Lahir menjadi seorang perempuan bukanlah suatu hal yang menyenangkan, meskipun itu adalah anugerah Tuhan yang mutlak. Di kenal sebagai sosok yang penuh kasih dan penyayang. Perempuan ialah para insan manusia yang menjalankan roda kehidupan, makhluk ciptaan yang memiliki jiwa dan hati yang murni.
Tapi bagi Hael sendiri, menjadi perempuan seutuhnya adalah hal yang menyesakkan dada. Segala norma-norma kehidupan yang mengharuskan Hael untuk memenuhi standar tertentu, bagaimana dirinya harus bertindak, berpakaian, atau berperilaku.
“Jangan potong rambutmu, Hael. Itu mahkotamu sebagai seorang perempuan.”
Hael memejamkan matanya merasakan dinginnya hembusan angin yang menerpa wajahnya. Kalender sudah memasuki bulan Maret, namun langit Chigago tetap menurunkan kepingan salju yang menjadi teman bagi mereka yang sepi. Hael mengeratkan jaketnya dan mulai melangahkan kakinya untuk menyelusuri jalanan bersalju.
Tidak ada banyak yang bisa di lakukan oleh seorang gadis yang kabur dari rumah sepertinya, Hael merogoh saku jaketnya dan menemukan beberapa lembar uang, ia menghela napasnya kasar membuat kebulan uap. Setidaknya itu cukup untuk makan siang dan malamnya hari ini.
Hael tak bersungguh-sungguh akan tinggal di apartemen seseorang yang telah membantunya. Apalagi orang itu adalah seorang laki-laki, Hael akan senang memukulinya hingga mati. Tapi sepertinya orang itu memang berniat baik, di lihat bagaimana pakaiannya masih lengkap, dan laki-laki itu memilih untuk tidur di sofa.
“Elio,” gumamnya pelan sembari berhenti di depan toko pizza yang mengeluarkan aroma wangi yang menggoda.
Laki-laki itu selain mirip jerapah, juga mirip pizza.
Hael terkekeh kecil dan melanjutkan perjalanannya yang tidak menentu arahnya. Gadis itu hanya membawa langkahnya kemana saja, sesekali duduk di bangku halte memperhatikan para manusia lainnya menjalankan aktivitas mereka.
Tak terasa, matahari mulai terbenam, dan langit yang sebelumnya terang berubah menjadi gelap, siap digantikan oleh bulan dan bintang-bintang yang mulai bermunculan. Hael berjalan menuju sebuah bar yang membuatnya tertarik, sepertinya satu gelas Spicy Ginger Ale cukup untuk menghangatkan tubuhnya.
Hael mengamati lingkungan bar yang di isi beraneka ragam manusia, di antara mereka ada yang memiliki tatapan enggan hidup yang sangat khas. Hael mengangguk-anggukan kepalanya seperti sedang mencoba memahami, tapi netra matanya ta sengaja menangkap seorang gadis kecil yang di paksa minum oleh pria yang terlihat kasar dan meragukan.
Mengerikan, jelas sekali gadis itu sedang di permainkan. Tapi, Hael tidak peduli itu bukan hal yang harus di urusnya---
“Agh jadi cewek sok-sok nolak! Nurut aja apa susahnya sih?!”
“S—aya kurang bisa.”
“Alasan!” Laki-laki itu mengangkat tangannya hendak memukul gadis yang duduk di sampingnya, tapi pergerakannya terhenti karena ada yang menahan tangannya dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Angel.
Short StoryFeaturing Wintddeung. Sebuah hubungan terjadi karena kedua belah pihak yang menyetujui, tapi untuk Elio, hanya cukup dirinya yang mengerti Hael.