ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 𝟶𝟸

7 3 3
                                    


Nerissa pov

aku pun mulai mencoba mencari informasi, keliling sambil berjalan perlahan, mengamati Sekitar.

Hingga sampai lah ke tempat yang lebih ramai dari tempat sebelumnya.

"ayo di beliii, diskon 30%!!!"

"Ibu nanti malam kita makan apaa, aku mau daging!"

"Ayolah aku sudah sering beli disini apa g ada diskon sedikitpun"

Suara bising memenuhi tempat itu.

"Pasar anjay" Ucapku pelan.

Brrr

Aroma sedap dari berbagai makanan yang sedang dijual itu mengingat kan ku tentang rasa laparnya.

"Permisi"

Tiba tiba saja seorang gadis cantik berpakaian sederhana dan eumm.. memiliki telinga kelinci..? menghampiri ku

"Aku ada sedikit roti untuk mu, terimalah" sembari tersenyum manis.

aku terdiam sejenak.

"Emm ini buat aku? "

Gadis itu pun mengangguk sambil menyerahkan sebuah roti pada ku.

'se gembel itu kah gw sampe dikira pengemis?' Batin ku tak percaya.

Meskipun sedikit malu dengan penampilan gembel nya, aku tetap menerima roti dari sang gadis itu.

toh tidak baik rezeki ditolak, apalagi perutnya sudah demo sejak bangun tadi.

"Makasih ya, emm boleh tau nama mu?"
Tanya ku basa basi.

"Aku Luciana"

"Ah, aku nerissa, salam kenal hehe"

Setelah itu dengan sedikit canggung aku pun membuka mulut nya.

"Aku.... sebenernya aku lupa ingatan"

'ok... KOCAK!!! APA YANG SEDANG KAMU UCAPKAN NERISSA!!' batin ku menangis.

aku malah menggunakan alasan klise di komik komik yang bahkan sulit untuk dipercaya astaga.

"Aku g tau, ituan em.. kota ini, negara ini eee.."

'Tolol ngomong apaan sih' batin ku.

"Apakah kamu seorang pengembara?"
Tanya luciana.

"hm? pengembara?"

aku bertanya heran, aku tau apa itu pengembara tapi bagaimana bisa dia mengira aku yang terlihat lemah, lusuh, tidak ada semangat petualang ini sebagai pengembara.

"Iya, akhir akhir ini ada banyak kabar tak mengenakkan dari beberapa pengembara, ada pengembara terkenal di kota ini, dia bilang terdapat monster berbahaya yang bersembunyi di sekitar desa ini, mungkin kamu emmm.. lupa ingatan? karena pernah melawan monster tersebut? " jelas luciana panjang kali lebar

"....."

aku terdiam, mencerna informasi tersebut.

'watehel konspirasi yang bagus kawan, aku bahkan sama sekali tidak berani bertemu monster, bagaimana dengan melawannya' aku meringis mengingat kejadian ku saat di hutan.

'Ya tapi itu alasan yang bagus untuk alibi ku, toh aku pernah mengalami nya' aku berfikir keras mencerna perkataan luciana.

kembali sadar ke realita, "emm sebenernya aku sedikit ingat sepertinya sebelum hilang kesadaran aku seperti sedang kabur dari seekor monster, mungkin perkataan mu benar adanya"

"astagaa turut berduka cita, untung saja kamu masih selamat" kata luciana.

tapi itu tak membuat ku lega, "jujur saja aku sekarang berpisah dengan teman-teman ku, dan sekarang aku tak bisa apa apa, dan tak punya apa apa untuk memulai kembali"

aku berusaha menggali empati dan sedikit curhat, yaa meski ada kebohongan sedikit sih.

luciana terlihat berfikir setelah mendengar ucapan ku.

"kamu tidak ada tempat tinggal sementara kan? bagaimana kalau ikut tinggal bersama ku sampai kamu pergi ke tempat selanjut nya?" ucap nya memberi solusi.

"ehhh yang bener? beneran gak papa? kita bahkan belum kenal selama sehari loh? kamu yakin nih?" aku memastikannya bagaimana bisa dia memberikan tumpangan pada orang asing segampang ini?

"eumm gakpapa, lagian kamu terlihat seperti orang baik, lagi pula aku cukup pandai beladiri" kata luciana meyakinkan.

'sepertinya gw ketemu malaikat... huhu terimakasih' batin ku nangis bombay.

bagaimana tidak terharu, aku bahkan tidak bisa makan apa apa sebelum bertemu gadis ini, tentu saja di beri kebaikan lagi dapat membuat ku sangat terharu.

_____

Setelahnya kami pun mulai berkeliling sambil membicarakan banyak hal.

Luciana adalah manusi- eh! makhluk yang baik, dia sering membagikan rotinya saat melihat orang yang sedang kesulitan, beberapa kali dia pergi menghampiri orang orang tang kesusahan.

'Dia kaya kali ya? , bagi bagi roti sekeranjang gitu..'
Batin ku kagum melihat kedermawanan nya.

'ukhh walau gw masih gak kebiasa sama kuping nya itu' batin nya sambil melihat kuping kelinci milik luciana.

____

Waktu pun berjalan cepat, yang tadi nya matahari masih menyinari dengan terik, tanpa di sadari mulai menyembunyikan cahayanya.

Luciana mengajakku pulang kerumah nya.

Setelah beberapa saat berjalan kita akhirnya sampai ke rumah nya.

Itu adalah rumah sederhana, berbeda dengan perkiraan ku, rumah yang biasa saja jika dibandingkan dengan rumah lain nya, tp tentunya masih layak huni, aku benar bener senang karna akhirnya aku punya tempat 'pulang' sementara.

"Wahh" Ucap ku sambil menghela nafas lega.

"Hahaha" Luciana Hanya tertawa malu menanggapi ku.

'knp dia?' Batin ku heran

'.... '

"...EH ENGGAK ENGGAK, rumah mu bagus kokkkk ini rumah yang nyaman!!"

'Sumpah g maksud sarkas' kataku sambil berteriak dalam hati.

luciana tertawa kecil, "pftt gapapa kok, emang rumah ku biasa saja dari pada yang lain, semoga nyaman ya^^ "

mendengar penuturan nya aku jadi makin gak enak, "beneran bukan itu maksudkuuuu ╥﹏╥"

______

sekarang aku sedang berdiam didalam kamar yang disediakan luciana, menatap langit yang diterangi cahaya bulan.

menutup mata sembari menikmati sejuknya angin malam.

nyaman

"sepertinya aku harus segera membiasakan diri dengan perbedaan dunia ini dengan dunia ku" kata ku ber monolog

mataku terbuka dan kembali melihat langit.

'besok aku harus berusaha lebih giat lagi agar bisa bertemu kembali dengan teman teman'

aku segera menutup jendela dan berjalan ke kasur, mengistirahatkan diri setelah melewati hari  yang sulit.

'tunggu aku semuanya'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐇𝐈𝐑𝐀𝐄𝐓𝐇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang