Aku pulang hari ini, meski tak ada satupun kendaraan yang dapat aku tumpangi, meski tidak ada rumah yang digadang dapat dijadikan sebagai tempat paling teduh untuk memelukku dalam keadaan patah.
Aku pulang hari ini, meski di depan sana kutahu tak ada jalan lagi untuk melangkah, bergejolak melawan dinginnya dan gelapnya malam hingga mati matian berujung justru terelakan mentah-mentah. Memang aku lebih baik pulang hari ini, sebab tak cerita menarik yang dapat aku tulis, ia akan berhenti pada kalimat perihal sebuah perpisahan.
Aku pulang hari, sebab aku sadar pada bab ini tak ada lagi cerita yang memiliki rumah yang nyata, semua hanya bayangan semu dari sebuah kata dari bahagia.
Sungguh aku ingin pulang hari ini,
Pulang dimana pada diriku sendiri, memeluk dengan erat jiwaku yang tak tahu lagi arah rumahnya. Segala hal yang aku tuliskan tentangmu pada catatanku kemarin, semua telah dileburkan bersamaan dengan lagu yang yang sudah aku susun untuk menemani kesendirianku kali ini. Tidak ada cerita baru yang ingin aku tuliskan, karena kita akan berhenti pada setiap bab dimana kebenaran serta takdir akan menjadi bulan-bulanan menjadi bahan tertawaan.
Meski pada akhirnya aku hanya berlari, hingga tak ada lagi kemungkinan untuk sebuah keputusan ini.
Hingga pada akhirnya kau hanya untuk aku ingat sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Terakhir Untuk Helena
القصة القصيرةSebuah catatan perihal bagaimana akhir yang memeluk lara. Helena kau yang telah bersemi sedari dulu dalam hatiku, justru kau tumbuh menjadi duri yang tajam yang menusuk segala rongga dalam hatiku. Kau ciptakan mawar yang teramat tajam dalam dadaku...