bab 29

5K 532 18
                                    


Tiga hari sudah berlalu sejak Renjun masuk dalam rumah sakit, sekarang suasana rumah kembali hangat dengan mereka yang berusaha menghibur Renjun.

Namun sepertinya tidak untuk pagi ini, sejak pagi tadi keadaan mood Renjun sudah tidak baik dari yang menolak untuk mandi padahal biasanya Renjun sangat antusias ketika mendengar kata mandi sehingga mereka terpaksa menggunakan paksaan dan sekarang Renjun tidak mau makan dan justru terduduk di depan saudaranya yang hendak berangkat sekolah.

"Sayang adik sama hyungnya mau sekolah dulu ya, nanti pulang main lagi" Wendy bahkan Chanyeol sedari tadi sudah berusaha membujuk Renjun bahkan mereka juga sama.

"Jie hiks huaaa ngan gi hiks pha" sedari tadi Renjun terus menangis membuat mereka bingung dan juga takut anak itu kembali sakit.

"Hyung, jie sekolah dulu nanti main lagi" ujar Jisung namun Renjun tetap menolak.

Bahkan anak itu sekarang memberontak di pelukan papanya.

"Astaga sayangnya papa tenang nak" Chanyeol sedikit kesusahan karena bagaimanapun tenaga anak itu bukan tenaga anak kecil yang gampang di taklukan.

Entah kenapa sejak baru bangun Renjun kembali mengamuk dan tantrum.

"Kalian berangkat saja ya, nanti telat hm, biar mama dan papa yang menjaga Renjun" Wendy tau semua anak anaknya khawatir dan tidak tega melihat Renjun yang menangis sejak tadi bahkan terus memberontak.


Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan Renjun baru saja bisa di tenangkan, sekarang anak itu masih sesenggukan di pangkuan papanya sembari menyandarkan kepalanya di dada papanya.

"Pha hiks solah hiks Jun" lirihnya dengan tubuh yang masih bergetar dan sesenggukan walaupun sudah tidak ada air mata yang keluar lagi.

"Iya sayang, nanti Jun juga sekolah ya, nanti kita beli tas yang sama ya kayak adik dan hyung hm" mereka baru tau penyebab Renjun mengamuk dan tidak ingin di tinggal saudaranya.

Ingatlah Renjun sangat mudah menangkap apa yang di ajarkan, dan mungkin selama ini Renjun juga memperhatikan saudaranya yang pergi bersekolah dan kenapa dirinya tidak memiliki apa yang saudaranya miliki seperti tas dan seragam hanya sepatu yang menurutnya sama dengan saudaranya yang lain.

Salahkan anak anaknya yang setiap hari membantunya mengajari Renjun belajar mengenal hurup dan membaca sedikit sedikit sehingga anak itu mulai mengerti tentang sekolah.

"Injun belajar sama papa dulu hm, nanti kita sekolah, injun pilih sendiri tasnya ya sayang" Chanyeol menciumi pucuk kepala putranya.

Rambut Renjun masih basah karena tidak sempat di keringkan tadi.

Wendy datang membawa piring untuk sarapan putranya itu.

"Aduh kasian sekali anak mama, sampai sembab seperti ini hm" Wendy mulai menyuapi Renjun dan beruntung kali ini anak itu tidak menolak.

"Kamu jadi ngajak Renjun ke kantor, bagaimana kalau nanti tantrum lagi" ujar Wendy tadi dirinya mengira suaminya itu akan libur tapi ternyata tidak, Chanyeol sudah menghubungi sekretaris nya kalau dia akan datang terlambat.

"Iya, aku bisa menjaganya kok, lagian pekerjaan ku tidak terlalu banyak" ujarnya dirinya sedari tadi tidak berhenti mengusap pipi tembam putranya itu.

"Tadi aku nyuruh pelayan ngambil tas anak anak yang masih baru, sementara pake itu aja nanti kita belikan juga dan biar Renjun milih sendiri, mau di bawakan apa aja nanti" guman Wendy memang tadi mereka sudah merencanakan untuk membelikan Renjun perlengkapan sekolah tapi mungkin hanya buku tulis dan buku gambar juga pensil warna saja karena Renjun yang terus meminta barang seperti saudaranya pakai.

"Gak ada yang bewarna gitu" ujar Chanyeol karena dirinya tau semua tas anak anaknya rata rata berwarna hitam atau abu abu.

"Kayaknya gak ada deh" ujar Wendy sedikit mengingat ingat tak milik anak anaknya yang belum terpakai.

"Kayaknya kita pernah beli tas warna biru buat Jisung waktu kembali ke sini tapi anaknya gak mau kan, maunya warna abu, itu aja yang di pakai" ujar Chanyeol memang saat pertama kali pindah Jisung menginginkan tas baru padahal sudah di belikan tas oleh Wendy berwarna hitam tapi bosan katanya lalu Mark yang membelikan nya warna biru makin gak mau anaknya.

"Ah iya lupa" ujar Wendy yang mengingat tas itu.

"Yaudah itu aja, bawakan saja buku yang biasanya sama buku gambar, aku mau ganti baju sekaligus gantiin baju Renjun dulu hm" Chanyeol bangkit dengan Renjun yang masih memeluk lehernya kuat.







Pukul 08.45 Chanyeol baru sampai di perusahaan nya, Chanyeol menggandeng tangan mungil putranya, awalnya tadi Renjun tidak mau turun bahkan hanya mau di gendong tapi Chanyeol berhasil menenangkan putranya itu.

Di pundaknya tersampir tas berwarna biru seharusnya tadi Renjun memakainya sendiri tapi dia tidak mau karena sedikit berat mungkin, karena Wendy juga memasukan botol berisi susu dan tiga kotak bekal di dalamnya.

Semua karyawan kantor terdiam menatap atasan mereka yang baru datang dengan seorang remaja yang terus bersembunyi di belakang tubuhnya.

Renjun menggunakan celana selutut bewarna putih dengan Hoodie berwarna cream dan jangan lupakan tangan anak itu yang tenggelam.

"Pha" Renjun menggenggam erat jas yang di pakai papanya, dirinya takut dengan banyak orang yang menatapnya.

"Say hello sayang" Chanyeol tersenyum dan menarik dengan pelan tangan putranya sehingga sekarang Renjun berdiri di depan papanya, berbedaan tubuh mereka sangat ketara.

"Hello" gumam Chanyeol sembari melambaikan tangan putranya membuat para karyawan gemas dengan Renjun yang masih terlihat menatap takut pada mereka semua.

Di kantor memang Chanyeol terkenal baik dan tidak terlalu menekan karyawan sehingga membuat mereka betah bekerja di perusahaan tersebut.

"Perhatian semuanya, ini adalah putra saya, putra kedua saya dan sebelum kalian berkomentar ketika melihatnya, dia pernah si sekap kalian pasti tau yang sudah bekerja lama tentang pencarian putra saya yang hilang, dan ini putra saya sudah saya temukan walaupun dengan keadaan seperti ini, jadi cukup itu saja yang harus kalian tau dan tolong bantu menjaganya ketika saya membawanya ke kantor ini" ujar Chanyeol tangannya mengusak rambut putranya.

"Kalau boleh tau namanya siapa ya pak, yang ini mirip sekali dengan nyonya Wendy" ujar salah satu resepsionis yang sedang berjaga di sana.

"Renjun, dan mohon kerja samanya semua" ujar Chanyeol lalu membawa putranya untuk menaiki lift, dan lagi Chanyeol terpaksa menggendong tubuh putranya apalagi melihat anak itu hampir lari ketika pintu lift tertutup.





"Cah, injun main di sini hm papa kerja dulu ya" Chanyeol mengeluarkan semua isi yang ada di dalam tas tersebut tidak perduli jika ruangannya menjadi berantakan.

Dirinya juga membuka salah satu kotak bekal yang berisi buah potong dan cemilan untuk putranya.

Renjun yang melihat itu menghampiri papanya dan langsung mengambil buah yang ada di kotak itu.

"Astaga pakai ini sayang nanti kotar" Chanyeol membersihkan tangan putranya dan memberinya garpu plastik yang untuk di pegang.

Setelah memastikan putranya nyaman, dirinya mulai mengerjakan pekerjaan yang sudah menumpuk sambil sesekali mengawasi putranya yang terlihat sibuk mencoret coret buku tersebut.







Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang