Chapter 32: Kangen? Menunggu kepulangan Senja

28 19 24
                                    

Angkasa duduk di bangku taman kampus, memandangi pohon-pohon yang bergoyang lembut diterpa angin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angkasa duduk di bangku taman kampus, memandangi pohon-pohon yang bergoyang lembut diterpa angin. Pikirannya melayang jauh, membayangkan wajah Senja yang selalu membuat hatinya tenang. Sejak Senja pindah ke luar kota, keseharian Angkasa terasa hampa. Meskipun mereka masih sering berkomunikasi lewat video call atau pesan singkat, rasanya tetap berbeda dibandingkan ketika Senja ada di dekatnya.

Ponsel Angkasa bergetar, notifikasi dari Senja muncul di layar. Angkasa tersenyum kecil, lalu membuka pesan tersebut.

Senja: “Hai, Sa! Kamu lagi apa?”

Angkasa: “Hai, Sen! Aku lagi di taman kampus nih. Kamu lagi sibuk?”

Senja: “Nggak sih, baru selesai bantu Mama. Kangen banget sama suasana kampus kita.”

Angkasa membaca pesan itu dan merasakan kerinduan yang sama. Sejak Senja pindah, Angkasa sering merasa sendirian, terutama saat berada di tempat-tempat yang biasa mereka kunjungi bersama. Ia rindu senyuman Senja, suara tawa kecilnya, dan cara Senja bercerita dengan antusias tentang segala hal.

Angkasa mengetik pesan dengan hati-hati, mencoba menyembunyikan kerinduannya yang semakin hari semakin besar.

Angkasa: “Sen, kapan kamu bisa pulang? Aku kangen kamu di sini.”

Senja membaca pesan itu dan terdiam sejenak. Ia tahu betul bahwa Angkasa merindukannya, dan ia pun merasakan hal yang sama. Namun, pekerjaan orang tuanya di luar kota masih belum selesai, dan ia belum tahu kapan bisa kembali ke kota asalnya.

Senja: “Aku juga kangen banget sama kamu, Sa. Tapi belum tahu kapan bisa pulang. Papa masih sibuk banget di sini.”

Angkasa menghela napas panjang, mencoba menerima kenyataan. Ia tahu bahwa ini adalah ujian yang harus mereka lalui bersama, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa jarak membuatnya merasa semakin berat.

Angkasa: “Aku ngerti, Sen. Semoga aja semua cepat selesai, biar kamu bisa pulang. Aku tungguin kamu di sini, ya.”

Senja: “Iya, Ka. Aku juga selalu mikirin kamu. Kamu jaga kesehatan, jangan terlalu capek, oke?”

Angkasa tersenyum kecil membaca pesan Senja. Meskipun jarak memisahkan mereka, perhatian Senja selalu membuatnya merasa lebih baik. Seolah Senja ada di sampingnya, meski hanya lewat kata-kata.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan rutinitas yang sama. Angkasa tetap berkuliah, bertemu dengan teman-temannya, namun ada satu hal yang selalu terasa kurang: kehadiran Senja. Setiap sudut kampus mengingatkannya pada Senja, dari ruang kelas tempat mereka duduk bersama hingga kafe kecil di dekat perpustakaan yang sering mereka kunjungi.

Suatu sore, ketika Angkasa sedang berjalan menuju parkiran kampus, ia melihat sepasang kekasih yang sedang tertawa bersama di bangku taman. Pemandangan itu membuat hatinya sedikit perih. Ia merindukan momen-momen sederhana bersama Senja, seperti duduk bersama sambil menikmati senja di langit kota mereka.

Senja Untuk Angkasa ( END✅ ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang