Bab 1

120 17 0
                                    

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆°°✩
Writer: cherryl_amora

'Icel...'

Begitulah ucapan yang selalu [Name] lontarkan pada buah hatinya. Siapa lagi kalau bukan Michael Kaiser.

Dirinya lahir tidak diinginkan. Ia tahu itu. Namun, ia tidak mengerti. Kenapa ia tidak diinginkan di dunia ini? Bukankah tiap orang tua ingin sekali mempunyai keturunan? Entahlah, ia tidak paham.

Anak kecil berumur sekitar 5 tahun itu menatap pada langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Bulan yang menjadi pemimpin paling terang disitu.

Kaiser menopang dagunya pada kedua lengan. Ia menatap ke langit, menanyakan hal pada dirinya sendiri sembari ia menunggu mamanya pulang.

'Kenapa aku diberi nama Michael Kaiser?'

'Kenapa mama selalu pulang telat?'

'Memangnya mama sedang apa?'

'Kalau Icel udah gede, bisa gak ya Icel jadi sukses kayak mama?'

CKLEK...

Begitu suara pintu depan terbuka, lamunannya buyar. Kaiser buru-buru menapakkan kakinya pada keramik yang dingin menuju pintu depan. Ia tersenyum lebar saat memikirkan mamanya, yang tak lain adalah Michael [Name].

Seorang aktris juga model terkenal di tanah air Jerman. Wajah jelita yang dimiliki oleh [Name] tentu mencuri perhatian para jantan. Juga wanita terutama para wanodya. Senyum menawan nan cantik memikat hati orang banyak. Tidak diragukan lagi jika ia populer di kalangan masyarakat.

Namun, tak ada satupun yang mengetahui keberadaan Michael Kaiser—anaknya. Akan menjadi masalah besar jika warga mengetahui akan hal itu. Bukan hanya karirnya yang menjadi ancaman, hidupnya, bahkan Kaiser bisa terkena imbasnya.

[Name] tidak pernah menginginkan buah hatinya dikucilkan karna masa lalunya yang menjijikan. Maka dari itu, ia menyembunyikan Kaiser dan menjaganya agar tetap aman. Walau berarti ia harus tinggal dengan 'pria brengsek' itu.

"Mama!"

Terlihat wajah [Name] yang sangat kelelahan. Sehabis syuting film dan mengurus pekerjaan modelingnya benar-benar menguras energi. Ia hampir tersentak mendengar suara ceria dari Kaiser.

Kelelahan yang tadi membebani punggungnya, sekarang sudah tak lagi ia rasakan. Melihat malaikat kecilnya saja sudah cukup membuat letih itu sirna.

Ia pun tersenyum, membuka lengannya dan menggendong Kaiser.

"Kok belum tidur, sayang?" tanya sang ibu selagi ia membelai halus rambut Kaiser.

"Icel nungguin mama. Habis, mama pulang malem mulu sih," ia cemberut manja pada mamanya. [Name] hanya terkekeh dan mengecup pelan keningnya.

"Maaf ya, Icel. Kerjaan mama lagi banyak akhir-akhir ini. Mama juga pengen kok main sama Icel."

"Kalau gitu jangan kerja! Main aja sama Icel!"

Mendengar sugesti kekanak-kanakan dari Kaiser, ia pun tertawa lagi. Bagaimana bisa ia marah pada makhluk kecil imut ini? Melihat wajahnya saja sudah membuat ia luluh.

𝐌𝐎𝐌!! ; M. KaiserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang