Episode 3. Genre Buku Kesukaan

19 11 0
                                    

  Sesampainya di kamar apartemen, Anne langsung menjatuhkan dirinya pada kasur empuk, melempar tasnya ke sembarang tempat. 

  Berdecak frustasi, sambil berguling-guling dan memukuli bantal. Masih kesal dengan kesombongan laki-laki tadi. Dia meraih ponsel di saku. Kurang rasanya kalau tidak melapor kejadian apapun itu, pada teman-temannya.

  Anne dengan perasaan jengkel menekan nomor telepon seseorang, menghubunginya. Satu detik. Dua detik. Tersambung.

  “CERSEI!” Teriaknya.

  “ADA APA, ANNE!” Cersei ikut berteriak karena terkejut mendengar suara Anne yang berteriak, “Kau mengagetkanku.”

  “Aku sedang emosi.” Tukas Anne. Wajahnya masam di seberang sana.

  “Kenapa?” Cersei penasaran.

  “Kau tahu? Aku kesal sekali dengan sikapnya, dia angkuh sekali, bisa-bisanya dia masa bodoh denganku.” Kata Anne sambil memukul-mukul kasur.

  “Siapa? Aku tidak tahu siapa orang yang kau maksud.” Cersei bertanya sekali-lagi.

  “Emmanuel. Orang yang menempati bangku paling belakang di sudut kelas.” jawab Anne, semakin kesal.

  “Oh? Siapa lagi dia? Apa orang yang tak masuk pada hari pertama kita disana?”

  “Ya. Itu dia, maka dari itu aku mencoba mengajaknya berkenalan, Cersei! Tapi, dia benar-benar sombong.” Anne berbicara dengan mempertegas setiap kata.

  “Kau seharusnya tau, tidak semua orang bisa menerima kamu.” Cersei berusaha menasehatinya, “apalagi sifatmu yang aneh begitu. Wajar dia menanggapinya seperti itu.”

  Anne tidak menjawab, mendengarkan ceramah temannya itu. Perutnya berbunyi. Dia pergi ke dapur, mencari makanan yang bisa dimakan saat itu juga.

  Dia membuka kulkas, memperhatikan dengan teliti di setiap sudutnya. Menemukan satu kotak kecil selai kacang. Anne segera mengambilnya. Berjalan ke meja makan, meletakkan ponsel dan menyantap selai kacang yang dingin itu.

  “Kau dengar aku, Anne?” Ujar Cersei di seberang sana.

  “Dengar, dengar…” Anne menjawab sambil merasakan manisnya selai kacang yang disantapnya.

  Percakapan itu belum usai hingga satu sendok selai kacang terakhir. Cersei kembali bertanya.

  “Aku curiga, kau tidak mendengarkan, Anne!?”

  “Aku sedang makan, Cersei. Kau diamlah!”

  “Tapi seharusnya kau pengertian. Setidaknya kau menjawab ‘iya’ atau semacamnya agar aku merasa dihargai.”

  “Diamlah, Cersei! Aku mendengar—”

  Suara batuk terdengar di speaker ponsel Cersei. Cersei menjadi merasa khawatir, seketika dia panik sambil berteriak memanggil-manggil Anne.

  Tapi beberapa detik kemudian, suara itu hilang. Hening. Sampai Anne kembali berbicara di ponselnya.

  “Maafkan aku, Cersei, ada butiran kacang tersangkut di tenggorokan. Honestly rasanya sakit sekali. Aku jadi sadar bahwa sakit hati seperti tadi lebih baik daripada sakit karena tersedak seperti ini.” Dari suaranya, Anne bergetar.

  “Jangan pernah memilih begitu. Tapi mungkin dia terkejut dengan sikapmu yang tiba-tiba. Mungkin karena dia bingung atau pendiam? Coba kau dekati besok.”

✧✧✧

  Di antara rak-rak buku di perpustakaan kampus itu, Anne berpikir. Apa yang harus dia katakan selanjutnya? Laki-laki kemarin yang masa bodoh dengan Anne sekarang ada di belakang mengikutinya.

  Sebenarnya bukan apa-apa, beberapa menit lalu Anne memang sengaja mengajaknya untuk pergi ke perpustakaan untuk mengobrol satu sama lain. Tapi, nyatanya sekarang mereka malah saling diam.

  Salah satu keinginan Anne yang belum terpenuhi juga ada di perpustakaan. Tempo hari saat dia mengobrol dengan Logan, yang membaca sebuah buku dengan genre Dark Romance telah menarik perhatiannya.

  Saat Anne kalang kabut memikirkan bagaimana caranya agar bisa mengobrol dengan Emmanuel, perhatiannya langsung teralih ketika melihat teman sekelasnya, Lucas dan Kova yang asyik mengobrol di bangku perpustakaan.

  Tanpa ba-bi-bu lagi, Anne segera menghampiri mereka berdua. Menyapa.

  “Hai, Lucas. Hai, Kova,” sapa Anne, riang.

  “Halo, Anne. Kenapa kau kemari? Mencari sesuatu?” Kova melirik orang yang ada di belakang Anne yang ikut mendekat.

  “Ya, aku mencari sebuah buku.” Dengan matanya, Anne melihat rak-rak buku yang ada di sekitarnya.

  “Buku apa yang kau cari, Anne?” Tanya Lucas.

  “Captive In the Dark karya CJ Roberts.”

  Lucas menunjuk ke salah satu, mengatakannya bahwa buku yang dimaksud Anne ada di sana. Anne segera mendekati rak itu dan mendapati buku yang dia inginkan berkilau dengan sampulnya yang bersih.

  “Thank you, Lucas and Kova.” Anne mengambil buku itu, mengamati setiap detailnya dengan seksama, kagum. Rasa excited menjalari dirinya.

  Kova sekali-lagi melirik pada seorang laki-laki yang mengikuti Anne dari tadi, sekarang dia bertanya, “Dan kau, apa yang mau kau cari disini?”

  “Tidak, aku hanya menemaninya datang kesini.”

  “Kau, Emmanuel, bukan?”

  “Yeah.”

  Percakapan yang tadinya sederhana dan tidak menimbulkan reaksi yang banyak, sekarang malah sebaliknya.
  
  Kova memperhatikan Anne yang tengah sibuk pada buku Captive in The Dark, ekspresi kagumnya seolah melihat sebuah harta karun berharga.

  Dia terkekeh, “Kalau tidak salah itu dark romance, kan? Kau suka membaca buku bergenre begitu?” tanya Kova, mengandung ejekan pada pertanyaannya.

   Anne mengangguk-angguk, “Yeah.” jawabnya bahkan tanpa mengangkat pandangan ke arah Kova.

   “Kau tidak takut?”

   “Tidak. Kenapa harus takut?, buku genre seperti ini justru seru. Memiliki sensasi unik yang dapat dirasakan. Kau tidak akan mengerti jika tak menyukainya,” lanjut Anne. Kali ini mendongak menatap Kova, mengejek balik.

  “Astaga, gadis yang unik.” Kova mendengus, menyadarkan punggungnya pada kursi. Mengangkat tangan kanan untuk membenahi kacamatanya yang melorot.

  Selera buku mereka bahkan dapat dibedakan dari penampilan dan sikap kedua belah pihak. Kova sangat menggemari buku yang memiliki nilai moral tinggi dan terdapat banyak motivasi, mampu untuk membangun diri menjadi pribadi lebih baik.

Mampu mendeskripsikan penampilan Kova yang rapi nan elegan. Begitu pula sifatnya, mandiri, disiplin, dan rajin.

  Terbalik dari Kova. Anne amat menyukai buku-buku bergenre romansa gelap dan action. Mirip juga dengan sifatnya yang banyak tingkah, dan penampilan mencoloknya.

  Setelah menyelesaikan urusannya di perpustakaan, Anne segera pergi ke suatu tempat lagi, tak lupa tetap mengajak Emmanuel bersamanya.

Obsessive BiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang