Di rumah, suasana makan siang terasa sedikit berbeda hari itu. Natasyaa sedang duduk di meja makan, menikmati makanan yang telah disiapkan. Tumben sekali, papanya berada di rumah dan ikut makan siang bersama.
"Ma, kita nanti nggak usah jadi ke mal deh. Aca capee" ucap Natasyaa.
mamanya menatap Natasyaa dengan sedikit bingung.
"Kenapa? Kamu biasanya suka kalau kita jalan-jalan ke mal."
Natasyaa menggeleng, tampak tidak terlalu bersemangat. "Iya, tapi hari ini aku mau di rumah aja. kapan kapan ajadeh, nanti juga katanya Tania mau kesini."
Papanya yang duduk di sebelah ibunya, mendengarkan dengan saksama. "Tania? Teman sekolahmu?"
"Sama Tania aja lupa" jawab Natasya dengan muka datar, mengabaikan tatapan dari papanya.
mamanya meringis kecil, "yasudah, kalau begitu. Kita bisa merencanakan ulang nanti."Natasya hanya mengangguk dan kembali fokus pada makanannya.
Sementara itu, papanya terlihat memikirkan sesuatu, "Tania? Tania anaknya Hendra?" batinnya sambil menggelengkan kepala.
Setelah makan siang, suasana di rumah kembali terasa tenang. Natasyaa merasa sedikit lega setelah mengungkapkan keinginannya, meskipun pikirannya masih penuh dengan berbagai perasaan yang sulit diungkapkan.
Sore itu, Tania datang ke rumah Natasyaa dengan penuh semangat. "ASSALAMUALAIKUM NATASYAA! YUHUUU!" serunya dengan penuh kegembiraan. Sedikit berlebihan, tapi memang begitu kebiasaan Tania.
"Waalaikumsalam" sahut papanya Natasyaa, Ryan, membuka pintu sambil mengangkat satu alisnya.
"Tania, Om! Masa lupa sih sama wajah imut nan menggemaskan ini?" balas Tania sambil tersenyum lebar.
Ryan hanya tersenyum kikuk. Bagaimana mungkin ia bisa lupa dengan anak yang selalu penuh energi ini.
"Hei, monyet alas! Masuk lo!" terdengar suara Natasyaa dari dalam rumah, khas dengan nada bercandanya.
Tania tertawa kecil. "Permisi, Om, izin mau masuk kamar Natasyaa," ucapnya dengan sopan sebelum bergegas masuk.
Tania masuk ke kamar Natasyaa dengan senyum lebar di wajahnya. Begitu duduk, tanpa basa-basi dia langsung berkata, "Aduh, murid baru kita ganteng banget ya syaa" godanya dengan nada penuh semangat.
Natasyaa mengangkat alis. "Apasih, anjir. Dateng dateng bahas nggak jelas," jawabnya dengan nada sebal.
Tania tertawa kecil, lalu mendekat dengan mata penuh antusiasme. "Lo ga tertarik apa?"
Natasyaa hanya menatapnya dengan pandangan datar. "ga," sahutnya singkat.
Tania mendengus, nggak percaya dengan reaksi dingin Natasyaa. "Seriusan? Gila, lo pasti belum ngeliat dia lebih dekat. Gentala, sya! Nama yang keren banget, auranya beda banget sama yang lain. Dia kayak... ya lo tau lah, ada sesuatu yang bikin dia menarik perhatian."
Natasyaa menghela napas panjang, mencoba tidak terpengaruh. "Aura hitam kali, lagian cuma nama aja udah bikin lo drama"Tania menggeleng, nggak setuju.
"Nggak cuma nama! Lo liat aja nanti. Gue yakin lo bakal berubah pikiran!"
.
Sementara itu, di sisi lain, Gentala duduk sendirian di sebuah ruangan gelap, dikelilingi oleh bayangan dari masa lalunya yang penuh luka. Tatapan matanya dingin, tapi di dalam hatinya, ada sesuatu yang mulai berubah.
"Kenapa dia sangat menarik?" gumam Gentala sambil menatap kosong ke luar jendela, seolah mencari jawaban di balik kegelapan malam.
Dia menggelengkan kepalanya, berusaha menepis pikirannya sendiri. "Ah, tidak, Gentala. Jatuh cinta hanya akan membuatmu hancur," ucapnya tegas kepada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gentala & Natasya
Teen FictionGentala, pria tertampan dan mafia terkejam seantero jagat raya, meski begitu tidak ada yg mengetahui jika Gentala sebenarnya adalah ketua dari RUTHLESS. Sendari kecil hidup Gentala dipenuhi dengan kegelapan dan tidak mengenal kebahagiaan. tapi, seja...