O2 - Tertinggal

101 26 29
                                    

Seperti hari-hari biasanya, terlihat seorang pria cantik tengah duduk dengan santai di tempat biasanya. Jari-jari lentiknya terus mengukir aksara-aksara indah. Dengan sesekali dia hanya diam termenung, mengenang kembali kenangan indahnya bersama sang kaisar dan keluarganya dulu. Ah, betapa dia merindukan saat-saat itu.

Jari-jari lentik itu tak henti-hentinya menuangkan tintanya, mengubah tinta hitam menjadi untaian kalimat indah yang sarat akan perasaan rindu yang teramat sangat. Untaian kalimat yang dia tunjukkan khusus untuk kaisarnya, untuk pujaan hatinya, untuk dunianya.

Lehernya terasa tercekik dan tangannya bergetar saat menuliskan perihal kepergian sang kaisar. Dia meletakkan pena-nya. Dia menatap langit-langit cafe dengan matanya yang terpejam dan bibir bawahnya yang tergigit menahan isakan.

Tak kuat menahan sesak, dia beranjak dari tempat duduknya. Bergegas menuju toilet agar bisa meluapkan perasaan sesaknya. Kepergian pria cantik itu tentu membuat para pelayan disana menatapnya dengan penuh tanda tanya. Lantaran, pria cantik itu sering kali bersikap demikian. Membuat mereka bertanya-tanya, apa yang sebenarnya pria itu tulis setiap harinya.

“Hei? Kira-kira si cantik itu nulis apa ya? Kenapa beberapa hari belakangan ini dia selalu terlihat hampir menangis dan berakhir menangis di kamar mandi? Apa dia—”

“Sudah lah. Itu bukan urusan kita. Kita harus menghargai pelanggan kita. Jangan mengusik masalah pribadinya.”

“Tapi, bukannya akan terdengar lebih baik kalau kita bisa membantunya? Siapa tau kita bisa, kan?”

“Sudah lah. Tutup mulut kalian dan kembali bekerja!”

Para pelayan itu memang terlihat akrab dengan pria cantik yang sering kali datang ke cafe mereka. Setiap hari. Tidak ada satupun hari yang terlewat. Bahkan saat hujan badai sekalipun.

Tentunya hal itu menimbulkan tanda tanya besar di benak mereka. Namun, mereka tidak pernah mendapatkan jawaban apapun. Karena pria cantik itu terus bungkam setiap kali ada yang mengajaknya berbicara. Entah karena alasan apa. Karena jelas, para pelayan yakin pria itu tidak bisu. Lalu apa? Kenapa? Entah. Tidak ada yang tahu.

Saat sedang asik dengan pikiran mereka masing-masing, pria cantik itu tiba-tiba muncul dan dengan tergesa-gesa, merapikan barang bawaannya. Meninggalkan cafe itu tanpa kata.

Pada pelayan dibuat semakin kebingungan. Meskipun tidak terlihat begitu jelas, jika kalian lihat lebih teliti, ada raut kepanikan di wajah dinginnya. Namun, kembali lagi. Mereka tidak mengetahui alasannya. Dan mungkin tidak akan pernah.

Tak lama dari kepergian pria cantik itu. Terlihat pria tampan dengan pakaiannya yang berantakan memasuki cafe. Raut wajahnya terlihat kesal, bahkan pria itu terlihat tengah mengeluarkan sumpah serapahnya.

“Kenapa?” wanita cantik yang merupakan kasir dari cafe itu mencoba menanyakan tentang apa yang terjadi pada pria tampan di hadapannya.

“Haish! AARRRGHHHHHH!” namun yang didapatinya hanya erangan penuh kekesalan. Hal itu sontak membuat sang wanita cantik memutar bola matanya malas.

“Kalau cuma mau marah-marah gak jelas, pergi dari sini.” ucap sang wanita dengan tegas.

“Ice americano, no sugar or milk.” pria tampan itu terlihat cemberut di depan kasir karena perlakuan kasar wanita itu.

Setelah membayar dia berjalan menuju meja yang di atasnya masih terdapat minuman yang sisa setengah. Dia mengambil minuman itu dan mengendusnya.

“Green tea ice, no sugar.” tebaknya. Dan benar saja dia tersenyum miring saat tebakannya terbukti benar. Hal itu tervalidasi oleh struk pembelian yang berada tak jauh dari minuman itu.

Saat dia hendak duduk matanya tidak sengaja melihat siluet buku bersampul hitam. Awalnya, dia berpikir untuk mengabaikannya. Namun, entah mengapa dia merasa ada dorongan kuat untuk mengambil dan membaca buku itu. Karena hal itu, dia mengambil buku bersampul hitam itu.

Dia membolak-balikkan buku itu mencari nama pemilik atau apapun itu yang menyangkut isi dalam buku. Karena seperti yang dikatakan, buku itu hanya bersampul hitam tanpa ada tulisan apapun di luarnya. Lalu, dengan kesadaran penuh, pria tampan itu membuka halaman pertama.

Dia tertegun.

Bukan karena yang tertulis disana hanya dua kata. Yang Mulia. Namun, karena tulisan itu terlihat sangat indah di setiap goresannya. Seakan diukir dengan ketelitian penuh.

Pria tampan itu memilih untuk melanjutkan aksinya. Dia penasaran dengan halaman-halaman berikutnya. Dia penasaran dengan isinya. Isi dari buku misterius yang dia temukan. Jika halaman pertamanya terukir goresan yang indah, tidak menutup kemungkinan halaman lainnya akan lebih indah.

Dia membelalakkan matanya.

Jantungnya berdegup kencang.

Tanpa sadar, dia menahan nafasnya ketika membaca untaian kalimat indah namun sangat mudah dipahami maksudnya. Untaian kalimat yang diawali oleh dua kata.

Yang mulia.

Tangannya mengepal, dia kembali bernafas seperti sediakala saat membaca sebaris kalimat yang berbunyi, ‘Yang mulia, permaisuri ini merindukan deru nafas Yang Mulia, Merindukan detak jantung Yang Mulia yang mampu membuat permaisuri ini merasakan ketenangan dan kenyamanan.’

Pria tampan itu tidak bisa menahan senyumnya ketika dia membaca orang yang menyebut dirinya permaisuri ini menggambarkan sosok Yang Mulia dengan begitu sempurna. Dia bahkan merasakan di setiap katanya terdapat perasaan cinta yang mendalam.

‘Yang Mulia, tidak pernah permaisuri ini temukan pria seperti Yang Mulia. Pria yang berparas layaknya dewa. Dengan iris hitam yang selalu menatap permaisuri ini penuh cinta. Dengan bibir tipis yang selalu menghujani permaisuri dengan kecupan dan ciuman manis. Dengan detak jantung yang selalu berdegup kencang ketika permaisuri ini tidur di atasnya. Dengan tangan yang selalu membelai surai hitam legam permaisuri ini. Dengan suara lembut yang selalu memuji dan melontarkan kata-kata penuh kasih sayang pada permaisuri ini. Yang Mulia, dimana permaisuri ini harus mencari sosok pria sesempurna Yang Mulia?’

‘Yang Mulia, lekaslah kembali, permaisuri ini merindukan Yang Mulia. Yang Mulia, jika bukan dengan Yang Mulia, maka, tidak dengan siapapun.’

Tanpa sadar, pria tampan itu menitikkan air matanya. Wanita cantik itu melihatnya dan langsung menghampirinya. “Kena—”

“Siapa pemilik buku ini? Kau tau?” potong pria tampan itu.

“Hah? Buku? Ah... Aku, tau! Itu buku yang selalu dibawa oleh pria cantik pelanggan tetap cafe ini. Ey?? Dia meninggalkan buku ini? Sini biar aku yang memberikannya besok.” pria tampan itu dengan sigap menjauhkan buku itu dari jangkauan sang wanita.

Dia berdiri dan menatap sang wanita dengan serius. “A-Qing. Kau adikku yang paling cantik. Jadi biarkan aku yang mengembalikan langsung pada pria cantik itu. Bye!” ucapnya dengan penuh sungguh-sungguh.

Belum sempat wanita yang dipanggil A-Qing itu menjawab. Pria tampan itu sudah melesat pergi dengan membawa buku dan ice americano pesanannya.

“WEI WUXIAN MENYEBALKAN!”

Selanjutnya?

———————
Guys, bisa gak banyakin kolom komentar? Tapi jangan komen "next?" "Selanjutnya" dll... Kalau kalian ngasih respon kalimat per kalimat itu akan buat aku cepet update. Jujur deh, Makin sepi komen makin males update... 😁 Mood update ku sesuai dengan banyak enggaknya komen kalian.... 🙏

REINCARNATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang