Chapter 03

245 48 11
                                    

"Kita kerumah sakit dan lakukan visum, Jungkook-ssi..."

Jungkook terdiam mendengarkan ucapan Seokjin padanya. Netranya seketika teringat pada sosok yang paling menyakitinya. Pemuda tampan berkulit pucat yang dulu selalu melindunginya, tapi berubah menjadi orang yang paling menghancurkannya. Sikap posesif yang ada dalam diri pemuda itu mengubahnya menjadi sosok yang temperamental. Min Yoongi, kekasihnya selama dua tahun ini.

"Kau harus melaporkan tindak kekerasan yang kau alami, Jungkook-ssi. Dan untuk itu, polisi akan menyuruhmu melakukan Visum. Hasil visum akan digunakan untuk bukti laporan kasus yang saat ini tengah kauhadapi. Jangan diam saja, Jungkook-ssi! Apa yang kau alami bukanlah kekerasan biasa. Kau nyaris kehilangan nyawamu karena dia berusaha membunuhmu kan? Orang itu mencekikmu, bukan?"

Adegan saat Yoongi mencekik lehernya seketika terbayang dalam ingatan. Dia melakukan itu dengan sekuat tenaga hingga Jungkook tidak bisa bernapas dan kehilangan tenaga saat pemuda itu memintanya untuk mengakhiri hubungan. Dengan sadar, Yoongi benar-benar ingin menghabisi nyawanya pemuda itu.

Jungkook memejamkan matanya. Kedua tangannya menutupi kepalanya karena tidak sanggup mengingat kejadian yang ia alami. Selama bertahun tahun ia terkurung di dalam rumah. Ia tidak pernah bisa berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Selain itu, ia juga selalu mengalami kekerasan jika melakukan sedikit saja kesalahan.

"Jungkook-ssi! Aku mengatakan ini demi kebaikanmu sendiri. Jika kau terus diam, orang itu akan terus-menerus memperlakukanmu seperti itu. Kau harus membela diri, Jungkook-ssi! Dia tidak berhak menyakitimu seperti ini. Bukankah keputusanmu untuk meninggalkannya yang membuatmu berada di sini saat ini?" ucap pemuda berbahu lebar itu mencoba meyakinkan.

Jungkook masih diam saja. Tapi kini ia menatap Seokjin dengan alis yang nyaris bertaut.

"A-apakah aku bisa bebas jika melaporkan apa yang terjadi padaku kepada polisi? Aku benar-benar sudah lelah." tanyanya lirih. Seokjin mengangguk.

"Kau tidak akan pernah terluka lagi. Kau tidak perlu takut untuk membela dirimu sendiri. Kau berhak memiliki kehidupan yang lebih baik, Jungkook-ssi."

"Maukah kau membantuku?" tanya Jungkook yang membuat Seokjin langsung mengangguk.

"Tentu saja. Bagaimana kondisimu? Kita ke kantor polisi sekarang?" tanya Seokjin dengan cemas. Jungkook mengangguk.

"A-aku baik-baik saja." jawabnya lalu mencabut jarum infus di tangannya. Ia berdiri. Seokjin ingin membantunya, tapi pemuda itu menolak. Akhirnya, dengan bersisian, keduanya menuju ke salah satu mobil mewah yang ada di garasi.

Seokjin membukakan pintu agar Jungkook masuk lebih dulu, baru dirinya. Dengan Ahn Siljang yang mengemudi, keduanya segera menuju ke kantor polisi untuk mengajukan laporan, baru setelah itu menuju ke rumah sakit guna melakukan visum.

Tiga jam kemudian...

Seokjin dan Jungkook kembali ke Mansion. Saat turun dari mobil, pemuda berbahu lebar itu memapah tubuh Jungkook yang terlihat lemah.

"Apa yang terjadi, Hoejangnim?" tanya Lee Ajumma saat melihat dua pemuda itu memasuki mansion.

"Bawakan air gula, Lee Ajumma. Jungkook-ssi tiba-tiba sangat lemas." ucap Seokjin yang membuat Lee Ajumma segera menuju ke dapur sementara Seokjin membawa Jungkook ke ruang tamu. Ia mendudukkan pemuda itu di sofa dan membiarkannya bersandar di sana.

"Gwaenchanha?" tanyanya dengan sangat cemas. Jungkook mengangguk.

"Nae. Mian, aku tiba-tiba sangat lemas." jawab Jungkook lirih. Seokjin menggeleng.

"Igeo, Hoejangnim!" seru Lee Ajumma tergopoh-gopoh mendekat ke ruang tamu lalu menyerahkan air gula dalam gelas pada Seokjin. Pemuda berbahu lebar itu menerimanya dan memberikan gelas itu kepada Jungkook.

Be with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang