Chapter 1: Pengagum Diam-Diam

7 0 0
                                    

Hai haii Lunatic belum selesai tapi udah bikin ini hehehe, maap lagian ni otak kebelet bikin novel baru sehhh

Dah lanjut aja

♤♤♤

Chapter 1: Pengagum Diam-Diam

Mala Celeste Amara, seorang gadis biasa di kelas 10, mungkin terlihat seperti siswi kebanyakan—aktif di kelas, pintar, dan punya teman-teman yang selalu mendukungnya. Tapi di balik kesehariannya yang tampak normal, ada satu hal yang membuat hari-harinya berbeda. Dia memiliki perasaan yang tak bisa ia kendalikan terhadap seorang kakak kelas bernama Zaky Alfarez Adyputra.

Zaky, anggota OSIS yang dikenal dengan sikapnya yang dingin dan alim, adalah sosok yang diam-diam membuat hati Mala berdebar setiap kali melihatnya. Wajahnya yang tenang, dengan tatapan tajam namun penuh ketenangan, selalu berhasil menarik perhatian siapa pun, terutama Mala. Namun, sayangnya, bagi Zaky, Mala hanyalah sosok adik kelas yang mungkin tidak pernah ia perhatikan. Dan itu, bagi Mala, adalah salah satu kenyataan paling sulit yang harus ia terima.

Setiap pagi, Mala memiliki rutinitas yang jarang terlewatkan. Sebelum bel masuk berbunyi, ia sudah berdiri di depan gerbang sekolah, berharap bisa melihat Zaky melintas. Meski hanya sekilas, melihatnya sudah cukup membuat hari Mala terasa lebih istimewa. Ia menyadari bahwa ini adalah perasaan yang hanya dimilikinya, sebuah rahasia yang ia simpan erat-erat dari dunia luar. Baginya, cukup menjadi pengagum diam-diam.

Di saat jam istirahat, ritual itu kembali terulang. Bersama teman-temannya, Mala menuju kantin dengan harapan bisa melihat Zaky, meski hanya dari jauh. Mereka seringkali memilih duduk di tempat yang strategis, berharap bisa menangkap momen ketika Zaky melintas atau duduk di salah satu sudut kantin. Bagi teman-temannya, ini sudah menjadi kebiasaan yang mereka maklumi—bahkan, beberapa dari mereka sering kali ikut membantu mencari keberadaan Zaky di antara kerumunan siswa.

“Zaky nggak kelihatan di sini ya, Mal?” tanya Sofia Liandra, teman terdekat Mala, yang selalu tahu kebiasaannya mencari sosok Zaky.

Mala menggeleng pelan sambil tetap memandangi seluruh kantin. Matanya menyapu setiap sudut dengan teliti, berharap menemukan sosok yang dicarinya. “Belum kelihatan,” balasnya, tak bisa menyembunyikan nada kekecewaan di balik suaranya.

Namun, tak lama kemudian, pandangannya menangkap sosok yang begitu dikenalnya. Di sudut kantin, Zaky duduk bersama beberapa anggota OSIS lainnya. Dia tampak tenang, berbicara dengan temannya sambil sesekali tersenyum tipis. Meski dari jauh, senyum itu cukup untuk membuat jantung Mala berdetak lebih cepat. Tanpa berpikir panjang, ia mengambil ponselnya dan memotret Zaky secara diam-diam—sesuatu yang sudah menjadi kebiasaannya setiap kali kesempatan ini muncul.

“Mala! Kamu motoin Zaky lagi, ya?” tanya Angkasa Keithina Gibran, sahabatnya yang lain, sambil tersenyum lebar, seolah sudah hapal dengan kebiasaan Mala.

Wajah Mala seketika memerah. Ia hanya tersipu dan menjawab pelan, “Iya... cuma buat kenang-kenangan aja. Kan dia nggak bakal tau,” katanya, meski dalam hatinya ia berharap suatu hari Zaky akan sadar.

Teman-temannya, yang selalu mendukung Mala, hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah lucunya. Keira Rainsya, Tasyara Anggara, dan yang lainnya ikut tersenyum, memahami perasaan temannya itu. Di antara mereka, Mala selalu bisa menjadi dirinya sendiri—mereka semua tahu betapa besar rasa sukanya terhadap Zaky, meski hanya sebatas pengagum dari kejauhan.

Setiap hari, 20 teman perempuannya selalu ada untuk mendukungnya. Sofia, yang paling suka menggoda Mala soal Zaky; Angkasa, yang sering memberi nasihat meski dirinya juga jomblo; Keira, yang aktif namun selalu peka dengan perasaan teman-temannya; dan Tasyara, yang sering membantu Mala mengedit foto-foto Zaky hasil jepretan diam-diamnya.

Ada juga Amara, Luna Moontasyaa, Tania Liana, Cleo, dan Alika Firasa Shiera yang selalu siap memberikan semangat. Kayla Ananda, Alya Fertika, dan Siska Ayuputri tak pernah kehabisan gosip seru, sementara Dina Reskia, Farah Adininka, dan Ginaya Ara Liyana selalu memastikan suasana tetap ceria dengan candaan mereka. Rara Rubians sering mendorong Mala untuk lebih berani, sedangkan Nadya Bunga, Silvia, dan Errina adalah pendengar setia bagi curhatan Mala.

Saat bel pulang berbunyi, Mala dan teman-temannya duduk di depan gerbang sekolah seperti biasa. Ini adalah waktu yang paling dinantikan Mala setiap hari—momen di mana ia bisa melihat Zaky pulang. Meskipun ia tahu Zaky mungkin tidak pernah menyadarinya, melihatnya sudah cukup membuat hati Mala berbunga-bunga.

"Kenapa kamu nggak pernah coba ngomong langsung ke dia, Mal?" tanya Amara sambil tersenyum kecil.

Mala hanya tertawa kecil, meskipun ada sedikit rasa sakit di hatinya. "Ngomong apaan? Zaky bahkan nggak tahu aku ada," jawabnya, berusaha terdengar ringan, meskipun kenyataan itu selalu membayangi pikirannya.

Teman-temannya hanya bisa tersenyum, memahami perasaan Mala yang begitu tulus. Mereka tahu bahwa Mala bukan tipe yang berani mengejar perasaannya secara langsung, tapi mereka juga tahu betapa besarnya rasa suka Mala terhadap Zaky.

Saat akhirnya Zaky muncul dari gerbang sekolah, Mala dengan sigap mengambil ponselnya dan mengabadikan momen itu. Zaky berjalan dengan tenang, tidak menyadari ada sepasang mata yang selalu memperhatikannya. Teman-teman Mala kembali tertawa, namun bagi Mala, foto-foto itu adalah harta kecil yang ia simpan rapat-rapat di galeri ponselnya.

"Suatu hari, mungkin dia akan tahu," gumam Mala dalam hati, sambil menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas. Meski hanya sebagai pengagum diam-diam, Mala selalu berharap akan ada hari di mana Zaky akhirnya menyadari keberadaannya, meski hanya dalam sekejap mata. Hingga saat itu tiba, Mala tetap akan menunggu, mencari, dan mengagumi Zaky dari jauh, seperti yang sudah ia lakukan selama ini.

♡♡♡

Haii haii maap pendek lagi ga mood soalnya hehehe jangan Follow TTK sama IG yaa

Ig : @raionyou
Ttk : @rainyu

Zaky Alfarez Adyputra And Mala Celeste AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang