Prolog

271 31 1
                                    

Setiap orang pasti ada alur kehidupan yang berbeda, ada yang cemara dan ada yang menyedihkan, tak jarang juga ada yang bercampur aduk.

Terkadang kita juga susah untuk mengambil keputusan, namun apapun keputusan yang kita ambil, terkadang akan mendapatkan takdir yang sama, dari itu semua, hanya Tuhanlah yang tahu dan berhak menentukan.

Kita tahu hidup itu pasti ada cobaannya, dan pastinya juga ada titik cahaya hidup yang menyinari kita, membahagiakan kita, dan membuat kita sangat bersyukur atas itu semua.

Namun, gadis ini sangatlah tidak memperdulikan dunia ini, sikapnya yang acuh terhadap orang lain, di dalam dirinya seperti hanya ada raga saja, jiwanya berkelana entah kemana.

Jika dirinya ditanya tentang kehidupan dirinya, ia kan selalu menjawab, "Bagaikan batu." Ucapnya selalu seperti itu jika ditanya tentang kehidupannya sendiri.

Brak!

Seorang gadis terjatuh akibat kecerobohan dirinya saat menuruni anak tangga, ia segera bangkit agar tidak membuat kedua orang tuanya khawatir dengan dirinya.

"Good morning, ayah bundaa!!" Sapa gadis itu dengan semangatnya.

"Good morning too, Abiel." Jawab kedua orang tuanya secara bersamaan.

Ia lalu duduk dengan senyuman yang terukir jelas diwajahnya, tak lama kemudian sang ayah memulai pembicaraan kepada sang anak.

"Abiel." Panggil sang ayah dengan lembut.

"Iya ayah, kenapa?" Balas sang anak.

Sang ayah tersenyum dengan hangat, lalu mengusap kepala sang anak dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang.

"Ayah sama bunda bolehin kamu sekolah di SMA Hagavi." Ucapnya yang sukses membuat sang anak tersenyum dan tak terpercaya dengan hal itu.

Dirinya tak bisa berkata-kata, senyuman manisnya terukir sangat jelas, ia mengangguk dengan semangat sebagai jawabannya.

Sang ayah, Ellan. Juga tersenyum melihat wajah sang anak menjadi sangat semangat dengan perkataan dirinya sendiri.

"Seminggu lagi, tes masuk ke SMA Hagavi, ayah yakin kamu bisa, Abiel." Ucap ayahnya meyakinkan sang anak.

"Baik, ayah!" Ucapnya semangat.

Sang bunda yang kini juga ikut serta dengan kedua orang itu sembari membawa makanan untuk sarapan pada pagi itu, sang bunda, Callie.

Callie memeluk tubuh sang anak dengan hangat, begitu pun juga sang suami, mereka lalu sarapan dengan perbincangan kecil dengan sangat bahagia, canda tawa, kejahilan kecil, dan seterusnya.

"Abiel, sore nanti ada temen bunda kesini, kalau bunda belum pulang, tolong ya disambut dulu." Ucap bunda dan mendapatkan anggukan dari anaknya, Aralie.

Mereka pun melanjutkan sarapan pagi tersebut dengan hening sampai mereka selesai dengan kegiatan tersebut.

Aralie kemudian membantu bundanya ketika selesai sarapan, dan Ayahnya segera pergi ke kantor untuk melakukan rapat pada pagi itu, tak lupa ia berpamitan dengan sang istri serta anak kesayangan nya.

Bugh! Bugh! Bugh!

Seorang gadis terpukul dengan keras hingga membuat tubuhnya terlempar menghantam dinding yang amat keras itu.

"Akhh...." Ringis gadis itu dengan darahnya yang mengalir dari dalam mulutnya.

"Dasar anak tidak berguna, Kamu selalu menyusahkan saya!" Ucap pria itu dengan emosinya yang besar.

Gadis itu hanya bisa memegangi perutnya akibat pukulan dari pria itu, rasanya ia ingin saja pergi dengan berlari dari hadapan pria tua tersebut.

"Adeline Wijaya Karyansa! Kamu bisa tidak mendengar saya!" Tanya pria tua itu dengan kasar.

"Hm..." Jawab Delynn dengan cuek, suaranya kini semakin susah ia keluarkan, sebab sang ayah menampar pipinya dengan keras sehingga membuat pipinya memar dan sedikit terluka.

...

Adeline Wijaya
As

Adeline Wijaya karyansa

Abigail Rachel As Abigail Rachel Alliegra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abigail Rachel
As
Abigail Rachel Alliegra

Abigail Rachel As Abigail Rachel Alliegra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Let's read SANG CAHAYA.

Sang Cahaya | AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang