Happy reading
*
*
*
*
Hai, gimana kabar kalian hari ini?Pagi tadi ada yang mengirimkan sebuah paket yang tidak diketahui nama pengirimnya. Manisha terus melihat kotak yang ada didepannya dengan tatapan aneh. Ia rasa terlalu berbahaya jika dibuka sendirian, tapi kalau ada yang menemani siapa coba?
Zayden? Gak mungkin gak sih?
Ia malah makin penasaran dengan isi kotak tersebut. Bagaimana jika itu petunjuk untuk kecelakaan yang bunda alami?
Tanpa berpikir lagi Manisha membuka kotak tersebut dengan was-was. Raut wajahnya memucat dan pusing menyerang kepalanya tiba-tiba. Ia sangat ingin muntah melihat isi kotak yang ternyata kucing yang berlumur darah.
"Huek... Gila! Siapa yang kirim kayak gini lagi coba?!" matanya memerah menahan rasa mual yang semakin menjadi.
Ini kejadian sama yang pernah ia alami 2 tahun lalu setelah kepergian Kaila. Ia rasa pengirim masih tetap orang yang sama.
Manisha membawa kotak tersebut dan membuang di tong sampah yang ada dibelakang rumah.ia rasa saat ini harus berhati-hati, banyak hal aneh yang terus bermunculan.
"Gue harus cepet cari tahu siapa sebenernya orang yang berani teror gue kayak gini."
Manisha berbalik dan mendapati Mada yang sedang menuangkan cairan di atas lantai. Ia rasa Mada sedang merencanakan hal yang akan merugikan dirinya.
"Ternyata dia masih mau hancurin hidup gue? Gila!! Kenapa tuh orang gak pernah puas sih?"
Manisha berjalan berbalik arah. Tapi ia kecolongan karena Mada sudah berteriak dan mulai berakting.
"Arghhh.. MAMAH,PAPAH!"
Dari atas terlihat Sachi dan juga Wilf berlari menghampiri Mada yang sudah terduduk dilantai. Manisha yang melihatnya hanya memutar bola mata malas.
"Kenapa,sayang?" tanya Sachi dengan panik.
"Tadi aku jatuh, mah. Lantainya licin banget," adunya dengan wajah yang sangat memelas.
Wilf memeriksa lantai yang sudah dipenuhi oleh minyak. "SIAL!! SIAPA YANG BERANI MELAKUKAN HAL INI?!!" marahnya yang membuat semua pelayan keluar dan menghadap pada Wilf dengan takut.
"Sayang, ayo katakan. Siapa yang berani melakukan hal ini sama kamu?" tanyanya pada Mada.
"Tadi sebelum turun aku liat kak Shasha nuang sesuatu, aku kira tadi cuman air tapi malah jatuh akunya, Pah." adunya kembali yang berhasil mempengaruhi Wilf dengan trik liciknya.
Wilf mengepalkan tangan dan meraih tongkat golf yang berada disisi tangga. Ia melihat Manisha yang masih berdiri di halaman luar, dengan langkah cepat ia menghampiri.
Bugh...
Bugh...
Wilf memukul kepala Manisha dengan tongkat golf dengan keras. Darah bercucuran di kepala Manisha, rintihan pilu tak membuat Wilf sadar.
Shasha terus mencoba untuk menghentikan darah yang keluar begitu keras."DASAR BAJINGAN!! KAMU MELUKAI ANAK SAYA LAGI DAN LAGI, SIALAN!!" Murkanya dengan terus menghantam tubuh Manisha yang sudah lemah.
"B-bukan---" Manisha berusaha menjelaskan. Apa kesalahan yang dilakukannya? Ia bahkan saksi mata jika Mada yang menuang cairan itu sendiri dan berpura-pura jatuh.
"Bukan apa hah? Bukan kamu yang melakukan,begitu?!"
Wilf menjambak rambut Manisha dengan kuat dan meludahi wajah gadis yang merupakan anak kandungnya sendiri. Sachi menghampiri dan memisahkan Wilf dengan lembut.
"Udah mas!! Kamu apaan sih? Dia anak kamu!!"
"Dia bukan anak saya!!"
Sakit, hati Shasha sakit mendengar penuturan ayah yang sudah tidak menganggap dirinya ada. Kesadarannya mulai menghilang, senyum tipisnya terlihat begitu pilu.
"Maafin Shasha,Bun."
***
Zayden dan anggota Rainer sedang menunggu Manisha yang masih ditangani oleh dokter. Beberapa menit yang lalu Zayden pulang dan melihat rumahnya yang sudah kacau. Ia terkejut melihat kondisi Shasha yang dibiarkan tergeletak dengan darah yang sudah keluar banyak di kepalanya.
Ia sempat dilarang sang ayah untuk menolong Manisha. Tapi ia tidak bisa membiarkan adiknya tiada begitu saja. Adik? Kenapa baru sekarang ia memikirkan ini? Memangnya setelah kejadian yang menimpa bundanya ia masih memperdulikan Manisha sebagai adik?
"Jangan mati dulu,Sha." Gumamnya dengan lirih.
Dari kejauhan terlihat Sachi dan Mada yang menghampiri. Raut khawatir dari sang ibu tiri membuat Zayden sangat marah. Kenapa ia tidak membantu Manisha saat disiksa oleh Wilf?
"Mengapa anda disini, nyonya?"
"Bagaimana keadaan putri mamah, Zayden?" Sachi menghiraukan pertanyaan dari Zayden dan malah balik bertanya.
"Putri? Saya tidak salah dengar nyonya Sachi yang terhormat?!" Sarkasnya dengan tajam.
"Stop Zayden!"
"Kenapa?! Kenapa anda tidak membantu Shasha saat di siksa tua Bangka itu?!!!" Marahnya yang hampir membeludak. Ada perasaan aneh yang hinggap di dalam hatinya.
"Karena dia sudah menyakiti anak saya Zayden!" Jawabnya dengan penuh penekanan.
"Apa anda melihat dengan mata kepala sendiri?!" Tanya Zayden yang membuat Sachi terdiam. Benar apa kata Zayden ia tak melihat kejadiannya secara langsung.
Mada yang merasa Zayden berhasil menyudutkan ibunya, ia maju dan menggandeng tangan Zayden dengan tak tahu malu.
"Abang gak percaya? Tapi kak Shasha emang udah bikin aku jatuh kok."
Zayden muak. Kenapa ia harus dihadapkan pada keluarga gila seperti ini? Akan tetapi ia juga tak bisa berbuat apa-apa.
"Hm.. Abang percaya kok." Ucapnya dengan lembut.
"Maafin Abang,Sha."
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
MANISHA
Teen FictionHurff... "Kenapa hidup gue sehancur ini sih?!" Manisha Nawasena Ojaswi, perempuan yang memiliki seorang ayah yang lebih memilih pada keluarga madu ibunya. Semua luka yang ia terima menjadi pertahanan yang ia buat sekuat mungkin untuk bangkit. Frus...