4. Secuil kebahagiaan

1K 167 11
                                    

Aziva sedikit berlari menuruni panggung. Terlihat wajahnya dipenuhi oleh keringat. Begitu juga keempat temannya. Mereka berkumpul di backstage dan berpelukan satu sama lain, setelah berhasil menyelesaikan penampilannya hari ini.

"Keren banget kita!" Ucap Luluna.

"Iya lah? Rolland!" Langsung dapat pukulan kecil dari Luluna.

Sementara Aziva masih membayangkan kembali, memutar sedikit ingatan ketika ia pentas di atas panggung itu. Banyaknya fans yang kini mendukungnya membuat dirinya tak percaya. Padahal dahulu hanya sebuah ide iseng yang terbesit di kepalanya.

"Ziv" Adera mendekati Aziva yang terlihat melamun. Aziva yang merasa dipanggil pun menatap Adera, tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Lo keren" ucap Adera tiba-tiba.

Aziva tersenyum. Sahabatnya ini memang tau segalanya. Bahkan ia tidak pernah cerita kalau lagi sedih, tetapi Adera tau entah dari mana.

"Makasih Der"

Seperti biasa. Setelah selesai memenuhi jadwal, mereka langsung pulang. Mereka jarang sekali nongkrong setiap selesai perform. Mungkin Aziva lah yang mengajak mereka makan bersama. Tetapi kaliini tidak.

Aziva dan Adera sudah berada di dalam mobil perjalanan menuju Jakarta. Masih dengan Adera yang fokus menyetir. Dan Aziva yang menemaninya. Di tambah iringan musik dari speakers mobil itu membuat keduanya diam menikmati alunan lagu. Tak banyak percakapan antara mereka berdua. Karena sama-sama ingin menghemat energinya masing-masing.

Aziva dan Adera kini sudah sampai di apartemen milik Adera. Sudah kewajiban Aziva karena Adera tidak membawa kendaraan.

"Mau mampir?" Tawar Adera.

"Nggak der, udah malam, lanjut aja"

Adera hanya mengangguk. Setelah itu mobil berwarna putih itu pergi meninggalkannya. Semakin jauh, semakin tak terlihat punggung mobil milik Aziva.

"Lo keren, lo kuat Ziv" gumam Adera lirih.

Sementara Aziva sendiri mengendarai mobilnya menuju rumah. Tak perlu waktu lama karena rumah mereka tak begitu jauh. Kini sudah sampai di halaman rumah keluarga Inarto itu.

Sudah hampir pagi, kisaran jam setengah dua. Aziva baru saja sampai rumah. Setelah memarkirkan mobilnya. Ia turun dari mobil dan bergegas istirahat. Ia berencana langsung tidur, karena entah mengapa, kepalanya terasa berat sekali. Badannya pun seperti enggan untuk bergerak. Nafasnya sesak. Mungkin saatnya istirahat.

Saat membuka pintu utama, betapa terkejutnya ketika ia melihat kakak keduanya tidur di sofa sambil duduk memegang handphone. Terlihat begitu lelah. Aziva buru-buru mendekati kakaknya itu.

"Kak?"

"Kak, bangun, jangan tidur di sini" ucapnya sambil menepuk-nepuk bahu Ghea.

"Eum.. Ziv?"

Akhirnya setelah beberapa detik, Ghea bangun dengan sedikit terkejut melihat Aziva.

"Kakak kenapa tidur sini?"

"Hoam.. nungguin kamu lah!" Ucap Ghea masih menguap karena mengantuk.

"Ishh, kenapa nunggu Ziva? Kan pulang malam" kesal Aziva.

Ghea masih mengucek matanya, pertanda bahwa ia benar-benar tertidur pulas.

"Gapapa, khawatir aja" ucapnya dengan suara khas bangun tidur.

Akhirnya dengan sedikit obrolan itu, keduanya sepakat untuk kembali ke kamar masing-masing, unruk beristirahat. Ziva menaiki tangga karena kamarnya berada di atas, berbeda dengan Ghea dan Shani yang kamarnya berada di bawah.

ASA Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang