3. Lucrezia

38 1 1
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Maukah kau menari bersamaku?"

Apa kau gila? Aku belum cukup mabuk untuk menerima tawaran lelaki asing yang muncul tiba-tiba dan terlalu percaya diri sampai merasa aku akan mau menari bersamanya. Dia memang tampan, tapi aku bukan wanita mata keranjang. Aku mengabaikan dia. Ku pikir dia akan menyerah.

“Aku sungguh ingin menari bersamamu. Menurutku kaulah gadis tercantik di sini.” Ucapannya barusan membuatku jengkel. Aku meliriknya sekilas dan dia masih saja membuntutiku, membuatku tidak nyaman. Dia sangat dekat, aku merasa dadanya yang menonjolkan ototnya itu nyaris menabrak punggungku.

Aku melebarkan langkah kakiku secara santai. Aku terkekeh untuk meringankan tekanan yang ku terima, “Sungguh? Kalau begitu, sebaiknya aku sekarang mencari pria tertampan, iya kan?” Dia berhenti mengikutiku. Apa dia tersinggung?

Aku tak bisa melihat Orabelle dan Enzo diatas lantai dansa klub, mereka sama sekali tidak ada di ruangan. Mataku sibuk menjelajah ruangan sampai aku tidak sadar kalau pria yang tadi sudah berdiri tepat di belakangku. “Kau butuh pasangan untuk berdiri di sini dan akulah yang paling cocok.”

Aku berbalik menatap Tuan tampan, berambut hitam, dan tinggi itu. Dia mengedipkan mata sambil tersenyum licik, “Tak usah cari yang tidak ada, mengapa kau tidak mencoba memberi kesempatan padaku? Aku janji aku tidak akan mengecewakanmu” senyumannya melebar, memperlihatkan deretan gigi putih yang rapi. Dia mengambil satu langkah lebih dekat, “Let’s dance, baby.”

Itu terdengar menjengkelkan ditelingaku. “I’m not your baby.”

Dia tetap santai menanggapi. “Oh you will be, soon enough,” dia sangat cepat, aku tidak sempat bergerak karena dia sudah lebih dulu melingkarkan lengan besar nan berototnya itu di pinggangku. Dia segera mendekap tubuhku erat. Jangan tanyakan tentang jantungku, tentu sangat tidak aman. Aku bisa mencium aroma parfum mahalnya. Aromanya seperti puluhan lembar dollar. Tidak menyengat, justru memiliki bau yang mewah, elegan, dan menenangkan.

“Aku sudah punya pacar, sayang,” jawabku dengan nada merendahkan.

Pria tampan ini sedikit mencondongkan tubuh ke depan, bibirnya menggesek daun telingaku, meninggalkan rasa geli yang membuat leherku meremang. Dia berbisik pelan namun tajam. “Apa kau mau bilang kalau lelaki jangkung yang tolol di meja bar sana adalah pacarmu?”

Aku tersentak. Satu-satunya lelaki yang berinteraksi denganku sejak awal hanyalah Enzo dan dari ciri-ciri yang pria ini sebutkan mirip. Aku tadi tak melihat Orabelle dan Enzo di manapun. Aku hendak menengok untuk memastikan, akan tetapi tangan besar pria di hadapanku ini menahan daguku, memaksaku untuk tidak mengalihkan pandangan darinya. “Makhluk sempurna seperti dirimu tidak pantas bersanding dengan pria bodoh seperti dia.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COLD BLOODED BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang