Prologue

37 4 0
                                    

EcritureLumineuse
PRESENT
---------

PENAFIAN

Cerita ini adalah karya fiksi. Segala nama, karakter, tempat, dan kejadian dalam cerita ini adalah hasil imajinasi penulis. Setiap kesamaan dengan orang, tempat, atau kejadian yang sebenarnya adalah kebetulan belaka.

Dilarang keras melakukan plagiat dalam bentuk apapun.

Yang membuat was-was saat menulis di platform bebas seperti ini adalah plagiator. Entah apa yang mereka pikirkan saat memutuskan untuk mencuri hasil kerja keras orang lain. Bahkan cerita yang buruk pun, seharusnya pula tak boleh sekadar di kontribusikan dalam bentuk apapun tanpa seizin penulis apalagi mengakui. Menurut saya itu adalah salah satu nilai etik paling dasar yang harus di ketahui di dunia kepenulisan. Bedakan antara plagiat dan terinspirasi. Dan untuk ini juga, meski sudah saya tulis beberapa bab, akan tetap saya publikasi satu bab per-minggu atau lebih lambat dari itu.

Terimakasih untuk kalian yang bersedia membaca dan memberikan dukungan untuk cerita ini. Semoga kisah ini bisa bermanfaat untuk kalian.

-•-

Early morning in Manhattan, 2006.

"Murka Tuhan itu nyata, begitu pula dengan ampunan-Nya."

"Ironisnya ucapan itu keluar dari bibir manusia yang sama sekali tidak memiliki iman di hatinya." Sagal terkekeh mendengar kalimat sarkasme sang teman. Dia terus mengemudi sesantai mungkin melalui bentangan fajar mana kala baru menyebar. Katastrofi dari simfoni kota masih minim, tidak terlalu sepi ataupun ramai. Carut-marut di wajah masing-masing sudah agak mengering, entah itu di pelipis, bibir, mata begitu pula buku-buku jari Sagal yang memar bercampur darah.

"Aku tidak menyangkal keberadaan-Nya."

"Tuhan?" Ameron menatapnya. Sagal mengangguk.

"Kau akan membawaku ke New Jersey?" tanya Ameron. Pandangan kembali lurus ke jalan, bibirnya pucat pasi, tampang nampak kelelahan dengan warna mata sedikit kemerahan. Sagal tak menjawab, dia menorehkan ekspresi keseriusan yang haram diusik. 30 detik kemudian, telepon berdering. Ameron kembali memandang Sagal. "Tidak diangkat?"

"Aku tahu itu Connor, dia sudah menelepon 20 kali sebelumnya."

"Dia tak mungkin berkhianat, mungkin hanya khawatir. Angkat saja, Sagal, jangan keras kepala!"

Mendapatkan respon acuh tak acuh, Ameron berhenti berkata. Dia bersandar ke jok membiarkan tubuhnya rileks. Benar-benar pasrah.

"Apa kompensasi dari rencanamu dengan membawaku jauh dari kota yang sudah menjadi belahan jiwaku? Satu-satunya kenangan dengan sahabat, keluarga, Nona Tucker, dari yang paling baik dan menyenangkan sampai dari yang paling buruk sampai membuatku terpuruk."

"Diamlah, Ameron! Kau tahu, mungkin ini yang terbaik untuk kita. Aku sahabat terbaikmu, kan? Apakah kehadiranku saja tidak cukup untukmu?" bentaknya.

"Tidak." ia mendesah lelah. "Karena keegoisanmulah kita sampai di sini."

"Kamu temanku, sahabatku, saudaraku, dan hampir saja mengkhianatiku."

"Seorang pria melakukan sesuatu yang menurutnya benar itu juga termasuk tanggung jawab, mesti di laksanakan." Ameron membersihkan tenggorokan, suaranya semakin parau. "Asal kau tahu saja, setiap tindakan yang aku ambil tak ada sejengkal pun berupa sebuah tujuan untuk menyakitimu, sama sekali bukan. Aku pikir kau mempercayaiku dan seharusnya sekarang kau lebih, lebih lagi yakin akan ketulusan ini, seperti saat ini aku mempercayakan diriku padamu."

Kesunyian suram membekuk atmosfer sejuk di antara keduanya. Segan ia menekan Sagal dengan satu kata lagi, setelah menelisik sabana kering terbentang dari paras sang sahabat. Halnya musim panas yang melintang di sepanjang Texas.

"Buktikan," cetus Sagal.

"Hah?" Ameron mengerutkan dahi.

"Buktikan kalau aku bisa mempercayaimu lagi, maka tak akan sedikitpun kutumpahkan keraguan padamu meski setetes."

Dia terdiam. Sorotan iris itu terlihat jengkel bercampur syahdu kesedihan. "Apa? Katakan...dengan cara apa?" Jantungnya berdegup, sementara napasnya semakin pendek. Bisa dikatakan kalau dia bermetamorfosis menjadi teko yang airnya telah mendidih. Bagaimana tidak, Sagal bukannya memberikan jawaban malah menyeringai penuh kebanggaan.

Cast

Ameron Diego, Born at 1981Florist

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ameron Diego, Born at 1981
Florist

Sagal Benjamin, Born at 1981Seniman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sagal Benjamin, Born at 1981
Seniman

Connor Hawthorne, Born at 1980Akuntan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Connor Hawthorne, Born at 1980
Akuntan

Junkyard DogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang