i. a celebration of new beginning

36 10 4
                                    

© 2O24, FAIROUPHILE ON WATTPAD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

© 2O24, FAIROUPHILE ON WATTPAD.
ALL RIGHTS RESERVED

—————

ADYA Wiratama mendapati dirinya terjebak di lautan kegelapan, dan mujurnya, mata merahnya kali itu mampu mengenali dimana lokasi sesungguhnya ia berada. Entah ulah siapa, malam ini Adya dibawa kembali ke Sanctum Raja Kegelapan. Seluruh cahaya di sana jauh lebih buruk daripada yang terakhir kali terekam dalam ingatannya, seolah mereka telah ditelan oleh bayangan tergelap. Tidak lama, suara bisikan yang sama ketika ia dengar dalam pertarungan terakhirnya dengan Raja Kegelapan menggema.

"Kembali, Wiratama... kamu adalah bagian dari kegelapan. Kamu tidak bisa menghindar."

Di tubuhnya yang sedang terbaring di atas ranjang, Adya merespon bisikan itu dengan meneguk saliva, diikuti peluh yang berangsur turun di atas kulitnya.

Tanpa aba-aba, mimpi itu berubah menjadi kilatan memori. Adya melihat dirinya dalam versi lain di dalam pertempuran sengit melawan Raja Kegelapan. Darah mengucur dari tangannya, pakaiannya terkoyak, mengekspos luka-luka di dada dan lengannya yang penuh lebam biru. Di sekelilingnya, dunia mulai hancur perlahan, bukan oleh sihir ataupun pedang, melainkan oleh bayangan yang menghisap segala terang dan harapan.

"I'm not you, Magistra Morvena." Adya memberanikan diri untuk menyebut namanya.

Sayangnya, dalam mimpi itu, perlawanan adalah sebuah hal yang sia-sia. Setiap serangan yang dilepaskan Adya justru terserap oleh kegelapan.

"Kamu pikir kamu dan gadis itu menang? Tidak, Adya. Ini baru permulaan... kamu milikku, tubuhmu, jiwamu, segalanya. Darkness is always win, isn't it?"

Di waktu yang sama, Adya melihat bayangan gelap yang menyeruak dari tubuhnya sendiri—bagian yang mulai tumbuh di dirinya setelah pertarungan tadi. Dia meronta, berusaha berlari dari bayangan yang mengejarnya, namun suara Raja Kegelapan semakin menguasai pikirannya. Bayangan itu semakin dekat, menggulung kakinya seperti asap tebal.

Di tengah keputusasaannya, sesosok cahaya samar muncul di bibir pintu Sanctum. Laudy—Adya bisa melihat perempuan itu berdiri dengan cahaya yang bersinar begitu terang di sekelilingnya.

Dia tampak seperti kunang-kunang di tengah gempitanya malam.

"I'm here..." perempuan itu bahkan sempat berujar pendek. Sayangnya, suaranya terdengar sangat jauh seakan datang dari dunia lain.

Lantaran Adya tak mampu menggapai, cahaya itu mulai terseret oleh bayangan dan mereka mulai menelan Laudy. Ketika ketakutan mengungkungnya dengan sempurna, Adya tersentak bangun dari mimpi dengan napas terengah-engah serta keringat yang membasahi setiap inci tubuhnya. Dia mampu merasakan hawa asing di sekelilingnya—seolah kegelapan tadi tidak hanya sebatas ada di mimpinya, tetapi juga mulai merasuki hatinya.

DUENDE II: SHADOW AND LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang