||END: Apa arti diri sendiri?||

1 0 0
                                    

"bukalah matamu, semuanya sudah selesai" bisikan halus seorang wanita ditelingaku. Aku membukakan mataku perlahan lahan dan memandangi sekeliling ruangan yang bernuansa biru langi itu, air mata perlahan menetes deras dipipiku ketika teringat kesedihanku akan kehilangan seseorang yang selama ini selalu menemaniku dikala duka maupun suka.

Wanita itu memberikan selembar tisu untukku "kamu akan baik baik saja, sejauh ini kamu sudah sangat hebat" ujarnya seraya memberikan tisu untukku

Aku menghapuskan air mata yang berderai dipipiku hingga membasahi kemeja putih yang ku kenakan

Wanita itu mengeluarkan sebuah pulpen dari dalam saku jasnya yang ada label nama 'psikiater riana'. Dia tersenyum kepadaku lalu berkata "sejauh ini kamu sudah baik baik saja, teman hayalan yang kamu ciptakan itu perlahan sudah menghilang" ujarnya yang membuat tak bisa berkata kata.

Aku termenung dengan mata yang tidak berkedip sama sekali, ternyata saat ini aku sedang menjalani terapi EMDR. Terapi yang digunakan untuk kembali mengingat tentang masa lalu. Dalam terapi itu dapat dengan jelas aku melihat cashel yang ternyata hanyalah teman hayalanku selama ini, teman yang selalu mendukung dan mendengarkan keluh kesahku di masa laluku yang sangat terpuruk hingga sekarang aku sudah berhasil. Kini aku sudah mendirikan sebuah perusahaan milikku sendiri dan menjabat sebagai seorang direktur. Aku juga telah berhasil membahagiakan kedua orang tuaku yang dulunya mereka sudah tidak punya tujuan dan arah hidup lagi

"kapan kamu mulai berpisah dengan cashel?" tanya psikiater riana

Aku mulai mengingatnya secara perlahan lahan "setelah kecelakaan waktu itu" jawabku setelah mengingat aku tidak pernah berjumpa dengan cashel lagi setelah melakukan operasi ringan akibat kecelakaan mobil beberapa bulan yang lalu. Dan aku juga masih sangat teringat betapa sedihnya aku saat kehilangan cashel yang belum ku sadari bahwa dia hanyalah teman hayalanku, aku juga pernah mengurung diri di apartementku selama 1 bulan tanpa mau berinteraksi dengan manusia manapun termasuk para klien dari perusahaanku, hingga akhirnya sekretarisku membawakan seorang psikiater yang saat ini sedang berada dihadapanku

Awalnya aku tidak percaya sama sekali bahwa cashel hanyalah teman hayalan, namun setelah melakukan terapi EMDR dan kembali ke masa laluku, aku telah percaya bahwa cashel hanyalah teman hayalan yang kuciptakan akibat kesepian yang kurasakan di masa lalu. Teman yang kuciptakan sendiri untuk mendengarkan keluh kesah, rasa sedihku, kecewaku, dan marahku yang tidak bisa kuceritakan kepada orang lain. Pantas saja aku merasa nyaman bercerita kepada cashel saat itu karena ternyata cashel itu adalah diriku sendiri. Selama ini yang membantuku bangkit dari keterpurukan, yang selalu mendukungku untuk maju dari kegagalan, yang selalu menghapus air mata kesedihan, yang selalu memelukku erat dikala rapuh, ternyata itu adalah diriku sendiri.

Psikiater riana menulis beberapa resep obat dan meletakkan di meja dihadapanku "ambil obat ini dan minumlah" ujarnya kepadaku yang sama sekali tidak meresponnya. Kemudian dia kembali bicara "tidak apa apa memiliki teman hayalan, terkadang itu juga membantu kita menjadi lebih baik. Banyak orang yang bunuh diri akibat depresi dan tidak ada tempat bercerita, jadi beruntunglah bagi mereka yang tetap hidup berkat teman hayalan yang mereka ciptakan" ujarnya lagi yang membuatku meneteskan kembali air mataku.

Dengan bibir yang pucat aku bertanya "tidak bisakah dia kembali lagi? Aku ingin selalu bersamanya" tanyaku sambil menangis

Psikiater riana mengelus punggungku dengan lembut "tidak bisa. Punya teman hayalan memang membantu, tetapi jika terlalu bergantung kepadanya itu juga tidak baik untuk kesehatan jiwamu. Bukankah cashel pernah bilang? Dia hanya hadir untuk menemanimu di masa masa terpurukmu saja. Jadi sekarang kamu harus bangkit jangan sia siakan masa depanmu yang telah cerah dari hasil jerih payahmu bersama cashel yaitu dirimu di versi yang lain" ujar psikiater

Mendengarkan hal itu aku menangis sejadi jadinya, dan psikiater riana saat itu dengan baik hati menungguku menangis sampai aku baik baik saja.

Di sore harinya aku pergi dengan mobilku kewilayah rumah masa laluku untuk mendatangi bus tua tersebut. Karena pekerjaanku yang sangat sibuk aku sudah jarang ketempat itu lagi, ku perhatikan dengan seksama bus tua usang yang telah kami hiasi dulu kembali usang akibat terlalu lama ditinggal penghuninya. Air mataku terurai kembali di kedua pipiku saat kumasuki kedalam bus itu, banyak debu debu didalamnya namun aku masih tetap bisa melihat indahnya sunset dari dalam bus tua itu. Dan aku berjanji akan kembali menghiasi bus tua ini dan sesibuk apapun aku nantinya, aku akan tetap mengunjungi bus ini. Karena bus ini telah menjadi saksi dari perih dan pahitnya hidup yang ku alami

Dan saat ini aku telah sadar, bahwa diri sendirilah yang bisa menjadi pendukung terbesar untuk dirimu sendiri, diri sendirilah sebagai tempat terbaik untuk bercerita, diri sendirilah yang menjadi sumber kekuatan untuk dirimu sendiri. Jadi jangan pernah membenci ataupun meragukan dirimu sendiri karena kita dapat merasakan kedamaian apabila kita bisa mencintai diri kita sendiri. Oleh sebab itu jadilah dirimu sebagai pendorong bukan hambatan karena pada dasarnya itulah arti dari dirimu


END

🥀🥀🥀

Cashel & liara✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang