Setelah Maddy meninggalkan mansion Davidson kehidupan Xavier telah berubah sepenuhnya. Tidak ada lagi Xavier anak baik yang dikenal oleh semua orang karena bagi mereka nama XAVIER DAVIDSON adalah sebuah peringatan yang menakutkan.
Sang tirani kejam...
Xavier berjalan dengan penuh amarah yang menyelimutinya, tatapannya menjadi tajam dan tak ada satupun yang berani untuk mengangkat bicara.
"Grand duke." Panggil seseorang yang mengejarnya.
"Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan bajingan itu?" Tanya Xavier yang tetap berjalan.
"Kami sudah menaruhnya di tempat yang anda perintahkan, tuan."
Xavier tersenyum kecil namun kedua tangannya yang ia masukkan kedalam saku celana itu tampak mengepal kuat hingga uratnya nampak jelas.
"Bagus, jangan biarkan siapapun masuk ke dalam sana tanpa se-izin ku." Perintah Xavier kemudian meninggalkan pengawalnya.
Di kamarnya, Maddy mendengarkan seluruh ungkapan perasaan Rosaline hingga menantunya tenang.
"Ibu, apa tidak masalah aku menceritakan tentang hal seperti ini kepada ibu?" Tanya Rosaline yang menunduk memainkan jemarinya.
"Tentu saja, tidak masalah sama sekali nak."jawab Maddy dengan lembut.
"Aku menangisi pria lain dengan status sebagai istri dari Grand Duke Davidson, putra ibu. Bukankah aku sangat tak tau malu?"
Maddy tersenyum sejenak sebelum menggenggam tangan Rosaline.
"Nak, semua orang punya masa lalu mereka sendiri. Tetapi, ada baiknya kau segera menyelesaikan hubungan dengan masa lalu mu. Karena tidak ada yang mau jika hidup bersama seseorang yang masih terikat dengan masa lalu mereka." Nasehat Maddy pada Rosaline dengan halus.
"Aku sudah selesai, semenjak dia meninggalkan ku tanpa sebab tetapi melihat alasan dia meninggalkan ku itu membuatku semakin hancur. Aku bertanya-tanya apa yang salah dengan diriku sendiri."
Maddy yang mendengar itu tanpa sadar merasa sebuah ingatan yang tak asing masuk kedalam pikirannya.
"Ya, aku tau betul bagaimana rasanya." Gumama Maddy pelan.
"Terkadang aku pun berpikir seperti itu, aku bertanya-tanya apa yang kurang dari diriku? Apa aku kurang menarik atau apa? Tetapi, aku menggunakan logika ku bahwa lebih baik aku tidak menunjukkan kehancuranku karena pengkhianatan itu tetapi sebaliknya. Lebih baik aku menghancurkan pengkhianat itu bersama-sama." Ujar Maddy dengan aura yang mencekam.
Rosaline yang melihat itu tampak khawatir.
"Ibu, ada butik yang terkenal baru saja buka di tengah kota. Mau kah ibu keluar bersamaku hari ini?" Tanya Rosaline cepat untuk menghentikan atmosfer yang tak sedap.
Maddy pun tersadar kemudian mengangguk menyetujui perkataan menantunya.
"Baiklah, ibu yang mentraktir mu hari ini maka beli lah apapun yang kau suka." Jawab Maddy senang dan dibalas anggukan semangat oleh Rosaline.
"Xavier, hasil kerja kerasmu akan kami habiskan hari ini semuanya tanpa sisa." Ujar Maddy kemudian keduanya tertawa saat membayangkan bagaimana reaksi dari Xavier saat mendengar itu.
Berbeda jauh dengan reaksi yang dibayangkan oleh kedua wanita itu, kini Xavier tampak membabi buta dalam menghajar seorang pria yang berada di depannya.
Tubuhnya di kuasai oleh emosi dan hati yang membara kala ingatan tentang bagaimana Rosaline yang menangis itu memenuhi pikirannya.
"Kau adalah bajingan, yang sangat menjijikan." Ujar Xavier sembari terus menghajar pria yang tampak putus asa dengan seluruh luka diwajahnya.
"Bagaimana bisa kau selama bertahun-tahun hidup dengan tenang, sedangkan disana ada seseorang yang selalu menunggu kedatangan mu."
Tangan Xavier dengan kencang meninju wajah pria itu sampai akhirnya Xavier memutuskan untuk berhenti.
"Aku tidak bisa membunuh bajingan sepertimu sekarang, karena ada seorang anak yang harus kau besarkan dengan baik."
Saat Xavier akan membuka pintu suara pria itu menghentikannya.
"To-olong, jaga Rosa dengan ba-baik. Dia sudah lam-a menyimpan luk-a se -orang diri." Ujar pria itu yang bersusah payah membuka mulutnya.
Xavier berbalik menatap remeh pada pria yang telah tersungkur tak berdaya itu.
"Tentu saja, istriku akan hidup sebagai Duchess terhormat dan bahagia bersamaku. Bajingan sepertimu, bahkan tidak pantas untuk melihat wajah bahagia istriku lagi." Ujar Xavier remeh kemudian melempar sejumlah uang dan sekantong emas ke arah Sean.
"Jauhkan dirimu dari pandanganku dan istriku. Jangan menunjukkan wajah keparatmu lagi di tempatku." Bisik Xavier penuh peringatan pada Sean.
Tanpa menunggu jawaban dari Sean, Xavier pun memilih pergi dari tempat itu meninggalkan Sean yang tak sadarkan diri. Xavier sendiri tak mengerti mengapa ia harus melakukan hal memalukan sampai sejauh ini, hanya demi membalas perbuatan lelaki yang membuat istrinya menangis.
"Wanita itu memang menyusahkan."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.