"MAMA HUUWAA LONG HIKS AAHKKK!!"
"ASTAGA RENJUN!"
Wendy langsung meninggalkan cookies nya begitu saja setelah mendengar teriakan Renjun yang sangat keras.
"Mama" lirih Wendy menatap wanita paruh baya yang kini berusaha menenangkan putranya yang sudah menangis.
Namun Wendy yang tersadar langsung mengambil alih putranya dan berusaha menenangkan nya.
"Huusstt udah sayang, sama mama ya nak, hm udah dong nangisnya" Wendy menghapus air mata di pipi putranya sambil mendekapnya erat.
"Wen? Mama gak tau kalau separah ini" wanita itu menatap sendu ke arah putrinya dan cucunya.
"Aahh maaf ma, ayo duduk" Wendy membawa Renjun yang masih sesenggukan bersembunyi memeluk dirinya.
Tangan Wendy masih setia mengelus punggung putranya agar sedikit tenang.
"Wen? Awalnya mama gak percaya dengan yang oppa mu katakan, mama kira tidak seperti itu, maaf pasti dia terkejut" ujarnya setelah melihat sendiri bagaimana keadaan cucunya yang dulu pernah hilang.
"Tidak masalah ma, lagian Renjun sudah lebih baik sejak dari pertama kali di temukan, oiya, mama kapan balik Korea?" Setau Wendy mamanya ini menetap di korea dan hanya sesekali datang ke Indonesia untuk melihat bisnisnya.
"Tiga hari yang lalu dan mama baru sempat datang kemari, kasihan sekali cucuku yang satu ini, andai wanita sialan itu masih hidup, sudah aku cincang tubuhnya" ujarnya membuat Wendy terkekeh, mamanya tidak berubah sedari dulu, selalu bisa mencairkan suasana.
"Itu sudah berlalu ma, yang penting sekarang kita fokus pada kesembuhan Renjun dulu" ujar Wendy.
"Yang lain kemana kok sepi?" Dirinya menatap sekitar biasanya ketika dia datang dulu semua cucunya akan mengerubungi nya.
"Chanyeol di kantor, Chenle Jisung masih sekolah dan yang lain kuliah ma, mama lebih baik istirahat dulu biar Hendra yang bawakan koper mama" ujar Wendy membiarkan bodyguard pribadi putranya yang membawa semua barang mamanya karena dirinya tau pasti mamanya mau menginap.
"Mama masih mau di sini, mau liat cucu mama yang satu ini" dirinya mendekat tidak perduli pada Renjun yang semakin mengeratkan pelukannya.
"Eeuuhhgg" Renjun menyembunyikan tangannya saat ada yang memegang.
"Sayang, itu oma loh, injun punya oma sayang, bukan orang jahat nak, ayo sapa Omanya" Wendy masi setia mengelus surai putranya yang basah.
"Badannya angen Wen, katanya baru saja sembuh" dirinya tau kabar tersebut dari Suho saat dia menelfon untuk menanyakan keadaan sang anak.
"Iya ma, mungkin kecapean juga dua hari berturut-turut main air terus sama yang lain, kan imunnya gak sekuat saudaranya" Wendy mendekap putranya sembari terus membuat putranya itu merasa aman.
"Y udah, mama pijat yuk, dulu semua anak anak kamu kalau sakit mama yang mijat, sekarang biarkan mama memijat Renjun, takutnya badannya sakit semua kan, nanti sekalian mama buatkan jamu untuk yang lainnya juga" ujarnya membuat Wendy langsung memejamkan matanya.
Ini salah satu yang tidak di sukai suami dan anak anaknya yang lain, mamanya sangat suka membuat minuman pahit itu walaupun cukup berkhasiat tapi dulu setiap berkunjung mereka pasti akan melakukan kejar kejaran, Wendy tidak bisa membayangkan wajah anak anaknya kelak apalagi mereka sudah tidak bertemu selama 5 tahun karena mamanya sibuk di korea dengan bisnis nya.
"Tapi ma, Renjun kan"
"Gak ada tapi tapian, kamu siapkan saja semuanya di sini, lagian selama ini Renjun belum pernah di pijat kan, terakhir mama pijat dulu kalau gak salah waktu masih umur 2 tahun kan sama yang lainnya, udah mama mau ganti baju dulu, siapkan semuanya ya" oma Rosa langsung berlalu meninggalkan Wendy yang hanya bisa menatap putranya dengan sendu, bersiap saja jika Renjun akan rewel nanti.
"Maafin mama ya sayang, tapi ini juga demi kebaikan kamu" ujar Wendy.
"Tia, kamu masak makan siang ya, tapi sebelum itu ambilkan alas dan juga baby oil di kamar ya" ujar Wendy.
Dirinya dengan perlahan membuka Hoodie yang di pakai putranya dan hanya menyisakan celana pendeknya saja.
"Ma" lirih Renjun yang kembali memeluk erat tubuh Wendy setelah dirinya melepaskan pakaiannya.
Wendy menatap Tia yang sedang menyiapkan semuanya di bawah sembari manunggu mama selesai berganti pakaian.
"Sudah siap" oma Rosa datang dengan pakaian yang lebih santai.
Wendy membawa putranya turun walaupun cukup susah hingga kini Renjun sudah tengkurap dengan dirinya yang berada di samping putranya.
Renjun hendak bangkit namun Wendy terus menahannya.
"Bentar ya nak, biar nanti Renjun tidurnya nyenyak" ujar Wendy yang mengusap keringat putranya.
"Astaga kaku sekali otot ototnya ini Wen" oma Rosa perlahan memijat kaki Renjun membuat anak itu mulai menangis kembali.
"Ma hiks ma" Renjun terus menarik tangan mamanya berusaha bangkit namun tidak bisa.
"Hm pasti sakit di sini" oma Rosa sedikit pelan memijat bagian tumit Renjun.
Renjun sedari tadi sudah menangis histeris bahkan terus memberontak hingga meminta Hendra juga ikut memegangnya.
"MA HIKS HUWAAA NGAN NGAN MA AKIT MA HIKS" Renjun hanya bisa menggenggam erat tangan Wendy karena tubuhnya di tahan oleh Hendra.
"Sabar hm, sayangnya mama anak pintar kan" Wendy sebenarnya tidak tega melihat putranya yang manangis histeris bahkan sampai sesenggukan.
Wendy terus mengusap wajah putranya yang basah karena keringat dan air mata.
"Oma"
Mereka semua menatap ke arah pintu, bahkan oma Rosa menghentikan sejenak memijat Renjun hanya untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Astaga, dua cucu bontot oma" oma Rosa menerima pelukan kedua cucunya.
"Kok udah pulang nak" gumam Wendy melirik jam yang masih belum waktunya mereka untuk pulang.
"Gurunya rapat jadi kita pulang awal, pas di depan kedengeran kok Renjun hyung nangis keras banget, kita takut terjadi sesuatu ternyata ada Oma" ujar Chenle.
"Ganti baju dulu sana, baru kesini lagi" pintanya menatap kedua anak bungsunya.
"Hiks ma udddah hiks" tubuh Renjun bergetar karena sesenggukan dengan wajah yang sembab.
"Renjun hyung lucu ya" ujar Jisung mereka kini mengerubungi Renjun yang masih di pijat.
Renjun sudah tidak memberontak lagi tapi tangis anak itu masih terus menggema.
"Oma, Jisung daftar habis Renjun hyung ya, badan Jisung juga sakit semua" Jisung menatap omanya yang masih sibuk memijat tubuh hyungnya itu.
"Enak aja, aku dulu loh Oma" ujar Chenle yang tidak mau kalah, dirinya juga butuh pijatan tangan Omanya itu.
"Ngapain berantem sih, semuanya bakal oma pijat nanti, lagian oma menginap di sini beberapa hari di sini, tapi juga sekalian oma buatkan jamu ya cucu cucu Oma" ujar oma Rosa.
"Dah ayo telentang anak pintar" Rosa dengan hati hati memijat dada putranya agar tidak mudah sesak perut anak itu juga sedikit kembung.
Hueekk
"Eehhh sayang" ya Renjun muntah untung Wendy dengan sigap menggunakan baju anak itu.
"Perutnya kembung, biarin muntah dulu Wen" oma Rosa semakin memijat pelan tengkuk Renjun membiarkan Renjun mengeluarkan semua isi perutnya.
"Ma hiks kit ma" Renjun menatap Wendy berharap mamanya bisa melepaskan dirinya dari oma Rosa.
"Waaahh anak mama pintar hm, sebentar lagi ya nak" Wendy membersihkan wajah putranya yang sudah memerah.
"Oma nanti kalau memijat Jisung yang keras ya, tadi tangannya keseleo dan sempat jatuh juga kepeleset tadi saat olah raga berlari di dalam ruangan" Chenle berbisik pada Rosa saat Jisung sedang fokus dengan Renjun yang masih berusaha mengeluarkan isi perutnya.
Ayo jangan lupa vote sama komen oke
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars Behind the Darkness
Fanfictiontidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pusat kota.... 15 tahun terkurung di tempat yang gelap tanpa ada yang tau bagaimana keadaannya, sebu...