2. Sesuai Harapan?

94 12 12
                                    

Haiiii ◉⁠‿⁠◉












Waktu berlalu, Venan dan Rival yang berkendara selama yah cuman 20 menit ke bandara sekarang sudah tiba di hotel tempat menginap sekalian yang akan dijadikan sebagai tempat pertemuan pentingnya.

Pemandangan kota yang luar biasa dari balkon tidak membuat Venan gentar sebab panasnya cuaca, dengan kacamata hitamnya Venan duduk santai di balkon hotel mengabaikan Rival yang sejak tadi berceloteh tentang perlunya kesiapan mereka untuk menggaet raja bisnis nanti.

Jengah dengan suara-suara gerutu Rival, Venan memilih mengambil handphone nya hendak menghubungi Leo si pak polisi. Dering tersambung terdengar, hanya selang beberapa detik layarnya sudah menampilkan Leo yang berwajah datar dan lelah, Venan tersenyum mengejek.



"Kasihan sekali pembantu negara Konoha ini, hahahaha"

Tut

Venan semakin terbahak ketika reaksi Leo adalah mematikan panggilannya tanpa menjawab ejekan tidak berguna Venan.

"Astagaa apakah dia ngambek? Aihh dasar bocah padahal aku merindukan muka temboknya hahahaha aduhhh" tawanya belum berhenti, bisa dibayangkan jika sekarang aura Leo sedang menghitam dan menyebarkan teror pada rekan-rekan disekitarnya.


Rival yang merasa tidak didengarkan sedari tadi melihat kelakuan aneh dari Venan yang tertawa keras, sial bahkan gusinya pun terpampang nyata.



"Oiii sat, dengerin gak sih daritadi!!!" Rival menuju sahabat somplaknya itu dengan langkah yang dihentak. Greget dia.

"Dih, apaan sih. Ga penting tau yang lu omongin, apaan coba masa pas pertemuan nanti gue pake bawa-bawa sogokan segala mending kalau itu kayak Vodka mahal berkelas lah saran lu malah bawain martabak manis, ngotakk dong cok!!!"

Esmosi Venan tuh, aneh aja si Rival mukanya aja yang kayak orang bener, ide dan sarannya hampir ngawur semua, katanya biar-

"Ya biar bedalah kocak, biar lu diingat sama si aki-aki idola lu itu! Masih mending gue mau bantu ngasih ide ya sat, dibanding teman lu yang kayak tembok satu itu ga ada kontribusi apa-apa buat bantu lu dapetin hati si aki-aki" Rival ngotot tidak mau kalah.

Venan yang mendengar panutan dan salah satu bestinya dijelekkan oleh titisan Lucifer, melotot seketika.


"Dih, aki-aki kek gitu duitnya bisa beli harga diri lu kocak, btw itu Leo juga teman lu ya, tapi otaknya normal gak kayak lu, ngawur!"



Namun sebelum Rival sempat membalas Venan sudah terlebih dahulu menjambak rambut Rival dan lari terbirit-birit, tidak lupa HAHAHAHA nya yang seolah-olah mengejek manusia yang mendengarnya.




Kalah cepat dengan si cungkring itu, Rival harus menelan pil pahit karena Venan sudah turun dengan lift nya, huft, sudahlah yang waras mengalah. Batin nya dengan aura kebijakan. Kembali masuk ke kamar keduanya menginap, dan mereview kembali persiapan mereka. Masih ada 4 jam sebelum pertemuan mereka berlangsung.












Venan yang telah sampai diluar hotel, berjalan santai sambil melihat-lihat. Biasanya akan ada pengawal yang berjalan dibelakangnya, namun sekarang hal itu tidak dibutuhkan. Hotel ini sudah dijamin keamanannya, yah dia tidak peduli bagaimana prosesnya, tapi dia bisa menebak hal itu karena hotel ini adalah milik dari aki-aki kaya yang Rival sebut tadi.


Usianya memang aki-aki, alias lanjut usia namun sungguh penampilannya tidak mencerminkan umur aki-aki tersebut, mungkin karena dulunya orang itu adalah mantan seorang jendral perang sehingga aura dan wibawa serta kebugaran nya masih terjaga. Atau karena faktor gen, seingat Venan keluarga terpandang tersebut termasuk jajaran dengan visual di atas rata-rata, tapi yah itu, menurutnya kedua somplak yang menemani Venan dari nol sampai sekarang ini lebih bersinar terang.




Kucing NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang