Seokjin menatap figur Jungkook yang terlihat sangat ketakutan di hadapannya. Kedua tangannya menunjukkan gestur tidak nyaman.
"Jungkook-ssi! Kau tidak perlu takut. Jika kau mengalami kesulitan, aku ingin membantumu."
Jungkook masih menunduk. Ia tidak merespons ucapan Seokjin. Dalam ingatan pemuda itu, terbayang saat-saat yang membuatnya trauma. Bayangan ketika orang yang selalu bersamanya dan berjanji akan melindunginya justru tega menyakitinya. Berkali-kali ia harus mendapatkan cambukkan ikat pinggang karena tidak mau menurut. Ia sering dipukuli hanya karena kesalahan kecil.
Mengingat hal itu, air mata Jungkook menetes
"Jungkook-ssi?" Seokjin berusaha menyentuh pemuda itu namun langsung ditepis dengan kencang. Pemuda itu benar-benar ketakutan. Ia langsung menutupi kepalanya dengan kedua tangan
"Joesonghaeyo! Jeongmal joesonghaeyo!"
Seokjin menatap pemuda di hadapannya dengan alis yang nyaris bertaut.
"Gwaenchanha, Jungkook-ssi! Kau tidak perlu takut. Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu. Sekarang lebih baik kau beristirahat supaya demam yang menyerangmu segera turun."
Jungkook akhirnya mengangkat kepalanya. Seokjin meminta persetujuan darinya dan pemuda itu mengangguk. Ia segera berbaring dan Seokjin menyelimuti tubuhnya.
"Tidurlah! Jangan memikirkan apapun! Kau aman di sini. Tidak akan ada yang menyakitimu. Aku ada di ruangan sebelah jika kau membutuhkan aku."
Jungkook diam saja. Ia hanya menatap pemuda itu dengan netra yang kembali mengembun. Baru kali ini ada yang memperlakukannya dengan sangat baik.
"Kau belum makan apapun, Jungkook-ssi. Aku akan membuatkanmu susu."
"P-pilyoeobseo! A-aku ingin tidur." Jawab Jungkook terbata-bata. Seokjin tersenyum dan mengangguk. (Tidak usah!)
"Arasseo. Istirahatlah yang nyenyak malam ini."
"G-gamsahabnida..."
Seokjin menyalakan lampu tidur dan mematikan lampu kamar. Setelah ia memastikan Jungkook merasa nyaman, pemuda itu segera keluar dari kamar dan menutup pintu.
Hwang Siljang mendekat karena melihat Seokjin terdiam di depan pintu cukup lama.
"Apa ada yang Hoejangnim pikirkan?" tanya Laki-laki paruh baya itu.
"Hwang Siljang!"
"Ye?"
"Jika seseorang tiba-tiba berusaha melindungi diri dengan lengan menutupi kepala, apa yang bisa Hwang Siljang pikirkan?"
"Ileohge?" tanya Hwang Siljang sambil mempraktekkan di depan sang Tuan Muda posisi meringkuk ketakutan dengan kedua lengan menutupi kepala.
"Nae. Apa yang Hwang Siljang pikirkan?"
"Jika seperti itu, besar kemungkinan jika orang itu mengalami trauma. Dia sering mendapat siksaan hingga tubuhnya membentuk perlindungan saat ada yang hendak menyentuhnya."
Pemuda berbahu lebar itu terlihat berpikir. Hwang Siljang kembali bertanya.
"Apakah pemuda yang anda tolong tadi menunjukkan tanda-tanda trauma?"
"Eum. Tubuhnya penuh memar. Dan di bagian leher," Seokjin menunjuk ke arah lehernya sendiri. "Ada memar membentuk tangan di lehernya."
"Sesange! Sepertinya pemuda itu bukan hanya korban kekerasan, Hoejangnim. Ada indikasi percobaan pembunuhan. Dia pasti sangat trauma. Anda harus melaporkannya ke polisi agar masalah ini bisa segera diusut." ucap Hwang Siljang yang membuat Seokjin menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be with You
FanfictionJungkook ingin terbebas dari hubungannya yang toxic dengan Yoongi. Ia sudah lelah dengan sifat temperamental pemuda itu. Ia ingin bebas agar bisa bernapas dengan lega. Jadi ia memutuskan untuk mengakhiri segalanya. Tapi keputusan itu justru membuat...