Amalia CatherineElise berjalan cepat melewati koridor rumah sakit, langkahnya tergesa-gesa namun penuh ketenangan. Suara langkah sepatu medisnya bergema di lantai yang steril, sementara aroma khas antiseptik memenuhi udara. Di tangannya, ia menggenggam erat sebuah file medis dengan nama yang tertera di bagian depan: Pangeran Rafael Alexandro Levanthier, pewaris tunggal takhta kerajaan. Namun, saat ini, gelar itu terasa begitu jauh dari kenyataan.
Rafael terbaring tak berdaya di ruangan perawatan intensif, terhubung dengan berbagai alat yang menjaga hidupnya. Ventilator yang membantu pernafasannya mengeluarkan bunyi yang monoton, beriringan dengan suara mesin monitor yang memantau denyut jantungnya. Tubuhnya, yang dulu begitu gagah, kini terlihat begitu rapuh di balik selimut putih rumah sakit.
Amalia berhenti sejenak di depan pintu kamar, menarik napas panjang. "Kamu harus kuat," bisiknya pada dirinya sendiri. Bukan hanya sebagai seorang perawat, tetapi juga sebagai tunangan Rafael, peran yang kini terasa begitu berat. Setiap hari adalah pertarungan antara harapan dan kenyataan pahit bahwa Rafael mungkin tak akan pernah bangun lagi.
Kecelakaan itu terjadi begitu tiba-tiba. Sebuah perayaan kerajaan yang awalnya penuh suka cita berubah menjadi tragedi ketika mobil Rafael mengalami kecelakaan fatal saat perjalanan pulang. Dunia Amalia runtuh ketika ia mendengar kabar itu. Di tengah keterkejutan dan kepedihan, ia harus mengambil keputusan cepat. Sebagai perawat berpengalaman, ia tahu bahwa ia ingin menjadi orang yang merawat Rafael selama koma.
Setelah menarik napas dalam-dalam, Amalia membuka pintu kamar Rafael dan melangkah masuk. Matanya langsung tertuju pada wajah tunangannya, yang terbaring tak bergerak di ranjang. Wajah yang selalu penuh semangat dan kekuatan kini tertutupi dengan selang dan alat medis. Meski matanya terpejam, Amalia masih bisa melihat bayangan pria yang ia cintai.
Ia mendekat dan duduk di kursi di samping ranjang. Tangan Rafael yang dingin dan tak bergerak terasa asing di genggamannya. Perlahan, Amalia mengusap jemarinya, berusaha memberikan kehangatan yang mungkin bisa menembus kesadaran Rafael.
"Hai, aku di sini," bisiknya lembut, meskipun ia tahu Rafael tidak bisa mendengar. "Aku akan selalu ada di sini. Aku tidak akan meninggalkanmu."
Amalia menatap monitor yang terus menunjukkan denyut jantung yang stabil namun lemah. Setiap detak adalah pengingat bahwa Rafael masih ada di dunia ini, meskipun dalam keadaan yang nyaris tak tersentuh oleh kehidupan normal.
Di balik keheningan kamar itu, Amalia memutar kembali ingatannya. Hari-hari sebelum kecelakaan itu terasa seperti mimpi. Rafael yang penuh pesona, selalu dengan senyum hangatnya, membawanya ke dunia yang penuh cinta dan kebahagiaan. Mereka merencanakan pernikahan besar yang akan menjadi momen bersejarah di kerajaan. Tapi sekarang, impian itu terasa begitu jauh.
Amalia menunduk, air matanya mulai menggenang di sudut mata. Namun, ia segera menahannya. Ia tidak boleh terlihat lemah, tidak di depan Rafael. Sebagai perawat, ia telah menghadapi banyak pasien dalam kondisi kritis, tetapi ini berbeda. Ini adalah pria yang ia cintai, dan ia tak akan menyerah begitu saja.
Ia menarik kursi lebih dekat dan meletakkan kepalanya di samping tangan Rafael. "Aku akan menunggumu, Raf," bisiknya pelan. "Berapa lama pun itu."
Malam itu terasa panjang, dan Amalia duduk di samping Rafael hingga larut. Ventilator terus berkerja, memberikan kehidupan buatan yang memungkinkan Rafael untuk bertahan. Di luar kamar, kehidupan terus berjalan, tapi di dalam, waktu seolah berhenti, menunggu kebangkitan sang putra mahkota.
Dan Amalia? Ia akan terus bertahan, di sini, dengan cinta yang tak pernah padam.
***
Pintu ruang perawatan intensif terbuka perlahan, mengalihkan perhatian Amalia. Ia melihat dokter pribadi kerajaan, Dr. Adrian Theodore, memasuki ruangan dengan langkah tenang namun penuh beban. Di belakangnya, Raja Alexander dan Ratu Eliana berjalan dengan raut wajah yang tak bisa disembunyikan—perpaduan antara kesedihan, kecemasan, dan ketidakberdayaan. Kedua orang tua Rafael tampak lebih tua dari biasanya, seolah-olah waktu telah mempercepat jalannya sejak kecelakaan itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IN SILENCE
Historical Fiction**Sinopsis: "LOVE IN SILENCE"** Rafael, pangeran mahkota yang koma akibat kecelakaan, dirawat dengan penuh kasih oleh Amalia, tunangannya sekaligus seorang perawat. Meski tak ada jawaban, Amalia tetap setia merawatnya, berbicara tentang kenangan dan...