Bab 2

386 53 12
                                    

Seminggu kemudian setelah kejadian tersebut, sang matahari mulai menerbitkan dirinya, cahaya menerobos masuk kedalam kamar Aralie, membuat dirinya terganggu oleh cahaya matahari tersebut.

"Eughh...ini jam berapa..?" Ucap Aralie dengan suara seraknya.

Aralie duduk sejenak diujung kasur, lalu ia melirik kearah jam yang menunjukkan pukul setengah enam, jarak rumahnya dengan sekolah itu tidaklah terlalu jauh, termasuk hitungan dekat.

Setelah mengumpulkan kesadarannya sepenuhnya, ia pun mengambil handuknya yang tergantung pada gantungan pakaian, tak lupa dengan seragam tes SMA Hagavi.

Tujuh menit kemudian, Aralie keluar dari kamar mandi dengan dirinya yang telah rapi dengan seragam khusus tes SMA Hagavi.

Kemudian setelahnya ia pun berjalan menuju pintu kamarnya lalu membuka pintu tersebut dan tak lupa juga menutupnya kembali.

Aralie segera menuju kearah lantai bawah untuk menyambut kedua orang tuanya yang terlihat saling membantu membuat sarapan pagi hari.

"Good morning ayah dan bundaa!!" Ucap Aralie dengan semangat dan juga ramah terhadap kedua orang tuanya.

"Good morning too Abiel." Jawab kedua orang tuanya.

Kemudian Aralie membantu kedua orang tuanya, ada yang merapikan meja, ada yang mempersiapkan piring dan alat makan, dan yang terakhir tentunya ada yang menaruh mangkuk berisi sup.

Mereka menikmati sarapan pada pagi hari tersebut dengan tenang dan dengan sedikit pembicaraan ringan.

Tentu setelahnya mereka bersiap-siap untuk mengantarkan Aralie ke sekolahan nya (calon) untuk mengikuti tes yang memang diharuskan sampai tepat waktu.

Ketika di mobil Aralie merasakan bahwa detak jantungnya berdegup kencang, perasaan dirinya sangat tegang karena sebentar lagi sampai dan ia mengikutinya tes tersebut.

"Kira-kira...Abiel bisa ngga ya..?" Tanya Aralie dengan sedikit khawatir di nada bicaranya.

"Kamu bisa, Abiel. Ayah yakin sama kamu, dan bunda juga yakin sama kamu, kamu pokoknya semangat ya nak? Apapun hasilnya ayah sama bunda tetap bangga sama kamu." Ucap sang ayah menyemangati Aralie.

"Bunda juga selalu mendoakan kamu dan mendukung kamu, Abiel. Kamu semangat ya nak, bunda percaya kamu bisa." Ucap bunda sama tulusnya dengan sang ayah.

Aralie terlihat menjadi semangat, awalnya dirinya merasa ragu pada diri sendiri, jantung yang berdegup kencang, dan perasaan yang sangat tegang, hilang begitu saja ketika mendengar pernyataan kedua orang tuanya.

Senyuman manisnya terukir jelas diwajahnya, semangat dalam dirinya semakin membara, tanda ia siap dalam melakukan tes tersebut.

Ketika sang ayah telah menghentikan mobilnya, Aralie kemudian menyalami kedua orang tuanya dan tak lupa mencium pipi mereka, tentu saja kedua orang tuanya membalas ciuman tersebut dengan penuh kasih sayang.

"Semangat ya Abiel, kamu pasti bisa." Ucap mereka berdua yang diangguki oleh Aralie.

Kemudian Aralie turun dari mobil sang ayah, lalu melambaikan tangannya ketika sudah di gerbang sekolah yang akan menjadi sekolah tetap nya.

Aralie berjalan menuju pintu atau gerbang utama untuk pengecekan calon siswa siswi baru, ia menghampiri salah satu anggota yang bertugas pada hari itu dan menyapanya dengan ramah.

"Oh iya, halo juga adekk..., nama kamu siapa ya? Mau saya catat, untuk laporan." Tanya kakak kelas tersebut.

"Abigail Rachel Alliegra kak." Jawab Aralie yang diangguki oleh kakak kelas itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang Cahaya | AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang