Bab 25: Langkah Terakhir

2 1 0
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.

Nara merasa seperti terjebak dalam pusaran kesedihan dan keputusasaan. Setiap hari, dia berjuang untuk terus bertahan di tengah-tengah tekanan dari sekolah, konflik dengan orang tuanya, dan ketidakpedulian Pak Daniel. Rasanya seperti tidak ada jalan keluar dari penderitaan yang terus menghantui hidupnya.

Di sekolah, Nara semakin terasing dari teman-temannya dan merasakan semakin sedikit dukungan dari Pak Daniel. Meskipun dia terus mengemis perhatian dan mencoba mencari dukungan, Pak Daniel tampaknya semakin menjauh, dan perhatian yang dulu dia terima sekarang terasa semakin tidak memadai.

Suatu hari, Nara menerima kabar bahwa dia harus menghadapi ujian penting yang akan menentukan kelulusannya. Tekanan akademis ini menambah beban yang sudah sangat berat di pundaknya. Meskipun dia berusaha keras untuk belajar dan mempersiapkan ujian, rasa putus asa dan kelelahan semakin menggerogoti dirinya.

Di rumah, ketegangan antara Nara dan orang tuanya semakin meningkat. Pertengkaran yang terjadi hampir setiap malam membuat suasana semakin tidak nyaman. Nara merasa semakin terasing dan tidak dihargai, dan setiap kali dia mencoba berbicara atau mengungkapkan perasaannya, dia justru mendapatkan cacian dan kata-kata yang menyakitkan.

Kehidupan sehari-hari Nara semakin berat, dan dia merasa tidak mampu menghadapi semua tekanan yang datang kepadanya. Rasa putus asa dan kesedihan terus menerus menggerogoti dirinya, dan dia mulai merasa bahwa tidak ada lagi jalan keluar dari kegelapan yang menyelimutinya.

Suatu malam, setelah pertengkaran hebat dengan orang tuanya, Nara pergi ke taman yang sama seperti sebelumnya. Di sana, di bawah cahaya bulan yang lembut, dia duduk sendirian, merenung tentang hidupnya. Dia merasa lelah dan hancur, dan semua harapan untuk kebahagiaan tampaknya sudah sirna.

Nara memutuskan untuk mengambil langkah drastis. Dia merasa bahwa tidak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk mengubah hidupnya dan mengakhiri penderitaan yang terus menerus menghantui dirinya. Dengan hati yang penuh keputusasaan, dia memutuskan untuk menulis sebuah surat terakhir, mengungkapkan semua perasaannya dan perasaannya tentang hidup yang telah dilaluinya.

Setelah menulis suratnya, Nara merasa sedikit lega karena dia telah mengungkapkan semua yang dia rasakan. Namun, dia masih merasa cemas dan takut tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia tahu bahwa keputusan yang dia ambil adalah keputusan yang sangat berat, tetapi rasa sakit dan keputusasaan yang terus menerus menghantui dirinya membuatnya merasa bahwa ini adalah satu-satunya jalan keluar.

Dengan surat di tangannya, Nara meninggalkan taman dan pulang ke rumah. Di tengah kegelapan malam, dia merasa seolah-olah hidupnya berada di ambang kehampaan. Dia tahu bahwa langkah yang dia ambil adalah langkah terakhir, dan dia merasa bahwa tidak ada lagi harapan untuk masa depannya.



Jangan lupa vote dan komen ☺☺☺☺

Aku ingin bahagia (END)+Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang