6. Axalon

127 29 12
                                    

Ketika hari sudah berganti, Haechan bangun dan menemukan kapalnya sudah ramai. Ada Jeno, Jaemin, Mark, Renjun, Winter, Chenle, Jisung, bahkan Winter.

Haechan menghela nafasnya ketika ia membuka pintu kamar, energinya bahkan bisa langsung habis ketika melihat orang-orang ini.

"Selamat pagi Haechan," Jaemin berlari kearahnya, hendak memeluk tubuh Haechan sebagai salam pertemuan namun Haechan dengan cepat menghindar dan berpindah ke kemudian kapal, membuat Jaemin terpentok dinding kapal lalu mengaduh.

"Jahat sekali," protesnya sambil menunjuk Haechan, yang ditunjuk hanya mendengus melihatnya.

"Kita akan pergi ke Pulau Axalon," ucap Haechan, ia menandai peta ditangannya dengan darah dari jari telunjuknya, lalu menyerahkannya pada Mark.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Mark, bukannya jawaban yang dia dapatkan, Haechan menoyor kepala Mark lalu pergi tanpa memberikan jawaban.

"Kak! Kenapa tidak bilang kita punya puteri duyung disini?" suara Chenle membuat Haechan menoleh, ia menemukan Chenle yang sedang melihat Winter dibawah sana dalam bentuk puteri duyungnya.

"Dia hanya penumpang gelap," jawab Haechan, ia menghampiri Renjun yang berada di dapur untuk membuat makanan.

"Dimana pie yang kubeli kemarin?" tanya Haechan,

"Sejak pagi aku tidak melihat ada pie di dapur ini, jangan salahkan aku!" protes Renjun sebelum ia dituduh oleh Haechan. Haechan berdecak kesal, ia keluar dari dapur kemudian menunjuk semua orang.

"Siapa diantara kalian yang memakan pie ku?" tanya Haechan. Hening... tidak ada jawaban sama sekali.

"Mengaku atau aku akan meninggalkan kalian semua ditengah laut," ancam Haechan, dan benar saja kalau Winter yang tadinya turun ke laut naik ke atas kapal.

"Aku lapar semalam... jadi..."

"Jadi kau memakan semuanya?" tanya Haechan yang dibalas anggukan kepala oleh Winter. Haechan hanya menghela nafas panjang, ia tidak bisa marah, rasanya energinya sudah terasa habis meskipun ia belum melakukan apapun.

"Beli lagi, dan bawa kesini," Haechan melemparkan satu kantong berisi uang kepada Winter, dan anak itu langsung menurut saja dan langsung berangkat. Karena sudah tahu kemana tujuannya maka Winter tidak akan tertinggal.

"Apa lihat-lihat?!" Haechan menatap tajam Jeno yang tadinya memperhatikan Haechan, anak itu langsung pura-pura mengelap pembatas kapal sambil bersiul.

Tak lama kemudian Renjun dan Jaemin membawa makanan yang telah mereka masak keluar, Jeno sudah menata meja di dek kapal yang lebih luas daripada di ruang makan kapal karena orang di kapal mereka cukup banyak.

"Mark, kunci kemudinya. Aku tidak mau kau mati kelaparan," Haechan duduk lebih dulu dan makan lebih dulu tanpa menunggu yang lain seperti biasa. Mark duduk disamping Haechan, sesekali mengambilkan lauk untuk Haechan.

"Berhenti memberikanku sayur Mark, aku tidak suka," ucap Haechan.

"Setidaknya makanlah sedikit," balas Mark,

"Satu mangkok itu tidak sedikit bodoh," umpat Haechan.

"Haechan tidak berubah sama sekali ya?" ucap Jaemin berbisik pada Jeno, anak itu hanya mengangguk-angguk.

"Kalau berubah lebih baik juga akan terlihat sangat aneh mengingat dia anak iblis," balas Jeno,

Suara kulit kacang kenari yang mengenai kening Jeno terdengar lumayan keras,
"Aku bisa mendengarmu," ucap Haechan,

Jeno mengusap keningnya yang sudah jelas memerah bahkan terlihat berdarah walau hanya sedikit, anak itu langsung merengek dan mengadu pada Jaemin.

Haechan hanya merotasikan matanya, namun tak lama ia merasakan usapan di kepalanya dan siapa lagi yang berani melakukannya kecuali Mark.

SHANKA (SEASONS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang