2

57 6 0
                                    

Ametya tersentak ketika terbangun di pelukan seseorang yang baru ia ingat bahwa Cossen. Menidurinya seharian, merasakan nyeri di kedua kaki nya. Ametya tersenyum mengingat dirinya di jadikan seorang gadis kembali oleh nya.

Cossen segera menatap Ametya,"Bagaimana keadaanmu?"membelai pipinya yang lembut Cossen melihat bayi itu sudah sedikit tumbuh.

"Cukup menyebalkan hanya terduduk diam."Ametya mencubit perut Cossen yang berkata 'aduh'.

"Aww, jadi dia bernama Guinevere?"Ametya mengangguk."apa menurut mu ia bisa mencintaiku suatu saat nanti?"

Saat jemarinya sedang menari di udara Cossen menatap manik Ametya."entahlah, aku tidak bisa membaca bocoran masa depan."

"Tapi satu hal yang harus kamu tahu, dia sangat mirip dengan mu nantinya."

Ametya menatap galak Cossen."jadi maksud mu ia bernasib sama seperti ku gitu?"menggeleng, Cossen terkekeh geli melihat tingkah Ametya.

"Kamu suka daging apa?"

Cossen menatap ke dalam hutan yang di penuhi kabut."Domba,"Ametya tersenyum.

"Tunggu sebentar."

Ametya menghiraukan Cossen dan lebih memilih bermain bersama Guin."mata lucu tanpa dosa ini, sangat imut. Siapa yang imut hm?"Guinevere tertawa melihat lelucon yang ibu nya sampaikan. Seolah mengerti, Guin berbicara tidak jelas dengan ekspresi serius kepada ibu nya.

"Dia mengatakan, kamu sangat cantik dan aku beruntung memiliki ibu terbaik dari segala makhluk yang terpilih."Ametya terharu, mendengar Cossen yang menjadi penerjemah mereka.

Guin yang merasa lelah, mencari kehangatan di tubuh Ametya.
Memeluk bayi lucu itu, ia menempeli putingnya ke mulut Guin yang di sambut lembut.

Hidung nya berkerut. Melihat Cossen yang sedang menyantap daging domba di sebrang."tenanglah, sayang. Biarkan dia mengalami mimpi indah, setelah itu kamu baru makan."tersenyum, Ametya menimang bayi itu penuh kesabaran.

Tertidur lelap, Ametya membuat kain Cossen menjadi tempat untuk Guinevere. Setelahnya ia menghampiri Cossen yang sedang memisahkan daging dan tulang serta lainnya supaya Ametya makan dengan nyaman.

Duduk di pangkuan Cossen, Ametya tanpa basa-basi langsung menyantap daging domba dan jus sumsum tulang yang sudah di pisahkan oleh Cossen untuknya.

"Ini nikmat sekali, huuu"Cossen mencium tengkuk leher Ametya yang putih. Penisnya yang tertidur menjadi tegang saat Ametya sengaja menyelipkan di antara belahan bokongnya yang montok.

"Apa makhluk seperti mu senang menggoda hmm,?"Cossen meludahi tangannya dan membasahi vagina Ametya yang berada di pangkuan. Mengangkat bokong Ametya sejenak, penisnya yang berdenyut masuk penuh kerinduan di dalam diri Ametya.

Erangan sakit penuh nikmat lolos, dari bibir Ametya yang sedang memakan daging domba. Cossen memeluk Ametya, kepalanya bersandar di bahu kanan.

"Makhluk yang memiliki keduanya seperti kamu di sebut apa tuan Cossen?"

"Futanari. Begitu lah kaumku menyuarakan gender kami."

"Kepala penisnya sangat berbeda dengan milik pria."Cossen mendengarkan Ametya dalam diam.

"Untuk Futanari mu sangat cocok di dalam diriku. Apakah itu sebabnya Guinevere memiliki hal itu supaya hanya aku yang memenuhi hasrat ketika ia dewasa nanti.?"

Kagum oleh teori Ametya, Cossen memberi kiss mark di lehernya."begitu juga dengan sperma yang kami produksi. Kekentalan milik futanari berbeda jauh dengan penis pria biasa."

"Yah, cukup membicarakan hal yang memalukan Tuan Cossen!"Ametya berdiri dan berbalik.

Cossen mengerang saat Ametya memasukan kembali penis nya ke vagina. Lalu memompa naik turun, Cossen mencumbu leher Ametya tangan kiri nya mencubit puting susu yang meneteskan asi.

Turun ke tulang selangka hingga payudara, Cossen menghisap asi milik Guinevere.

Ametya memeluk erat Cossen, mengerang nama Cossen berkali-kali. Menunjukkan betapa dia menyukai penisnya, Cossen yang puas dengan kedua payudara. Meraih rahang wanita lawan mainnya.

Bibir mereka saling melumat dan Ametya membuka mulut untuk memberi akses lidah Cossen. Mengerang kesenangan, Ametya menatap wajah Cossen yang juga menatapnya.

"Hahh, k-kamu sangat tampan dan cantik bersamaan Tuan Coss,"Ametya mengerang, tangannya meremas payudara Cossen.

"Aku segera sampai Ametya,"Cossen membalik tubuh mereka, sehingga Ametya di bawah.

"Beri aku di mulut setengah."ucap Ametya. Vagina nya sangat basah ia sudah orgasme tidak terhitung jumlahnya. Sampai menetes ke lubang pantat nya yang kembang kempis.

Cossen keluar di dalam Ametya, matanya menatap Guinevere yang tak jauh dari mereka."sepertinya ada yang cemburu."menyeringai, Cossen mengeluarkan penisnya. Ametya membuka mulutnya lebar-lebar, rasa manis dan gurih memenuhi indra perasa langit mulutnya.

'sial,'batin Cossen melihat wanita cantik yang berstatus Ibu. Menelan setengah sperma miliknya.

"Tuan Cossen. Adakah sihir yang membuat kita berdua bersih kembali?"Cossen yang sedang berdiri mengambil Guinevere. Menatap heran ke Ametya.

"Sejujurnya, itu tidak perlu."Ametya menghampiri Cossen yang menggendong bayi nya. Terlihat Cossen menyusui Guinevere yang terus menatapnya.

"Kenapa tidak perlu?"

"Kamu sudah mendapat berkah dari ku serta Dewi kesuburan. Tubuhmu sendiri mengeluarkan wangi bunga-bunga khayangan."ucap Cossen. Memindahkan Guinevere ke payudara sebelah,"lalu, kenapa kamu memberikan dia asi?"

"Aku menebus kesalahanku, karena meniduri mu di hadapannya."Ametya berjinjit mendekati Cossen, menatap Guinevere yang kini menatapnya.

"Bwabwabwaa bwa,"Cossen mengecup kening Guinevere yang terus mengoceh kepada Ametya.



C̸̟̬͓͕͉͖͚̱̙̋̿̋ͅŏ̷̤̠̥̫̉̿͂s̵̨̛̲̺̬̠͍͍͊͒̈̉̐͂̃̆͝š̸͍͚͐̓̀̍̈͗̎̀ͅė̶̢͈̗̞̠̑̈́̅͒̓̂̚͝ͅn̷̂͐̀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang