❀Bab 23❀

41 14 47
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya!


Jangan lupa vote dan komen ya!•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • • •

Satu jam Birru menunggu kabar dari sang Dokter yang tengah memeriksa istrinya. Khawatir di campur dengan rasa takut menjadi satu.

Genzi mama dari Laut datang ke rumah sakit dan menghampiri Birru yang tengah terduduk di kursi tunggu.

"Kenapa sama Laut nak?" Tanya Genzi.

"Ma, Birru juga ngga tau kenapa sama Laut karna Dokter juga belum keluar dari satu jam yang lalu." Ucap Birru.

"Sabar ya nak, berdoa sayang semoga Laut baik baik aja." Genzi menenangkan mantu nya dan ikut duduk di samping Birru.

Dua jam berlalu, ruangan itu terbuka memperlihatkan Dokter Ridwan yang keluar dengan menggunakan pakaian medisnya.

Birru langsung berdiri dan menghampiri sang Dokter.

"Gimana dok istri saya?" Tanya Birru.

"Maaf tuan, saya gagal mempertahankan nyawa istri anda, istri anda sudah tiada tuan." Ucap sang dokter membuat Birru terdiam tidak bergerak.

Bagikan tersambar petir, Birru terjatuh ke atas lantai dengan air mata yang turun membasahi pipinya.

Genzi yang mendengar kabar itu tak kalah terkejut dan terpukul karna ia kehilangan anak satu satunya yang sangat ia sayangi.

Genzi mendekat ke arah Birru dan menenangkannya.

"Sayang sabar nak, ini semua sudah takdir allah, kuat ya nak?"

"Ma, Birru ngga bisa di suruh kuat di saat istri Birru udah ngga bernyawa," ucap Birru dengan lirih sambil memeluk tubuh Genzi.

"Gimana nanti El ma? El masih butuh sosok ibu, El juga masih butuh asi dari Laut."

"Mama tau nak, ini mungkin sudah takdir yang Allah berikan buat rumah tangga kalian."

Dokter Ridwan yang melihat kedua manusia itu menangis ia juga ikut meneteskan air matanya.

Perjuangan dua jam di ruang operasi gagal, Laut yang banyak kehilangan darah hingga tak sadarkan diri selama hampir satu jam, Dokter Ridwan terus berusaha agar Laut tetap sadar namun takdir tuhan berkata lain. Laut selesai di saat operasi tengah berjalan.

Kini Birru berada di ruang operasi, dengan Laut yang sudah tertutup dengan kain putih. Birru masih tidak menyangka kalau istrinya sudah pergi meninggalkan dirinya dan anaknya untuk selama lamanya.

Air mata Birru terus turun membasahi pipinya, ketakutan yang selama ini ia alami kini benar benar terjadi di hidupnya.

Dengan perlahan Birru membuka kain yang menutupi seluruh tubuh Laut yang sudah tidak bernyawa itu.

Birru menatap wajah Laut, melihat wajah yang tadi pagi masih bisa Birru liat, wajah yang begitu ceria, senyuman manisnya. Masih terngiang ngiang di pikiran Birru.

Kini wajah yang ia lihat, wajah yang sudah mulai memucat, wajah yang sudah tidak ada senyum manisnya.

Birru memeluk tubuh Laut sambil menangis histeris.

"Kenapa kamu pergi secepat ini sayang? Kenapa!?" Ucap Birru sambil menangis.

Genzi yang melihat juga tidak bisa menahan air matanya, Genzi memegang tangan Laut dengan erat, tangan yang mulai mendingin itu ia kecup dan ia genggam.

"Sayang, ayo buka matanya. El nungguin kita semua balik ke rumah sayang, El masih butuh kamu. Kamu cuma tidur aja kan sayang?" Birru benar benar setres saat ini.

Suara isakan tangis mengelilingi ruangan operasi, para suster yang masih berada di situ juga ikut menangis.

❀❀❀❀❀

Seluruh keluarga besar Birru dan Laut berada di pemakaman, mereka menyaksikan Laut yang tengah di kubur dengan isakan tangis pilu.

Birru yang masih tidak menyangka dengan kepergian sang istri hanya bisa terdiam di depan kuburan Laut yang masih berbentuk gundukan tanah dengan hiasan bunga.

"Main kamu ngga lucu sayang, masa mas di tinggal sendiri sih. Kemaren kan kamu udah janji kalau kamu sembuh, ini apa? Ini sembuh yang kamu bilang?" Ucap Birru di depan kuburan sang istri.

"Kamu udah ngga mau liat mas sama El? El masih butuh kamu sayang,"

Genzi, Leah, Welton, Braham, melihat sang anak yang berbicara di depan kuburan istrinya ikut merasakan sakitnya kehilangan sosok yang mereka sayang.

"Makasih ya sayang, kamu udah mau bertahan selama dua bulan ini, ya walaupun dua bulan itu bukan waktu yang lama tapi makasih kamu udah ngerawat mas, ngerawat El juga. Mas pasti bakal kangen banget sama kamu sayang, kangen liat kamu marah marah juga kangen liat kamu tersenyum dan masakin aku makan malam, mas akan kangen masa masa itu."

"Sekarang kamu udah istirahat, udah ngga ngerasain yang namanya pendarahan dan ngga ngerasain yang namanya sakit. Makasih loh udah ngelahirin anak tampan buat mas, makasih juga udah ngasi mas gelar seorang ayah, mas janji bakal ngejaga anak kita sebaik mungkin. Istirahat yang tenang ya sayang? Jangan lupa mampir ke mimpi aku malam ini, i love you so much istriku," Birru mengecup patokan yang bertuliskan nama sang istri.

~❀ ENDING ❀~


Thankyou buat semua yang sudah mengikuti kisah LautBirru, mungkin kalian ngga menemukan adanya konflik di dalam cerita karna aku memang ngga ngasi konflik ke ceritanya.


Insyaallah kita jumpa di versi novel,  dengan alur yang lebih jelas, dengan adanya konflik, dan pastinya dengan ending yang berbeda.



See you semuanya

• • • •

• • • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LautBirru [Open Pre-order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang