02. Settle and Search.

27 6 11
                                    

“Aku merasa ngeri sesaat tau, aku sudah siap memukul siapa saja yang membawaku ke sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Aku merasa ngeri sesaat tau, aku sudah siap memukul siapa saja yang membawaku ke sini.”

Elio spontan menghentikan kegiatan memotong bawang putihnya, ia menoleh ke belakang dengan ragu. Di meja makan yang biasa kosong kini di duduki oleh seorang gadis yang mengangkat kakinya ke atas meja makan, di tangannya terdapat segelas wine yang Elio yakini miliknya.

Gadis itu menoleh ke arah Elio, ia tersenyum lebar. “Tapi ternyata itu kamu! Si jerapah perjaka!”

Elio tersenyum kecil, tak merasa tersinggung. Ia kembali fokus dengan masakannya untuk sarapan. Pagi sekali Elio terbangun karena suara gaduh yang ternyata berasal dari gadis semalam yang di bantunya. Namanya Hael, gadis itu memberi taunya saat Elio membantunya mengeluarkan semua rasa mual dari dalam perutnya.

“Saya buat wonton soup, semoga kamu suka,” ujar Elio sembari menaruh semangkuk hangat di hadapan Hael, dan satu lagi untuknya.

Hael tertawa nyaring, “wow, ‘saya’ masih ada ya cowok kayak kamu, nenekku pasti naksir.”

Elio hanya tertawa ringan, tidak tau itu sebuah pujian atau ejekan tapi ia tak terlalu memperdulikannya. Elio menghirup kuah hangat itu dengan tenang, sedangkan di seberang meja Hael memakan soup itu dengan rakus, sesekali terbatuk karena rasa panas yang di paksanya masuk.

“Pelan-pelan aja...” Suruh Elio sembari menyerahkan segelas air hangat kepada Hael.

“Kamu tinggal di mana, Hael? Biar saya antar.”

“Di sini.”

“Ya?”

Hael menatap Elio dengan alis yang menukik tajam, “aku tinggal di sini, kamu yang ajak aku masuk! Tanggung jawab dong!”

Elio terdiam merasa bingung dengan respon gadis di hadapannya itu. Apa ini candaan? Atau jangan-jangan Hael adalah orang gila? Elio menggeleng kecil saat merasa praduganya kejauhan.

Jika Hael ingin tinggal di sini juga, tidak apa. Elio akan tidur di bistro, lagipula apartemennya ini kosong, tidak ada harta yang berharga sejak di rampok oleh bapak-bapak yang di bantunya tempo hari.

Elio mengangguk mengerti, “saya kerja di bistro yang tadi malam,” ujarnya dengan senyum ramah. “Jaraknya dekat, kalau butuh apa-apa ke sana saja.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lost Angel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang