4. Yuk?

160 16 11
                                    

Tadi, seperti biasa, Jagata baru menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya tepat di jam 12 malam, lelaki pemilik postur tubuh tinggi tegap bahu lebar namun memiliki wajah yang cukup manis itu bekerja sehabis pulang sekolah di sebuah Bowling Center, baru terhitung enam hari Gata diterima kerja di tempat itu, dulu sebelum pindah ke Bandung, ia juga pernah bekerja di sebuah club sebagai barista yang terletak di kota Jakarta.

Kala itu, tepat saat ia keluar dari area parkir Bowling Center, tak sengaja Gata menangkap sosok perempuan yang mampu membuatnya terngiang-ngiang hanya dalam pertemuan singkat waktu lalu, Gata baru melihatnya lagi di sini, malam ini di waktu yang sangat larut setelah kejadian satu minggu di rumah sakit sebab perempuan bernama Ayu itu sepertinya belum masuk sekolah.

Sampai pada akhirnya Gata nekat mengikuti kemana gadis itu berkendara membawa sebuah sepeda listrik, dan lahan kosong di dekat bangunan terbengkalai lah yang menjadi titik henti perempuan itu, awalnya Gata kira, gadis itu akan mencoba mengakhiri hidupnya lagi namun lelaki itu rupanya salah menerka dan justru malah menemukan fakta baru bahwa gadis itu ternyata seorang pengedar barang haram.

"Lo ngapain ke tempat gini?" Gata bertanya tepat saat keduanya memasuki pemukiman yang cukup kumuh, bau dan juga banyak beberapa pereman yang tengah bermain kartu di sudut gang.

"Ngasih barang yang udah elo umpetin tadi," jawab Ayu sembari menaiki tangga sebuah kosan bertingkat tiga. "Gara-gara elo gue jadi harus ke sini langsung, padahal kalo enggak lu ambil itu barang pasti udah di tangan konsumen."

Gata menggaruk kepala, ia masih setia mengekori kemana gadis itu akan berhenti. "Ya sori, gue cuma penasaran apaan isinya."

Ayu menoleh ke belakang sekilas dengan mata yang hampir tertutupi topi, "Nambah-nambahin kerjaan gue tau nggak?"

Gata tak lagi meladeni omelan itu, karena saat ini Ayu telah mengetuk salah satu pintu dan seorang lelaki berbadan tinggi kurus kering menyambut dengan raut wajah tidak ramah.

"Sori Bang," Ayu meringis, menoleh kanan-kiri lalu menyerahkan beberapa plastik serbuk putih itu. "Tadi barangnya sempet ilang."

Si lelaki yang dipanggil Abang itu merebut kasar barang yang diserahkan Ayu. "Nggak becus!"

"Iya Bang. Maaf ya Bang."

"Sekali ini gua maklumin," katanya sembari menunjuk wajah Ayu. "Besok-besok kalo kayak gini lagi, gue bakal beli barangnya di tempat lain."

Semua interaksi antara penjual dan pembeli sebuah barang terlarang itu telah Gata saksikan dengan mata kepalanya sendiri, ia baru mengetahui ternyata seperti ini cara kerjanya.

"Sekali lagi gue minta maaf," sedari tadi Gata gelisah dan merasa bersalah, maka saat sebelum Ayu menaiki sepeda listriknya lagi, Gata menyempatkan untuk mengungkap maaf.

Ayu yang mendengar itu hanya mengacungkan jempol. "Nggak pa-pa cantik, lain kali jangan usil lagi."

Alis Gata mengernyit, ia urung menaiki motornya dan kini berjalan cepat ke depan guna menahan perempuan itu  agar tak jadi pergi. "Apa lo bilang?"

Ayu sama bingungnya. "Apaan?"

"Lo tadi sebut gue apa?"

"Cantik?"

"Kok cantik?"

Ayu menyeringai, lalu membuka topi dan saat itu juga Gata bisa melihat dengan jelas mata sipit Ayu serta hidung bangirnya yang sangat memukau, cukup Gata akui perkataan Akmal waktu lalu bukan omong kosong belaka, bahwa gadis ini memang tomboy namun banyak yang naksir, pantas saja ternyata wajahnya terlihat enak dipandang dan juga berkharisma.

"Iya. Cantik. Soalnya gue lihat-lihat muka lo manis kayak cewek apalagi ada lesung pipinya."

Entah Gata harus tersanjung atau tersinggung mendengar pujian itu. "Gue ganteng, bukan cantik."

"Ganteng?"

"Iya lah! Gue cowok!"

"Normal nggak?"

Gata bersumpah ternyata perempuan ini sedikit menyebalkan ketika berkata demikian dengan raut wajah so cool malah membuat perasaan dongkol muncul di hati Gata.
"Elu pikir gue nggak normal hanya gara-gara ngelihat dari muka doang?"

"Jadi elo beneran normal?

"Ya iyalah!"

Percakapan macam apa ini sebenarnya?

Gata sungguhan tidak menyangka kalau gadis itu betul-betul menuding dirinya sebagai lelaki belok. Sia-sia Gata membentuk otot lengan selama ini.

"Oh kirain enggak."

"Kenapa lo mikir kayak gitu?" Gata jelas tersinggung maka ia memutuskan untuk tidak dulu mengakhiri percakapan absurd di tengah malam ini.

"Ya soalnya diajak tidur kagak mau. Malah bilang gue cewek stres."

Bangke! Gata membatin. Ternyata perempuan itu masih mau membahas kala pertemuan di rumah sakit waktu lalu.

"Ya lagian cewek waras mana yang baru pertama kali ketemu langsung ngajak begituan?"

"Ada. Gue ceweknya." Ayu tersenyum, lalu tangannya lancang meraih jemari Gata untuk ia genggam. "Yuk?"

Bulu kuduk Gata betulan merinding. "Apaan?"

"Bobo?"

Ah! Sepertinya sebentar lagi Gata akan ikutan stres jika terus berhadapan dengan cewek gila ini. Jadi lelaki yang dikatakan memiliki lesung pipi itu menghempaskan genggaman tangan Ayu dan melangkah lebar menuju motornya untuk segera pergi dari hadapan gadis yang kini malah tertawa saat melihatnya kabur.

Baru kali ini Gata berhadapan dengan spesies cewek yang sikapnya terlalu lain tapi anehnya ia malah penasaran dan bertanya-tanya di dalam benak, sebenarnya apakah ajakan yang dilontarkan Ayu itu hanyalah iseng semata atau ...

Kan!

Sial! Kenapa juga gue mikirin omongan asbun tuh cewek? Di antara dinginnya angin malam serta gelapnya jalanan, Gata menggelengkan kepala berusaha mengusir pikirannya yang kini sudah mulai terkontaminasi.

****

Aku males banget promosi wkwk gapapa lah meskipun pembacanya masih dikit, aku bakalan usahain update sampe selesai❤️

Peak of Love [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang