Chapter 430 - Festival Dewa Jahat - Rumah Perahu

65 10 1
                                    



[Pemberitahuan sistem: Pemain Bai Liu memperoleh identitas ‘Penerus Dewa Jahat’ di instansi ini.]

[Pemain Bai Liu mengaktifkan tugas utama.]

[Tugas utama: Penerus Dewa Jahat, tolong temukan dua ‘jangkar’ yang membawa jiwa dan daging Dewa Jahat Lama dalam waktu tujuh hari, dan korbankan mereka di rumah perahu pada hari Festival Dewa Jahat untuk menyelesaikan instansi ‘Festival Dewa Jahat’.]

Bai Liu perlahan membuka matanya.

Dia berdiri di pesisir, dan yang bisa dia lihat hanyalah laut yang gelap gulita. Ombak naik-turun dan menghantam tepi pelabuhan, dan ombak itu mengeluarkan suara-suara aneh seperti air pecah. Tiba-tiba, dalam kegelapan, suara genderang yang berat terdengar dari belakang Bai Liu.

BOOM!

Sisi kiri mata Bai Liu menyala sebagai tanggapan, dan lentera bundar dengan karakter putih datar dan latar belakang merah perlahan menyala.

Cahaya lilin di lentera bergoyang ke kiri dan ke kanan. Ketukan genderang di belakangnya tiba-tiba meningkat, dan suara laki-laki yang dalam terdengar samar-samar, menyenandungkan nada misterius yang tidak diketahui seiring dengan ketukan genderang. Lentera bundar di atas kepala Bai Liu menyala satu per satu, menerangi langit malam yang gelap.

Pemandangan tiba-tiba menjadi cerah, dan hal-hal yang sebelumnya tersembunyi dalam kegelapan muncul satu per satu di bawah cahaya lilin oranye yang hangat.

Bai Liu melihat sekeliling. Di atas kepalanya terdapat untaian tali lampu yang saling bersilangan, dengan lentera digantung di atasnya pada jarak tertentu, terjalin menjadi jaring cahaya yang besar.

Hiasan kertas berwarna yang dipotong rapi diikatkan pada sisi lentera dan digantung, bergoyang tertiup angin laut dan mengeluarkan bunyi seperti lonceng pecah. Cahaya lilin berkedip-kedip, membuat pemandangan di sekitar Bai Liu menjadi tidak jelas.

Ada puluhan penabuh genderang pria di kedua sisi Bai Liu. Para penabuh genderang ini semuanya terlihat muda dan kuat, dengan tubuh berotot. Tali kain putih tebal tergantung di leher tebal mereka. Tali kain melingkari bahu mereka dan diikatkan pada cincin berlapis emas di kedua sisi badan Taiko* merah, yang lebarnya seperti batu giling di depan pinggang mereka.


*Taiko adalah alat musik tradisional Jepang yang mempunyai bentuk seperti drum atau genderang.


Para penabuh genderang bernyanyi serempak dari dada mereka, membentuk nada nyanyian yang aneh. Mereka memegang stik drum di tangan mereka lalu memukulnya dengan kekuatan penuh, dan ketukan genderang menjadi lebih sering.

Akhirnya semua lentera menyala, membuat malam di pantai itu seterang siang hari.

Teluk yang awalnya sepi menjadi ramai dengan orang-orang saat lentera menyala. Di pinggir jalan terdapat berbagai macam kios yang menjual lonceng kecil yang diikat dengan tali merah, jimat dengan berbagai fungsi, dupa, lilin, permen apel, dan berbagai topeng dewa yang bentuknya aneh. Yang paling laris adalah topeng dewa jahat dengan rambut putih, mata biru, serta wajah penuh kasih sayang dan tampak muda.

Para pedagang berteriak dan menjual barang-barang untuk persembahan festival yang baru dan menarik. Turis yang mengenakan pakaian festival formal ada dimana-mana, tertawa dan mengobrol tentang sesuatu.

“Festival Dewa Jahat tahun ini sungguh meriah.”

"Tentu saja. Festival Dewa Jahat tahunan adalah acara terbesar di kota ini. Berkat berkah dari Dewa Jahat, orang-orang di kota kami bisa mewujudkan keinginan mereka dan hidup lebih baik lagi."

(BL) Aku Jadi Dewa Dalam Game Horor (Bagian 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang