Bab 3

110 22 0
                                    

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆°°✩
Writer: cherryl_amora

Bertahun-tahun berlalu semenjak kepergian [Name]. Kaiser senantiasa menunggu kehadirannya lagi.

Menunggu ketidakpastian.

Setiap harinya, ia meringis kesakitan. Setiap harinya, ia berdoa. Berdoa untuk ibunya kembali lagi dalam hidupnya.

Pikirannya berkata, ia menyesal telah percaya pada [Name] seharusnya ia tidak membiarkan ibunya pergi. Seharusnya ia paksa [Name] tinggal bersamanya.

Kaiser kesal pada dirinya sendiri juga pada ibunya. Tetapi, hatinya melirih nama ibunya terus menerus. Berharap suatu saat ia kembali lagi.

Kaiser meringkuk di pojok kamarnya yang hancur bagaikan gudang hama. Kamarnya tidak bisa dibilang layak lagi untuk ditempati. Kaiser tidak peduli. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya ia bertahan hidup tanpa ibunya.

Setiap harinya ia harus menghadapi kekerasan fisik dari tua bangka itu. Hari-hari bajin*an itu terus menyuruhnya 'bekerja' alias mencuri. Kaiser awalnya enggan, ibunya juga mengajari untuk tidak melakukan tindakan kriminal. Namun, mau bagaimana lagi? Bagaimana caranya ia bertahan hidup di umurnya yang masih kecil?

Dirinya ini tersesat. Ia jadi tidak tahu arah kemana ia akan pergi. Ia butuh tuntunan tangan [Name]. Ia ingin merangkul [Name] lagi dan menuju ke arah yang seharusnya mereka lalui bersama. Bukan neraka yang seperti ini.

Musim terus berganti. Umur Kaiser juga kian bertambah. Tapi rasanya begitu membosankan, sengsara. Semuanya begitu monoton. Tidak ada lagi yang menyenangkan bagi dirinya semenjak [Name] pergi.

Di ulang tahunnya yang ke-13, ia duduk di pinggir jalan, dengan kue mangkuk dan lilin diatasnya. Awalnya, ia hampir tertangkap karena mencuri namun, dengan lincah ia berhasil lolos.

CTAK

Lilin pun menyala, merefleksikan cahaya kuning kemerahan. Netra birunya bersinar dengan penuh harapan.

Kaiser memejamkan mata, meminta harapan.

"Icel mau ketemu mama sekali lagi. Walau cuma sebentar, Icel mau dipeluk mama lagi..."

Dalam sekali hembusan, harapannya menyatu dengan asap lilin. Mata kosongnya menatap kue mangkuk di telapak tangan miliknya. Telapak tangan yang dipenuhi luka dan dosa.

"Mama bohong. Katanya mama bakal pulang. Icel udah 13 tahun, ma. Mama kemana?"

Otaknya mulai memutar kembali momen-momen mereka. Dimana Kaiser merayakan setiap ulang tahunnya bersama [Name]. Hari dimana Kaiser mendapat mainan baru dari [Name]. Hari-hari dimana [Name] selalu memberi kasih sayang yang lebih dari kata cukup untuk Kaiser.

Ia ingin sekali menangis. Ingin sekali rasanya menjatuhkan setetes air mata saja. Nihil. Ia sudah tidak tahu lagi caranya menangis. Ia seperti mati rasa. Seperti mayat berjalan.

Salju sudah turun, menandakan musim telah berganti. Orang-orang selalu menantikan hari raya besar pada musim salju ini. Namun, tidak untuk Michael Kaiser. Tidak lagi.

Ketidakhadiran ibunya membuat semuanya begitu tidak berarti.

Apa gunanya ia tetap hidup jika tidak ada ibu disisinya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐌𝐎𝐌!! ; M. KaiserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang