Aku nggak tahu ini perasaan seperti apa. Rasanya aneh sekali. Seperti kamu menginginkan sesuatu, sangat ingin, tapi kamu tau Ia jauh dan nggak mungkin. Bersamaan dengan itu, kamu juga nggak ngerti apakah sesuatu yang kamu pikir kamu ingin sekali itu adalah sesuatu yang benar-benar kamu inginkan? atau kamu butuhkan? atau memang sesuatu yang terbaik untukmu? kamu nggak tahu. Kamu nggak tahu kenapa kamu ingin sekali dengan itu. Kamu juga nggak tahu apakah kamu layak mendapatkan itu. Kamu juga nggak tahu apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan sesuatu itu. Sudah kubilang. Ia jauh. Ia berada jauh sekali dengan jarak yang nggak bisa digapai sama mata manusia. Apakah sesuatu itu benar-benar yang Ia inginkan?
Belum pernah seumur hidup badanku nyeri semua seperti ini. Bukan hanya sekali. Ini sudah berlangsung satu tahun. Sudah setahun aku kesakitan. Aku sakit dan nggak tahu obatnya apa. Sakit sekali rasanya. Hidupku berantakan. Kamarku berantakan. Aku selalu menjalani hidup yang bukan keinginanku. Tapi, aku juga nggak tahu hidup seperti apa yang aku inginkan. Apakah aku ingin menikah dalam waktu dekat? Apakah aku harus mengikuti jalan seperti orang-orang normal? Kata mereka anak perempuan sebaiknya segera menikah. Nanti kalau sudah terlanjur tua semakin layu. Lapuk. Berdebu. Seperti barang yang di tumpuk di kardus gudang supermarket dengan tulisan "KADALUARSA".
**********
Rasanya seperti sudah lama sekali aku menghabiskan waktu di bumi. Aku harus apa? Bukan ini jalan yang aku ingin tempuh. Tapi juga tidak banyak opsi yang bisa dipilih. Di negeri ini, hanya mereka yang tinggal di gedung tinggi yang bisa memiliki opsi. Orang sepertiku yang tinggal di kamar empat kali lima meter persegi tidak punya pilihan lain dalam hidup selain bertahan demi isi perut. Mau apalagi? Apabila kamu sudah membaca sampai sini, kemudian kamu kembali lagi pada paragraf pertama mungkin kamu akan bertanya-tanya. Kenapa orang sepertiku yang tidak memiliki banyak pilihan dalam hidup punya keingingan yang sangat jauh. Keinginan yang bahkan aku sendiri tidak tahu bentuknya seperti apa, tapi rasanya seperti Ia sudah menunggu di sana sejak lama. Menunggu supaya aku segera berlari menghampirinya.
Sesungguhnya aku sangat membenci perasaan ini. Kapan perasaan ini akan berakhir? Kapan kebingungan ini menemui jalan terang? Tidak ada yang tahu jawaban pasti. Tidak bisa kutemukan penjelasan yang jelas. Mungkin dengan menulis ini, aku bisa sedikit merasa lebih baik. Mungkin aku perlu terus menulis. Aku akan terus menulis tentang apapun, dimanapun, kapanpun, sembari berjalan. Mungkin saja dengan menulis aku bisa segera menemui sesuatu yang rasanya seperti sudah menungguku sejak lama itu.
Sakit yang kian hari kian menyiksaku. Punggungku... rasanya seperti memikul beban yang massanya ratusan ton. Berat sekali. Selain itu, belum pernah aku merasakan nyeri kepala sehebat ini. Kesakitan yang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya. Sepanjang umurku. Aku kesakitan. Sangat kesakitan. Oh Tuhan... Jika memang ini karena dosa-dosaku, jangan hukum dan siksa aku seperti ini. Engkau Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang kata mereka. Kasihi aku... Sayangi aku... Beri aku petunjukMu. Beri aku jalan menuju pada sesuatu itu dengan peta dariMu. Atau apapun yang paling mudah kupahami supaya aku tidak kesakitan lagi. Aku harus apa? Aku harus bagaimana? Sakit ini rasanya sudah terlalu lama bersemayam di tubuhku. Oh Tuhan...
KAMU SEDANG MEMBACA
collection of stories
Short StoryKumpulan tulisan pendek yang dibuat selama menunggu pasien di siang hari, sore hari, atau malam hari. Sebagian besar ditulis di lorong rumah sakit.