Sakura terbangun dalam keadaan kepala sedikit pening, setelah menghadiri pesta perayaan ulang tahun Kakashi semalam. Ia duduk di tepi ranjang, masih mengenakan piyama. Kilasan senyum Kakashi, obrolan kecil dan juga tatapan yang mereka lakukan membuat gadis pink itu merasa aneh. Wajahnya memerah.
"Kenapa aku masih memikirkannya sih?" Sakura mengusap wajahnya sedikit frustasi. Hatinya gundah gulana, pikiran tentang mantan gurunya itu tidak mau keluar dari kepala kecilnya itu daritadi malam.
Sakura sudah mengenal Kakashi sejak usianya 13 tahun. Ia tahu semalam senyuman Kakashi terasa lebih hangat dibandingkan saat Kakashi menyemangati dirinya ketika ditolak oleh Sasuke. Cara pria perak itu menatapnya jelas berbeda dari biasanya.
Sakura bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur, membuat secangkir teh hangat, berharap teh hangat itu bisa menenangkan pikirannya. Sambil menunggu air mendidih, pandangannya teralihkan ke luar jendela apartemennya. Udara pagi Konoha terasa sejuk, namun entah kenapa perasaan di dadanya masih terasa penuh.
Seketika ingatan tentang Sasuke merasuki kepalanya lagi, hubungannya dengan Sasuke tidak berjalan baik seperti apa yang diharapkan olehnya. Sakura mengira dia sudah melupakan Sasuke, tapi justru mantan gurunya--Kakashi yang malah merasuki kepalanya?
"Aku yakin... aku hanya kelelahan." Sakura menyakinkan hatinya.
Tehnya siap, Sakura menyesap teh hangat itu berharap bisa melupakan kejadian semalam. Tapi apa yang terjadi dengan otaknya ia malah semakin teringat kembali, ketika pria perak itu malah menemaninya dan menaruh bushin untuk menemui rekan-rekannya.
Sakura tahu itu hanya kebetulan, pria itu selalu melakukannya ketika Naruto dan Sasuke berkelana. Menemani bahkan mentraktirnya ramen setiap Sakura baru selesai berlatih bersama Tsunade.
Sakura menaruh cangkir teh, dan menghela napas panjang. Ino benar setelah perasaannya terhadap Sasuke mulai runtuh, ia menjadi gila.
Tok tok
Ketukan keras membuat Sakura terlompat dari kursi yang di dudukinya. Sakura sedikit mengumpat pelan-pelan menyadari ada yang datang ke apartemennya di pagi hari ini.
"Naruto?" Ucap Sakura setelah melihat Naruto tersenyum khasnya itu.
"Sakura-chan! Pagi! Kau terlihat...lelah," ucap Naruto sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sakura tersenyum, "ada apa pagi-pagi kesini Naruto?"
Naruto kembali tersenyum, "aku dan Hinata berencana untuk makan ramen, apakah kau mau ikut? Sudah lama kita tidak makan bersama kan?"
"Kau ingin sarapan dengan ramen?"
Naruto hanya terkekeh menanggapi pertanyaan Sakura.
"Aku tau kenapa kau dan Hinata berpacaran sekarang." Membuat Naruto yang berada dihadapanya mulai tertawa kecil.
"Jadi kau mau ikut tidak?" Ucap Naruto tidak sabar.
Sakura terdiam dan berpikir sebentar sebelum menjawabnya. "Sepertinya aku tidak bisa Naruto, aku harus ke rumah sakit sekarang banyak tugas yang harus dikerjakan. Mungkin lain kali ya?" Sakura memberikan sebuah alasan yang terdengar klise untuk menolak ajakan Naruto.
Naruto tampak sedikit kecewa ketika Sakura menolak ajakannya, "baiklah, tapi jangan lupa sarapan nanti sakit."
Sakura mengangguk sebelum menutup pintunya. Ia kembali duduk di kursi yang tadi ia tempati.
"Aku tidak mungkin menyukainya kan?"
Perasaan aneh pada mantan gurunya yang juga Hokage berkembang di dalam hati dan pikiran Sakura sepanjang hari. Membuatnya bingung setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted
RomanceSetelah interaksi kecilnya bersama mantan guru yang juga Rokudaime Hokage--Hatake Kakashi membuat Sakura tidak bisa berhenti memikirkannya. "Itu kan hanya interaksi kecil yang biasa kami lakukan. Kenapa jantungku berdebar-debar sih?" Gumamnya kesal...