Dijalan yang lenggang, terlihat seorang pria cantik tengah berjalan dengan tergesa-gesa. Dia mengigit serta bibirnya dengan kedua tangannya yang mengepal. Pikiran-pikiran buruk terlintas di benaknya.
Bagaimana jika bukunya hilang?
Bagaimana jika bukunya dibaca orang?
Bagaimana jika bukunya rusak?
Dia memang bisa menulisnya kembali, tapi, hasilnya akan berbeda. Buku itu, buku itu telah menemaninya sejak reinkarnasinya yang pertama hingga kini. 3 masa telah dia lewati bersama buku itu. Tidak, dia tidak ingin kehilangan bukunya.
Pria cantik itu mengatur nafasnya ketika dia sudah sampai di tempat yang dia tuju. Cafe Lotus. Setelah tenang dia melangkahkan kakinya ke dalam. Dia berjalan ke kasir untuk menanyakan perihal bukunya.
Namun, belum sempat dia bertanya, wanita cantik yang menjadi kasir kala itu langsung mengatakan jika bukunya ditemukan oleh seorang pria dan pria itu sedang duduk di tempat yang biasa dia duduki. Sontak, pria cantik itu menolehkan kepalanya.
Di tengah keramaian di sebuah cafe. Terlihat ada seorang laki-laki berparas cantik, tengah terdiam kaku dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Menatap pada satu titik dimana di hadapannya terlihat ada seorang pria tampan yang tengah duduk dengan membaca sebuah buku bersampul hitam.
“Dia....”
Jantung pria cantik itu seakan berhenti berdetak. Dengan langkah ragu, pria cantik berjalan mendekati pria tampan yang tengah tenggelam dalam buku bersampul hitam. Langkahnya terasa berat, seakan tengah berjalan diatas bara api. Namun, dia enggan untuk kembali mundur.
“Apa ini nyata..??”
Tepat di hadapan sosok yang sedari tadi menyita perhatiannya, pria cantik itu langsung menarik buku bersampul hitam itu tanpa suara. Tatapan yang semula mengisyaratkan kerinduan yang mendalam telah berubah menjadi tatapan datar tanpa ekspresi sedikit pun.
“EH! JA—WOW!” Pria tampan itu terkejut. Jelas. Namun, dengan cepat dia dibuat terkesima pada seseorang yang tengah menatapnya tanpa ekspresi itu.
Mengabaikan sikap tidak sopannya, sosok di hadapannya benar-benar sangat memanjakan mata. Satu kata yang bisa mendeskripsikan orang itu, sempurna.
“Ah, apa kau seorang bidadari? Eh, itu anu... Aaa... Maksudnya apa kau pemilik buku itu?” tanya pria tampan itu dengan gelagapan.
“Yak! Wei Wuxian! Apa yang sedang kau lakukan, hah?! Aku sudah memanggilmu dari tadi.” terlihat seorang wanita cantik bertubuh cukup kecil tengah menatap pria tampan itu dengan kesal.
“Tuan ini pemilik buku yang kau cari. Karena sekarang bukunya sudah berada di tangan pemilik aslinya, cepat kau pergi dari cafe ini. Kehadiranmu membawa sial aja.” usir si wanita. Lalu, wanita itu menjelaskan secara singkat pada pria cantik si pemilik buku hitam yang hanya ditanggapi oleh anggukan kepala.
“Pria di hadapanku ini... Apa benar?”
Pria cantik itu menatap si pria tampan itu dengan datar, lalu, dia berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Duduk di pojok cafe dengan segelas kopi yang tersaji.
“Aku tidak berhalusinasi, kan?”
Pria tampan itu dengan cepat, mengikuti pria cantik. Duduk di hadapannya dengan menangkup wajahnya. Memperhatikan kecantikan dari pria dihadapannya itu dengan seksama.
“Wahh... Apa kau seorang model? Artis? Tidak-tidak! Aku yakin kau adalah bidadari surga. Ingin jadi kekasihku tidak? Eh, maksudnya ingin bekerja sama denganku? Aku seorang penerbit. Sebentar mana kartu namaku...” ocehan demi ocehan yang pria tampan itu keluarkan sama sekali tidak mendapatkan tanggapan.
“Iniii!! Coba lihat. Eh, lupa... Aku Wei Wuxian. Kau bisa memanggilku Wuxian, Xian-ge, atau sayang juga tidak masalah. Hehehe!”
Pria cantik itu meremas bukunya pelan. Dia mengalihkan pandangannya pada sosok di hadapannya yang tengah menampilkan senyum manis dengan gigi kelincinya.
“Kaisar Wei...”
Kedua pria yang memiliki perbedaan visual itu saling bertatapan. Meskipun keduanya tidak terlibat percakapan yang berarti, namun, atmosfer diantara kedua mengisyaratkan jika dua pria yang memiliki visual bertolak belakang itu sedang terlibat suasana yang cukup intim.
“Ini aneh, kenapa aku marasa jika aku mengenalnya?” Wei Wuxian bertanya dalam hatinya. Entah apa yang terjadi, dia merasa jika dia mengenal sosok di hadapannya. Tapi, siapa? Dia tidak ingat jika dia memiliki kenalan seorang bidadari.
Wei Wuxian terus mengoceh tidak jelas, dia selalu mengulang perkataan, “Oh ya, aku boleh tahu siapa namamu? Aku membaca bukumu semalaman, dan aku tidak pernah bosan untuk membacanya lagi dan lagi. Tulisanmu seakan membawaku ke dunia dimana sang kaisar tinggal. Aku merasa terbuai oleh kalimat-kalimat indah yang terangkai sempurna. Aku tertarik untuk menerbitkannya apa kamu mau?”
Namun, sekali lagi. Segala ocehan Wei Wuxian dibalas dengan keheningan yang menusuk. Pria cantik itu bahkan terlihat enggan untuk membuka mulutnya meskipun tatapan matanya sesekali mengarah padanya, seolah mengisyaratkan jika dia menyimak ocehan Wei Wuxian.
“Yang Mulia... Jika benar ini Yang Mulia... Kenapa Yang Mulia tidak mengingat permaisuri? Apa Yang Mulia melupakan permaisuri? Apa Yang Mulia tidak lagi menyayangi permaisuri ini?”
Ocehan Wei Wuxian terhenti saat ponselnya berdering. Dia melihat ponselnya sekilas lalu mematikan ponselnya. Setelahnya dia kembali mengoceh tidak jelas di hadapan pria cantik itu.
“Ayolah, bekerja sama denganku ya?? Aku akan membayar berapapun itu. Aku akan lakukan apapun itu... Izinkan aku menerbitkan bukumu..” meskipun tidak mendapatkan jawaban Wei Wuxian yakin, pria cantik di hadapannya ini akan mendengarkan dan menimbang keputusannya.
Pria cantik itu dengan anggun meminum kopi miliknya. Sedangkan netranya menatap tajam pada sosok pria tampan di hadapannya.
“Permaisuri ini yakin, jika orang yang berada di hadapan permaisuri ini adalah Yang Mulia. Dilihat dari segala sisi, permaisuri yakin jika orang yang berada di hadapan permaisuri ini adalah Yang Mulia. Akan tetapi, kenapa Yang Mulia tidak mengingat permaisuri sedikitpun?”
Merasa jika kedua matanya mulai memanas, pria cantik itu beranjak pergi dari tempatnya. Meninggalkan Wei Wuxian yang masih memohon di hadapannya.
Tidak. Dia tidak sanggup untuk tetap duduk tenang di hadapan sosok yang sangat menyerupai kaisarnya. Dia tidak bisa terus bersikap biasa saja di hadapan sosok yang benar-benar terlihat sama dengan kaisarnya.
Entah dari pahatan wajahnya, senyum kelincinya, titik hitam di bawah bibirnya, bahkan sifat berisik dan tidak bisa diamnya itu benar-benar terlihat seperti duplikat dari kaisarnya. Gila.
“Hei, hei, hei,,, tunggu!!” Wei Wuxian menahan tangan pri cantik itu. “Jangan pergi, kumohon.”
Jantung pria cantik itu berdetak kencang. Dia menggigit bibir bawahnya untuk meredam suara isakannya. Kemudian, dengan kasar dia menepis tangan pria yang tengah menahannya itu. Dengan debaran jantung yang tidak normal dan air mata yang mulai menyapa dia meninggal cafe lotus dengan perasaan yang tidak karuan.
Ribuan pertanyaan melayang-layang di benaknya. Namun, satu jawaban pasti. Kaisarnya telah kembali. Dia yakin itu. Karena, saat sosok itu menyentuhnya, ada getaran yang serupa dengan saat dia menyentuh kaisarnya pertama kali.
“Yang Mulia, entah apa yang terjadi sebenarnya. Entah bagaimana permaisuri ini harus beraksi. Namun, permaisuri ini sangat senang. Akhirnya, akhirnya, Yang Mulia kembali. Meskipun Yang Mulia tidak mengingat permaisuri ini. Itu tidak masalah. Yang terpenting, Yang Mulia telah kembali. Terima kasih, terima kasih Yang Mulia. Wangji, bahagia.”
Udah aja ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCARNATION
RandomStory writer by : Rain @urrainingday Main Character : Wei Wuxian × Lan Wangji Universe : modern universe || penerbit x penulis Warning : manipulatif , bxb , Yaoi , kekuatan supernatural , drama , darah. Setelah takdir yang tak berpihak pada mereka...