[CHAPTER - ALBEDO]
Sick of being his slave all the time, never so independent.---
Langit mulai memancarkan warna cerahnya jauh di atas permukaan bumi, gradasi antara biru dan jingga adalah perpaduan warna yang serasi. Angin sejuk pun ikut menyertai kehadiran sang mentari yang terbit dari ufuk Timur dengan perlahan. Meski begitu, apakah pagi ini adalah pagi yang bisa dinikmati oleh seorang [Name]?
Jawabannya: Tidak.
Pada pagi buta dimana langit masih diselimuti oleh kegelapan, [Name] sudah harus melaksanakan seluruh kegiatan yang diminta oleh sang Ketua OSIS di sekolahnya. Seluruh perlengkapan milik ketua pun disimpan di kediamannya dengan alasan tidak adanya lagi ruangan untuk benda-benda tersebut.
Mau bagaimana lagi? Ini sudah konsekuensinya sebagai wakil, tapi ia yakin dia tidak seharusnya menjadi terbebani seperti ini.
Seketika ponsel miliknya berdering, memperlihatkan kontak dengan nama "Tukang Suruh Suruh". Dengan sigap ia menerima panggilan tersebut dan meletakkan ponselnya tepat di sisi wajahnya.
"Iya, kak? Ada apa?" tanya [Name] dengan nada suara yang sedikit ia tinggikan.
"Semua perlengkapan sudah siap, kan? Nah, segeralah kau ke sekolah karena masih banyak tugas yang harus aku kerjakan disana."
"Semua nya yang Kak Albedo titip ke saya?"
"Iya, semuanya kamu bawa karena itu penting. Dalam hitungan menit, kau sudah harus berada di dalam ruangan. Ingat itu, [Name]."
Sesaat setelah Albedo mengucapkan kalimat yang panjang tersebut, panggilan pun terputus dan kamar gadis tersebut kembali sunyi untuk sementara.
Sungguh, dia tidak habis pikir lagi tentang Ketua OSIS yang aneh ini. Jika penting, kenapa harus semuanya dititipkan kepada wakilnya?
"Albedo sialan..."
-
-
-
Cuaca semakin panas seiring berjalannya waktu, langit pun semakin membiru dengan munculnya awan yang terbang kesana kemari. Pada siang ini, [Name] benar-benar sudah dalam keadaan berantakan. Tidak hanya penampilannya, namun suasana hatinya pun ikut berantakan.
Sedikit-sedikit sang Ketua OSIS, yakni Albedo memanggil dirinya di kala [Name] berada di kondisi yang juga mendesak.
Tak hanya itu, bahkan di saat pelajaran sedang berlangsung ia selalu berakhir di dalam ruangan OSIS atau laboratorium bersama Albedo. Seperti saat ini.
"[Name], bantu aku angkat barang barang ini ke sudut ruangan."
"Siap, kak! Ini saja kan yang harus diatur?" ucapnya seraya mengambil kotak yang tergeletak di atas meja.
"Iya. Eh! Yang kau bawa itu tidak usah, tidak penting pula. Yang bagian ini saja. Hati-hati dengan barang tersebut, biaya pembeliannya mahal. Itu juga diletakkan saja disamping lemari itu, tapi jangan sampai terkena sinar matahari."
Gadis itu hanya mengangguk dan segera melaksanakannya. Kini ekspresi wajahnya menjadi masam, tidaklah lagi ceria dengan keringat yang membasuh wajahnya yang kian memucat.
Mereka berdua mulai membersihkan laboratorium tersebut dalam sunyi. Hanya terdengar kicauan burung dari luar serta suara gaduh dari kelas atas.
Tiba-tiba saja Albedo membuka topik pembicaraan dengan menanyakan hal yang sedikit nyeleneh bagi [Name].
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝗡𝗧𝗘𝗥𝗪𝗜𝗡𝗘𝗗 𝐅𝗔𝗧𝗘 ; genshin impact (REVISI)
Ngẫu nhiênー𝐓entu saja, takdir bukan ditangan kita. melainkan ditangan Tuhan. ー 𝐉ika memang kita 𝐃𝐈𝐓𝐀𝐊𝐃𝐈𝐑𝐊𝐀𝐍 untuk bersama, aku akan berusaha untuk menjaga hubungan diantara kita walau 𝐑𝐈𝐍𝐓𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 akan terus berdatangan! ...