© 2O24, FAIROUPHILE ON WATTPAD.
ALL RIGHTS RESERVED———
MALAM ini, dia harus mengadakan percakapan mengenai hal 'itu' dengan ayahnya tidak peduli apa pun hasilnya; adalah satu-satunya tujuan yang bergema di benak Laudy sekarang.
Sudah nyaris dua bulan Laudy mendekap di istana Atlanbu dan selama nyaris dua bulan itu pula lah dia tak kunjung menyuarakan kemauannya untuk kembali bersekolah di akademi Debu. Laudy menatap cermin besar di sudut kamarnya dengan gundah, memikirkan apa yang mesti dia katakan nanti. Hubungannya dengan ayahnya selalu terasa seperti pertemuan antara dua orang asing yang dipaksa oleh darah dan kewajiban—yang meski telah beberapa kali mencoba untuk mendekatkan diri, namun rasa dingin itu selalu ada, membuat kata-kata sulit keluar dari mulut mereka setiap kali berbincang—yah tidak mengherankan, sedari awal, memang sudah tidak ada yang memegang peran sebagai 'ibu' di antara mereka berdua.
Saat ini, jarum jam telah melangkah ke angka delapan malam, biasanya, Raja Clement V sedang tenggelam dalam tumpukan dokumen-dokumen pekerjaan di ruang kerjanya. Mempertimbangkan hal itu, Laudy melangkahkan kakinya keluar dari kamar dengan hati-hati, gaun sutra biru langit yang dia kenakan bergemerisik pelan di sepanjang koridor. Untungnya, Laudy berhasil, walaupun ketika dia sampai di depan pintu ruang kerja raja, dia terdiam sejenak karena perasaan cemas lagi-lagi membelenggunya. Bersama tangan yang gemetar, dia mengetuk pintu sebanyak tiga kali, perlahan namun cukup keras untuk didengar.
"Masuklah," terdengar suara berat Raja Clement V dari balik pintu.
Laudy mendorong pintu dan melangkah masuk. Sang ayah duduk di kursinya dengan mata yang terfokus pada sebuah buku. Dia mengangkat kepala dan menatap putrinya dengan alis terangkat, seolah bertanya tanpa kata.
"Apa aku mengganggu? Ada yang mau kubicarakan,"
Entah perasaan Laudy atau bagaimana, setelah dia berkata seperti itu, ayahnya tampak antusias. Itu beralasan, sebab laki-laki tua itu sudah lama sekali menanti jawaban Laudy mengenai keputusannya untuk naik takhta. Pada bulan pertama, Raja Clement V kerap kali mengunjungi Laudy hanya untuk memberikan bujukan terbaiknya, namun belakangan ini, tampaknya dia sudah mulai menyerah dan membiarkan Laudy untuk mengambil waktu lebih lama.
Mungkin, dia berpikir bahwa Laudy akan memberikan jawabannya yang sudah bulat saat ini. Sayangnya, kenyataannya tidak begitu.
"Begini..." mulainya. "Sejak aku disandera waktu itu ke Soleandria, aku menghentikan masa pendidikanku." Laudy berhenti sejenak, mengamati perubahan wajah ayahnya yang tidak enak. "Aku tahu ini terdengar bertentangan dengan apa yang anda inginkan, berhubung alasan aku didekap di istana karena anda ingin menempaku menjadi calon prameswari yang memadai. Tapi... ini bukan yang ku mau. Aku mau mempelajari sihir bersama orang banyak, tepatnya bersama teman-temanku. Anda tahu sendiri, aku sudah terlalu lama hidup di dunia manusia. Apa anda nggak berfikir kalau aku butuh adaptasi yang lebih lama di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUENDE II: SHADOW AND LIGHT
Fantasy𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐞𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧; 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠 include; witch, vampire, mystery, blood ━━━━━━━━━━━━━━━━━ "Every soul carries its own shadow, but only those who recognize their light can balance both." Setelah kejatuhan Raja Kegelapan, kedamaia...