bab 4

22 2 0
                                    

Wulan duduk di ruang tamu rumahnya menatap kesal laki-lakinya di depannya.

"Ngapain kesini malam-malam!" ketus Wulan yang baru saja pulang

"Kenapa kamu terima perjodohan ini?"

Irzan menyinggungkan senyum tipis. "Kenapa harus aku menolak?"

"Irzan jangan bikin aku kesel."

"Bagian mana yang bikin kamu kesel Wulan?"

"Semuanya! Kita nggak pernah dekat walaupun kita satu kelas waktu sma. Bahkan mungkin tidak ada interaksi antara aku dan kamu walaupun kita pernah satu kelompok. Sikap cuek kamu itu menunjukan kalau kamu tidak suka sama aku."

"Enggak semua orang cuek berarti tidak suka sama kamu."

"Terus kenapa menyetujui perjodohan ini berarti kamu juga menyetujui pernikahan."

"Ya memang," jawab Irzan terang-terangan.

"Irzan.." Wulan speechless. Tidak menyangka dengan sikap blak-blakan Irzan.

"Tapi kamu bukan tipe aku! Dan pasti nya aku juga bukan tipe kamu?"

"Atas dasar apa kamu beranggapan kalau kamu buka tipe aku?"

"Aku sholat aja masih bolang-bolong, ngaji nggak lancar, belum berhijab, ilmu agama juga bisa di bilang kurang. Udah deh pokoknya jauh dari kata perempuan sholehah."

"Kamu gak perlu insecure wulan. Masalah sholat aku bisa jadi alarm buat kamu sholat setiap waktu. Ngaji kamu nggak lancar aku akan ajarin kamu sampai lancar dan masalah ilmu kita bisa belajar sama-sama."

" mana ada belajar sama-sama sedangkan ilmu kamu udah 90 persen tapi mau belajar bareng orang yang masih nol persen."

"Apalagi yang buat kamu ragu?"

"Banyak"

"Aku boleh bertanya sama kamu?"

"Apa sekarang kamu mau membatalkan perjodohan ini—"

"Sama sekali tidak Wulan. Kamu pikir perjodohan dan lamaran kemarin sebacanda itu?" potong Irzan menatap kearah jam yang ada di dinding sebelah kanan sedari tadi ia tidak berani menatap wajah cantik gadis di depannya karena bukan mahramnya.

Wulan bisa melihat raut wajah kesal dari Irzan, Wulan bingung untuk manjawab apa jadi dia memilih untuk diam.

"Sudah jam 9 malam. Ini aku bawain chees cake buat kamu, jangan terlalu terbebani tentang masalah tadi. Apapun jawaban mu nanti aku siap menerima dengan lapang dada." ucap Irzan berdiri dari sofa lalu menaruh paperbag di atas meja yang ada di tengah-tengah mereka.

"Aku pulang dulu, salam buat om Bagas, tante Astrid."

Setetelah irzan pergi dan Wulan mengambil paperbag lalu mengambil isinya ada tiga slice cheese cake. Dari mana laki-laki itu tau makanan favoritnya.

"Kemana irzan, kok nggak ada?" tanya Papa Bagas yang berdiri di dekat Wulan.

"Pulang"

Papa bagas tersenyum melihat wulan melahap cheese cake, anak perempuannya itu sejak kecil selalu menyukai makanan manis-manis.

"Enak banget ya cheese cakenya?"

"Hmm... Pa nanti tolong tanyain ya cheese cake ini beli dimana sama irzan"

"Oh jadi itu dari calon suami pantesan kamu sambil senyum-senyum makannya." goda papa Bagas

"Apaan sih pa! Mama mana?"

"Udah tidur."

"Yaudah aku juga mau kekamar mau packing buat lusa." Wulan merapihkan plastik bekas cheese cake yang tergeletak di lantai.

LOVE WITH YOU (WULAN&IRZAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang