bab 3

32 2 0
                                    

Seusai acara bincang-bincang santai di ruang keluarga dilanjut agenda selanjutnya yaitu makan siang di meja makan.

Seusai sesi makan siang selesai, mereka semua kembali ke ruang tengah. Suasana ruang tengah saat ini sangat

Wulan duduk diapit oleh papa dan mama sedangkan abangnya duduk di samping papa.

Semua yang ada di ruangan itu menjadikan Wulan sebagai pusat perhatian karena Irzan baru saja mengatakan niat baiknya untuk meminang Wulan.

"Maaf—"

"Kamu mau tolak aku, Wulan. Kamu tidak perlu minta maaf karena kamu sama sekali tidak melakukan kesalahan," Irzan memotong ucapan Wulan membuat Wulan mendelikan matanya karena kesal.

"Makanya dengerin dulu! Bertahun-tahun kita enggak ketemu, ternyata kebiasan kamu yang suka memotong pembicaraan orang itu masih tetep ada!"

"Wulan yang sopan ngomongnya kamu ini anak perempuan,"

Umi Mira dan Abi Lukman hanya tersenyum melihat wajah tegang anaknya.

"Tapi dia ngeselin pa."

"Oke aku salah, aku minta maaf."

"Aku gak bisa kasih jawaban yang pasti sekarang. Irzan aku butuh waktu untuk berfikir dengan perasaan yang tenang. Kamu bisakan menunggu?" ucap Wulan langsung mendapati tatapan tajam dari mama dan papanya.

"Bisa, aku siap menunggu kamu Wulan. Tapi aku juga butuh kepastian berapa lama kamu untuk berfikir,"

"Seminggu."

Irzan mengangguk yang berarti menyanggupi permintaan Wulan.

****

"Bodoh kamu Wulan! Harusnya tadi langsung tolak aja lamaran dari Irzan. Kenapa juga si Irzan meng-iyakan perjodohan ini, arghhh... Gagal banget kalo gini aku bisa stress!"

Wulan menggerutu sendiri atas kesalahan yang ia perbuat tadi siang. Pupus sudah harapan melanjutkan kuliah di korea karena tenyata anak dari sahabat papanya itu menerima perjodohan ini.

Setalah tahu jika laki-laki yang di jodohkan itu Irzan sebenarnya Wulan agak ragu karena melihat sifat cuek dan dingin Irzan selama sekolah dulu membuatnya yakin jika Irzan pasti di paksa untuk menerima perjodohan ini oleh orang tuanya.

"Irzan itu bukan cowo tipe ku. aku gak suka apalagi cinta sama dia!"

Lagi-lagi Wulan bermonolog sendiri di kamarnya. Ia mengacak-acak rambut panjangnya yang terurai bebas.

"Frustasi banget yang mau nikah, kiw.. Kiw.." suara abangnya terdengar yang kini berdiri diambang pintu kamarnya

"Abang ngeselin banget sih. Bukannya bantuin cari solusi malah bikin mumet aja,"

"Solusinya?" Wildan mengetuk-ngetuk dagunya seperti orang sedang berfikir. Wulan menatap serius abangnya menunggu jawaban.

"Nikah dek. Abang gak sabar lihat ponakan-ponakan yang lucu,"

Wulan dengan ekspresi datar lalu melemparkan bantal ke arah abangnya.

"Udah deh sana pergi jangan lama-lama di sini, kalo cuma mau ngeledek doang!" usir Wulan agar abangnya kembali ke kamarnya.

"Besok lagi mikirnya sekarang tidur udah malam. Besok senin, jangan mentang-mentang kantor papa bisa seenaknya datang telat ke kantor." ucap bang Wildan lalu menutup pintu kamar adiknya.

***

Keesokan harinya, Wulan sarapan di meja makan bersama mama dan papanya sedangkan abangnya sudah berangkat ke kantor.

LOVE WITH YOU (WULAN&IRZAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang