapi Haechan suka nonton film hantu, ga mungkin kejadian semalam membuatnya takut, kan?
Haechan menggelengkan kepala.
"Bu-bukan —nghh..."
Jaemin terdiam kaku.
Desahan pelan yang lolos itu...
Dan anehnya, Jaemin baru sadar kalau feromon Haechan bukan sekedar bau badannya saja, melainkan feromon second gender—
Sepertinya Jaemin mulai paham. Namun Jaemin enggan membuka suara. Tangannya pun berhenti mengelus rambut Haechan, namun tidak berpindah.
"J-jaem.... L-lo....
al..pha?"
Tiba-tiba saja leher Haechan seperti tercekat. Ia tercekik dengan feromon yang sudah memenuhi ruang tidurnya.
Bukan hanya feromon sang dominan, feromon submissive pun bercampur di ruangan itu.
Membuat Jaemin bangkit lalu mengukung tubuh Haechan dibawahnya. Jaemin kalau tidur memang tanpa atasan jadi Haechan bisa melihat dengan jelas tubuh kekar Jaemin yang mengukungnya.
Tiba-tiba saja Haechan melihat Jaemin yang kesusahan untuk mempertahankan posisinya.
"Bau ini...lo.....omega?"
Shit.
Ini hari tersial bagi Haechan. Padahal Haechan sudah menggunakan chip dan sudah bertahan selama hampir 6 tahun—
—Tunggu, apa ini sudah jadwal ganti chip?'
Sial, sekali lagi Haechan merasa sial.
"T-tunggu Jaem! Nnnhh.. tunggu!."
Jaemin sedang berusaha mempertahankan rasionalitasnya. Tapi Haechan terlalu menggoda untuk dilewatkan.
Pipinya yang memerah, nafasnya yang terengah, rambut acak-acakan khas bangun tidur, membuat Jaemin ingin menjamahnya.
"Gue...hhnngghh tau, gue salah. Kayanya, nhhh.. gue h-heat, tapi!!! Hhnnn..."
Ucapan Haechan terhenti karena tiba tiba Jaemin mengendus leher Haechan.
Menghirup udara dengan rakus disana.
Wangi, wangi, wangi sekali.
Membuat kepala Jaemin pening.
Haechan meremas kedua pundak Jaemin, menyalurkan rasa geli yang mendominasi tubuhnya.
"Nhh.. J-jaemhhh ini s-salahhhh!"
Jaemin mengangkat wajahnya, kembali menatap Haechan yang tampak sangat manis di matanya.
"Aku menyukaimu, chan. Sejak lama."
Mata Haechan masih sanggup melotot akibat penuturan tiba-tiba dari Jaemin. Selain bahasa yang tiba-tiba pakai aku-kamu, Jaemin baru saja menyatakan perasaan nya.
"S-sejak..kapan?"
"SMP, sebelum aku tau kamu omega, aku terus mencintaimu, Haechan."
Jaemin menghentikan kalimatnya sejenak. Menatap dalam mata si manis di bawah kungkungannya dengan amat sangat lamat.
"Bagaimana denganmu? Kalau Kamu engga sama kaya aku, aku pergi sekarang."
Haechan hanya diam. Dia juga engga bisa jawab pasti. Karena tubuh dia masih dalam kondisi heat. Dia tidak tahu bagaimana perasaan sebenarnya terhadap Jaemin.
Merasa tertolak, Jaemin bangkit dan berdiri. Menatap Haechan yang belum berpindah dari posisiya sejenak sebelum berjalan ke arah pintu keluar.
Baru saja Jaemin mau memutar knop pintu, Haechan membuka suara.
"Gue...nggak tau tapi... Gue ngga mau lo pergi, Jaem..."
Persetan dengan semuanya. Haechan cuma mau heatnya segera selesai. Dan cuma seorang Alpha —yaitu Jaemin—yang bisa membantunya.
Jaemin tahu, kalau dia menuruti Haechan berarti dia bakal jatuh ke dalam jeratan Haechan. Karena Jaemin tahu Haechan tidak pernah benar-benar menyukai seseorang ataupun berfikir untuk menyukai seseorang.
Baginya, pasangan ada untuk kepuasan seksual.
Untung saja selama ini Haechan jadi dominan untuk pasangannya, jadi Jaemin bisa jadi orang pertama yang menjamahnya—
—stop jaemin, hentikan pikiran mesummu. Dia Haechan, omegamu yang harus kau jaga!'
"Kamu heat, chan, kita bicarakan lagi setelah—"
"Kalo keluar dari ruangan ini, gue bakal cari alpha lain bua bantu gue."
Jantung Jaemin berdegup keras.
Jaemin langsung berbalik badan, melangkah dengan cepat menghampiri Haechan.
"Jam berapa Mark hyung pulang?" Tanya jaemin cepat.
"4 s-sore.."
Haechan mulai gugup. Ini memang kemauannya tapi Haechan tidak pernah menjadi submissive. Seumur hidupnya ia berganti pasangan, tetap menjadi dominan.
Sepertinya ia kena karma dari mantan mantannya yang pernah dia permainkan dulu.
'RIP my ass...' batin Haechan.
Spicy next eps. Yang gamau baca 🔞 nya skip di chapter selanjutnya.