Awal?

5 1 0
                                    

HALLO SEMUAA
ini adalah cerita pertama aku, semoga kalian suka yaaa✨
.
.
.








HAPPY READING💗.













.
Gentala berdiri didepan jendela kamarnya, menatap hujan yang turun deras diluar. Suara rintik hujan yang mengingatkannya pada pertengkaran yang terjadi dirumahnya dulu.

Gentala bergumam pada dirinya sendiri "Kenapa hujan selalu buat Saya seperti ini? kenapa tidak ada ketenangan sedikit saja?." 

Gentala menggenggam foto lama yang tersimpan dilacinya, memikirkannya masalalu yang penuh luka.

"benar benar sialan." umpat gentala. 

Iya, dia Gentala, Gentala Navis Bramanta. Ketua mafia yang sangat kejam, tapi siapa yang mengetahuinya?. Hidup yang dipenuhi dengan kegelapan membuat Gentala sangat tertutup, sulit membuka diri, dan sulit mempercayai orang lain, bahkan Gentala tidak pernah memiliki pasangan.

Sedangkan disisi lain.

Natasyaa duduk di pojok ruang kelas, menatap jendela dengan kosong. Di luar, hujan deras membasahi halaman sekolah, tetapi dia tidak peduli.

Tania, sahabat Natasya sejak SMP bertanya "Kenapa sih lo itu suka banget ngebully, kasian anak orang anjir." Natasya menjawab, "Kadang-kadang, hanya dengan membuat orang lain merasa buruk, aku merasa lebih baik."

Natasya, Natasya Queen Dendra. Hidup tanpa sedikitpun kekurangan, mempunyai keluarga yang Cemara, Wajah yang cantik dan sempurna, memiliki kekuasaan dimana mana. 

Tapi, dirumah Natasya merasa terasing dan terkurung. Dia hanya bisa bermain di dalam rumah dan tidak pernah merasakan kehidupan di luar. Dan Bullying menjadi cara dia mengekspresikan perasaannya yang terpendam, kalo ditanya kenapa Natasya gapernah dihukum atau diskors atas perbuatannya?, jawabannya ya karena SMA DENDRA adalah milik Ryan, papanya.

"Kantin kuy." Ajak Tania. Tanpa basa-basi Natasya berdiri dan mereka berdua beranjak menuju kantin untuk makan.

🦋🦋🦋

Pintu rumah terbuka perlahan, dan Natasya melangkah masuk dengan langkah berat. Badannya tampak lelah, dan raut wajahnya menggambarkan keletihan yang mendalam setelah seharian beraktivitas.

Natasya menghela napas sebelum berkata dengan suara yang lemah dan penuh keletihan, "Assalamualaikum, Aca pulang."

Dia melepaskan tasnya dan meletakkannya di lantai, kemudian berjalan menuju ruang tamu. Natasyaa duduk di sofa dengan tubuh yang tampak rapuh, menatap kosong ke arah dinding. Suara hujan yang lembut terdengar dari luar, mengiringi suasana tenang di dalam rumah.

"Heran, hujan dari pagi ga berhenti berhenti" ucap Natasya dengan helaan nafas yang panjang.

Diana Dendra, mamanya Natasya, menatapnya dengan penuh perhatian dan kekhawatiran. "Waalaikumsalam, sayang. Kelihatannya kamu capek banget. Ayo, makan dulu. Ada makanan di meja."

Diana mendekati Natasyaa dan membelai rambutnya lembut. Suara hujan yang lembut di luar rumah menciptakan suasana hangat di dalam rumah, membuat Natasyaa merasa sedikit lebih nyaman.

Natasyaa bertanya dengan nada penasaran, "Papa kemana?"

Diana menghela napas dan menjawab, "Papa hari ini keluar kota. Ada urusan penting di kantor yang harus diselesaikan."

Natasyaa mengangguk pelan, meskipun dia sudah menduga jawabannya. Matanya tampak sedikit kosong, menandakan betapa seringnya dia menghadapi situasi seperti ini. Diana melihat ekspresi putrinya dan mencoba menawarkan sedikit kenyamanan.

Diana mencoba menenangkan, "Kamu bisa istirahat dulu, sayang. Makan dulu, lalu kita bisa ngobrol lebih banyak setelah itu."

Diana mengarahkan Natasya ke meja makan yang telah disiapkan dengan makanan hangat. Suara hujan di luar menambah kesan tenang di dalam rumah, dan Natasya perlahan merasa sedikit lebih baik saat duduk di meja makan.

Natasya menoleh kemamanya yang sedang membereskan meja makan, "Aca ijin ke atas ya, Ma. Mau tidur."

Diana memandangnya dengan cermat, lalu bergurau, "Mandi dulu, Nak. Kamu bau banget, nyampe sini nih baunya.

Natasya menggembungkan pipi dan merajuk, "Ihh, Mama, Aca nggak pernah bau, tauuu!"

Diana tersenyum sambil mencubit lembut pipi Natasya. Keduanya saling bertukar tatapan penuh kasih sayang, membuat suasana jadi lebih ceria meskipun lelah.

Diana dengan nada mengejek mengatakan, "Iya deh, iya. Sipaling wangi sepanjang hari."

Natasyaa meringis kesal dan menjawab, "Dahlah, Bay." Dia berbalik dan mulai menaiki tangga menuju kamar di lantai atas.

Natasyaa melangkah cepat, meninggalkan Diana yang masih tersenyum sambil menggelengkan kepala. Suara langkah kaki Natasya di tangga menggema lembut di rumah, sementara Diana Dendra kembali merapikan meja makan.

Natasyaa merebahkan diri di tempat tidur dengan keluhan lelah, "Hadehh, capek banget, plis."

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi, dan layar menampilkan pesan baru.

Tanianjing.

Taniajing: p

Natasyaa: Gak sopan, plis.

Taniajing: Suka-suka lah gue, monyet.

Taniajing: Info nih. Ada murid baru, njir. Rumornya sih cowo. Moga aja iya terus mukanya ganteng, aduhayy.

Natasyaa: Halah, jan ngarep. Nanti kaya Tio dulu. Lo pikir ganteng, ternyata mukanya kaya aspal , hahaha.

Taniajing: Bgst iy jg y

Read.

Taniajing: anak seceria dan seimoet ini chatnya cuma diread😲

Taniajing: ah bodo sia anjing

Natasya: apsih bngst ganggu

Read.

"lah giliran gue yg diread anjir" keluh Natasya.

Tapi Natasya tertawa puas saat membaca pesan terakhir dari Tania. Dia berbaring di kasur sambil menggulir pesan lebih jauh, sedikit tertawa dengan chat chat yang dikirim Tania.





















Segini dulu ceritanya,
baru awal yakannn wkwk,
maaf kalo ga jelasss, kalian bisa kritik cerita dikolom komentar, biar aku perbaiki lebih baik lagii💗.
jangan lupa votee, biar aku semangat update ❤️❤️💗❤️💗❤️💗

Gentala & Natasya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang