iii. Laila dan Qais

253 12 5
                                    

Warning, the tale of Laila and Qais in this part were not originally writen by me (Tapi bukan berarti saya copas dari google or any other sites, saya tetap menulis ulang dengan versi saya sendiri kok):)
I've tried to write alot of stories and it just didnt work out, so here i am with this chap! Wish it'll be good:)
Enjoy!

---

Mungkin ini bukan kali pertamanya aku merasakan yang namanya jatuh karena cinta. Tapi aku yakin, ini kali pertamanya aku jatuh begitu dalam.

Kamu sangat jauh dari kata sempurna, jauh, benar-benar jauh. Dan aku tetap tidak peduli.

Lucu bagaimana aku bisa tetap mencintaimu seburuk apapun kamu memperlakukan aku. Sejahat apapun kamu membicarakan yang lain dengan diriku. Namun aku tak peduli, aku tetap bahagia dengan rasa yang aku punya terhadapmu. Karena aku yakin, di balik semua hal yang tengah kamu kerjakan saat ini, kamu tetap menyimpan dan mempertahankan satu ruang kecil dan kosong di dalam hatimu, untuk aku tempati suatu saat nanti.

---

Dikisahkan, di suatu desa di tempat yang sangat jauh, hiduplah sepasang kekasih, Laila dan Qais. Dua orang muda-mudi ini begitu saling mencintai. Setiap sore di bukit yang berhias pepohonan rindang, serta berteman semilir angin sejuk, sepasang kekasih ini selalu setia merangkai kisah tentang kasih. Laila akan merebahkan punggungnya di atas rerumputan, sementara Qais akan membacakan puisi indah ciptaannya sembari menatap Laila dengan penuh rasa cinta.

Namun, status Laila sebagai seorang anak saudagar kaya memupus jalinan cintanya dengan Qais yang hanyalah seorang pengembala. Kedua orang tua Laila tak merestui hubungan keduanya. Laila tak lagi bisa menemui Qais, dan begitu pula sebaliknya. Orang tua Laila bahkan kerap kali menghina dan menghardik Qais tiap kali lelaki itu meminta dipertemukan dengan Laila. Sehingga Qais hanya bisa menunggu Laila dan menatapinya dari kejauhan.

Sampai suatu saat, kedua orang tua Laila mengadakan pesta besar, perayaan atas suksesnya usaha yang dijalankan ayahnya. Saudagar kaya itu mengundang semua penduduk desa, tak terkecuali, si pemuda miskin, Qais. Pemuda itu girang bukan main, ketika ia tahu bahwa akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan sang pujaan hati. Penduduk desa bahkan menggoda Qais yang kala itu sibuk menghias dirinya, semuanya meragukan keyakinan laki-laki itu, bahkan juga ada yang menyatakan bahwa Laila tidak mencintai Qais lagi dan akan segera dinikahkan dengan seorang pemuda kaya dari negeri seberang. Namun hal itu tak sedikitpun membuat Qais menjadi gentar.

Tibalah waktu dimana kenduri itu pun digelar, Qais dengan bersemangat melangkahkan kakinya ke alun-alun tempat pesta dilaksanakan.

Dan disanalah gadis itu berdiri, berbaju indah berhias sulam benang emas, tengah sibuk membantu perempuan lain menghidangkan makanan pada para penduduk yang sabar mengantri.

Qais pun dengan bersemangat mengambil piringnya, dan segera masuk ke dalam antrian. Dengan sabar ia maju selangkah demi selangkah, sampai tiba gilirannya. Ia berdiri di hadapan Laila yang kepalanya tertunduk menatap periuk besar penuh makanan di hadapannya. Karena tak kunjung disodorkan piring, lantas Laila menengadah, dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati Qais berdiri di hadapannya.

Untuk beberapa saat, keduanya hanya saling menatap, sampai akhirnya, teguran dari antrian di belakangnya, membuat Qais dengan segera menyerahkan piringnya pada Laila. Namun, betapa terkejutnya ia dan semua orang di pesta tersebut ketika Laila, justru membanting piring milik Qais sampai hancur berkeping-keping. Qais menatap Laila dengan pandangan tak percaya, sampai akhirnya ia hanya tersenyum dan menarik dirinya dari dalam antrian.

Hanya sampai disitu kah? Ternyata tidak. Qais mengambilkan dirinya sebuah piring yang baru dan kembali masuk ke dalam antrian. Tapi, Qais ternyata harus kembali menelan pil pahit ketika Laila lagi-lagi membanting piring miliknya. Hal itu bahkan terjadi lagi pada kali ketiga dan keempatnya Qais ikut mengantri.

Pada kali kelima, semua orang mulai gerah menyaksikan perilaku Qais yang pantang menyerah meski Laila tampak menolaknya berkali-kali, seseorang bahkan akhirnya maju dan menegur Qais.

Orang itu dengan kerasnya berkata, "Wahai kau Qais! Tidakkah kamu mengerti bahwa Laila telah menolak kehadiranmu berkali-kali? Kami bahkan sudah kesal mendengar suara pecahan piringmu tiap kali Laila membantingnya! Sampai kapan kau ingin mencoba? Sampai semua piring di pesta ini habis Laila pecahkan? Pergilah saja Qais! Menyerahlah saja!"

Mendengar hal itu, Qais justru memperlebar senyuman di bibirnya. Matanya menatap Laila di kejauhan yang juga tengah menatapnya sambil tersenyum.

Tidakkah semua orang disana selain dirinya dan Laila mengerti bahwa, Laila melakukan hal itu, hanya supaya ia bisa melihat Qais, kekasihnya, berdiri di hadapannya, untuk waktu yang lebih lama.

---

Seperti Qais, biar saja aku tetap mencintaimu seperti ini. Tak peduli meski semua orang di sekitarku memaksaku untuk menyerah saja, karena mereka tak mengerti, bahwa hatiku hanya menginginkan dirimu.

Seperti Qais, biarkan saja aku tetap memimpikanmu juga tengah memikirkan aku seperti aku yang selalu tak bisa mengeluarkanmu dari benakku untuk sekejap saja.

Karena seperti Laila, kuharap kamu juga mencintaiku meski kamu tak pernah mengatakan dan menunjukannya.

Biar saja hatiku tahu apa yang ada dalam hatiku. Dan biar saja hatimu tahu apa yang ada dalam hatimu.

Tak perlu peduli bagaimana sekitar kita menentang dan terus bertanya kapan kita menyerah.

Dan setiap kali orang bertanya mengapa aku masih saja berkeras mencintai kamu meski kamu tak pernah mengacuhkanku, hanya ada satu jawabku.

"Mungkin ini adalah jawaban dari sebait doa, 'Ya Allah, jika kelak aku jatuh cinta pada orang yang tepat, jatuhkanlah aku sedalam-dalamnya, selama-lamanya.'"


---


Author's note of the day :

Apapun yang terjadi, percaya saja pasti akan ada pelajaran yang bisa kita petik, meski tak semua hal bisa berjalan sesuai kemauan, karena hidup bukan hanya tentang kemauan, tapi juga kekuatan. Kekuatan untuk apa? Entah, silahkan definisikan sendiri.

Karena setiap orang, pasti punya kekuatannya masing-masing, untuk terus sanggup menjalani hidup:)
Be happy, cause you're blessed enough to be a human being in this crazy cruel big world. Get yourself prepared, cause whenever you choose to be brave, thousand stars are waiting for you to be touched. And there comes the journey that'll change your whole life forever;)

lovesloves<3

Senja (Kumpulan Cerita Pendek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang