Pertemuan

21 4 0
                                    

Mata Hua Chang terbuka perlahan. Kepalanya mendadak pusing dan ingin muntah.

"Apa yang terjadi padaku?" Tanyanya pada diri sendiri .

"Kenapa aku ada disini?"

Hua Chang menatap sekeliling. Ternyata sudah berada di halaman rumah Tian Zu. Ia heran apa yang baru saja terjadi padanya. Yang terakhir dia ingat adalah, pergi ke pantai. Setelah itu Xiao Xin dan Wan Mei mempermalukannya di depan umum. Tapi kenapa sekarang ia berada di bangku halaman rumah Tian Zu?

"Siapa yang membawaku kemari?"

Hua Chang masih berpikir keras, tapi kepalanya kembali berdenyut. Ia meringis kesakitan.

Dengan tertatih ia pun melangkah ke rumah Tian Zu. Tian Zu bukanlah keluarga yang super kaya seperti Hua Chang. Tapi dia juga bukan kalangan dari keluarga miskin. Keluarganya mempunyai perusahaan sendiri mesti tidak sepopuler dan seterkenal perusahaan Hua Chang.

Entah mengapa pertemuan tidak sengajanya dulu berbuntut panjang hingga mereka bisa menjadi sahabat karib.
Hua Chang mengambil ponselnya untuk melihat jam. Jam sudah menunjukan 23.47. Hua Chang menghela nafas. Ternyata sudah tengah malam, batinnya.

Setelah sampai di depan pintu, Hua Chang mengetuk pintu rumah Tian Zu. Tak lama kemudian pintu pun terbuka menampilkan Tian Zu dengan rambut yang acak-acakan sambil menggosok matanya.

"Hua Chang? Apa yang kau lakukan di rumahku tengah malam begini?"
Katanya sambil menguap.

"Aku butuh tempat untuk tidur." Tanpa memperdulikan temannya yang masih setengah sadar dan keheranan, Hua Chang masuk sambil tertatih.

Diperhatikannya sahabatnya ini dengan seksama. Mata Tian Zu langsung melebar.
"Ada apa dengan kakimu? Dan kenapa kau berdarah?"

Tian Zu langsung mengekor dan meraih tangan Hua Chang yang berlumuran darah hampir mengering.
Hua Chang bingung. Dia memperhatikan seluruh tubuhnya.

Sekelebat bayangan terpampang kabur dibenaknya. Seorang pria dengan pakaian hitam yang memakai masker. Lalu ia pergi bersama pria itu mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Lalu dia mengobati seseorang yang tidak jelas wajahnya.

Tian Zu menepuk bahu Hua Chang membuat tertarik kembali ke dunia nyata.
"Hua Chang, ada apa denganmu? Apa kau terluka?"

"Aku tidak apa-apa. Tubuhku sudah kebal dengan perlakuan mereka."

Hua Chang lalu menuju kotak obat mengambil kotak P3K yang tergantung tidak jauh dari sofa. Rumah Tian Zu tidak begitu besar, tapi tertata sangat rapi dan bersih. Tian Zu bukan tipe orang pemalas jadi meskipun hanya rumah sederhana ia akan membuatnya senyaman mungkin.

Hua Chang menghempaskan tubuhnya di sofa. Diperhatikannya lagi sahabat ini. "Kau mau terus berdiri disana atau membantuku mengobati lukaku?" Hardik Hua Chang yang menatap sahabatnya masih mematung di dekat pintu utama.

"Astaga, ada dengan wajahmu?" ketika melihat lebam di sudut bibir Hua Chang.

"Kau pasti tahu siapa pelakunya."

Tian Zu menghela nafas panjang. Sedikit banyak dia tahu apa yang dialami oleh sahabatnya ini.

"Lalu darah ini, mereka tidak benar-benar menyayat kulitmu kan?" Pekik Tian Zu saat melihat darah di baju Hua Chang yang cukup banyak.

"Ini bukan darahku. Aku rasa."

Mendengar kalimat yang menggantung dari sahabatnya, Tian Zu jadi penasaran. Tian Zu lalu mengambil alih kapas dan alkohol dari tangan Hua Chang lalu membersihkan luka di pipi sahabatnya.

"Maksudmu?"

"Aku tidak tahu. Seingatku aku sedang berada di pantai. Saat aku mau pulang aku melihat seorang pemuda sedang dipukuli oleh para penjahat."

Love Brings PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang